Tasya's POV
Jakarta, Mei 2018.
"Rasanya udah nggak ada, Sya. It feels insipid, bland."
Aku kembali mengingat ucapan Gian— lelaki yang sebentar lagi akan berpisah denganku setelah sepuluh tahun kami menikah, iya... Selama itu kami berbagi ruang di bawah atap yang sama, berbagi ruang di tempat tidur, berbagi makanan dan minuman, berbagi ruang di walk in closet untuk pakaian kami, masih banyak lagi yang kami lakukan selama sepuluh tahun itu di satu rumah yang sama, ditambah ada bonus kecil berupa anak lelaki yang lucu dan pintar, persis sepertinya.
Mengulang kembali pembicaraan malam itu setelah aku pulang kerja lebih awal dan menemukan suamiku yang biasanya pulang lebih di atas jam 8 malam, tapi jam 7 malam dia sudah terduduk di sofa ruang TV sambil menemani Marcel menulis di buku tulisnya. Dia berkata kalau dia mulai tidak bisa merasakan apa-apa sejak setahun yang lalu, itu adalah permulaan dirinya yang terlalu sering pergi ke luar kota dan pulang larut. Tidak, Gian tidak selingkuh ataupun bermain hati dengan wanita lainnya, aku sangat hapal tabiat suamiku sejak dulu pertama kali aku mengenalnya, bahwa Gian selalu fokus dengan satu pilihannya, termasuk masalah wanita. Gian tidak pernah bisa membagi hatinya, jadi alasannya yang merasa kejenuhan untuk hidup bersama denganku sepuluh tahun ini memang alasan terbisa dipercaya versinya.
Aku sadar kalau setahun kebelakang aku dan Gian memang seperti punya jarak. Kami sama-sama seorang pekerja, Gian bekerja sebagai Direktur Line Operational di perusahaan internasional layanan fasilitas perawatan pesawat terbesar di Asia, sedangkan aku sudah 7 tahun bekerja untuk Pak Lukas sebagai Manager Keuangan di Head Office miliknya. Kesibukkan kami yang awal-awalnya tidak mendampakkan apapun justru semakin terlihat setelah melewati tahun demi tahun kebersamaan kami yang ternyata kehilangan banyak waktu untuk saling bertukar pikiran, untuk saling berbagi cerita, untuk sama-sama menjadi orang tua yang utuh untuk Marcel. Setahun kebelakang yang kami lakukan hanya berbagi hal-hal meteriil dan lupa akan tanggung jawab moril kami, kami salah, benar-benar salah. Sampai pada akhirnya salah satu di antara kami menyadari hal itu lebih dulu dan memilih melepas.
Aku terlambat, jika itu aku yang lebih awal menyadarinya maka aku akan berjuang mati-matian untuk memperbaiki ini semua, tak lain dan tak bukan untuk anak lelaki kami, Marcel. Walaupun aku tidak bisa menampik kenyataan bahwa aku masih sangat mencintai Gian, tapi justru sudah tidak ada aku lagi di hatinya kini, hatinya kosong saat ini, tidak terisi apapun bahkan mungkin dengan praduga kalian bahwa suamiku ada main hati.
Aku menghubungi Angga tadi setelah selesai pulang kantor, lelaki itu baru bisa aku temui hari ini sejak seminggu lalu dia sibuk bolak balik Jepang dan Korea karena perusahaan mereka sudah mencapai pasar Asia. Angga dan aku sudah berteman sejak aku mengambil gelar Masterku setelah dua tahun vakum belajar sedapatnya gelar strata satuku. Aku menikah dengan Gian juga pada tahun itu, saat aku masih di tahun pertama menjadi mahasiswa pascasarjana di Singapore Management University. Gian dan aku bertemu saat kami menjadi anggota BEM di kampus Depok dulu, kemudian aku pergi ke Singapore untuk melanjutkan kuliah setelah bekerja selama dua tahun di Perusahaan Personal Care Brand sedangkan Gian mengambil pascasarjananya di Nanyang. Setelah menikah kami fokus belajar dan tinggal bersama di Singapore, oleh sebab itu kemunculan Marcel juga sedikit lebih lambat.
Di Singapore juga aku dipertemukan dengan lelaki baik hati bernama Aswangga Kamajaya, as Angga that I called before, seorang anak lelaki pertama penerus tahta salah satu perusahaan otomotif besar di Indonesia bahkan kini merambah luas ke pasar Asia berkat kerja kerasnya. Angga adalah teman yang baik karena telah banyak membantuku ketika di kampus dulu, bahkan bala bantuannya sampai kini merambah sampai ke urusan-urusan lainnya karena aku dan Angga memiliki lingkup kerja yang sama.
YOU ARE READING
Erotema [Short Stories] | Completed
Short Story[Started on October 15, 2020, and ended on December 19, 2020] Vital Note: A derivative story from It Takes Two To Tango, It will contain short stories - People said love is so many things, joy and pain wrapped up all in one package. Is it absolute? ...