Meletakkan carrier di belakang pintu kamarnya, Digta segera merebahkan tubuhnya sejenak di kasur empuk miliknya.
Ia memejamkan matanya sesaat hanya untuk mengumpulkan tenaganya kembali yang terkuras habis. Saat turun kemarin ia memang memilih untuk langsung kembali ke Jakarta, tak mengiyakan ajakan teman-temannya untuk beristirahat sehari di penginapan terdekat.
Ia bangkit dari rebahannya dan langsung menyambungkan daya pada ponselnya yang mati sejak dua hari lalu. Tanpa sadar ia tersenyum memikirkan berbagai ocehan yang akan dilayangkan padanya dari Assa.
Setelah memastikan aliran listrik tersambung pada ponselnya, Digta mengambil handuk dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi membersihkan tubuhnya dari debu-debu yang masih melekat di tubuhnya.
-
Pukul 5 sore Assa baru bersiap untuk pulang, beberapa helai rambut yang terlepas dari kunciran dan wajah yang kusut selalu menghiasi penampilan Assa di setiap jam pulang kerja.
"Udah mau pulang?" tanya Mark—teman sekantornya Assa.
Assa mengangguk. "Iya, Bang. Udah jam segini, masa masih mau ditahan-tahan lagi."
Mark tersenyum lebar mendengar ucapan Assa. "Yah biasa, lah. Bos kalo lagi rese emang begitu."
Assa mengangguk tanda setuju dengan ucapan Mark. "Aku duluan ya, Bang."
"Oke, hati-hati."
"Jangan kebanyakan lembur, itu kerja apa dikerjain," ucap Assa sambil menyampirkan tali tas di punggungnya.
"Rese!"
Assa tertawa geli melihat wajah sewot temannya itu. Ia berjalan ke arah lift untuk turun ke lantai dasar, saat menunggu lift ia membuka ponsel miliknya berharap mendapatkan kabar dari Digta. Ada helaan napas yang terdengar saat ia tak mendapati pesan atau pun telepon masuk dari Digta membuat kedua bahunya merosot.
Pintu lift terbuka, dengan langkah gontai ia masuk ke dalam kotak besi itu dan menempelkan kepalanya pada dinding lift setelah menekan tombol GF pada sisi kanan lift.
Seperti biasanya, halte busway selalu ramai saat Assa keluar dari kantor. Ia tak sanggup membayangkan berapa lama lagi ia harus menunggu untuk mendapat giliran menaiki busway kalau calon penumpangnya sangat membludak seperti ini.
Tanpa pikir panjang, Assa mengeluarkan ponsel miliknya dan memesan ojek online untuk segera sampai di kost-an.
Sesampainya Assa di indekost ia melihat mobil yang sudah tak asing terparkir rapi di halaman, dengan pikiran yang mumet seperti sekarang ia tak mau bertemu dengan pemilik mobil itu namun saat sosoknya keluar dan bertemu pandang pada Assa, Assa sudah tak punya pilihan lagi untuk bersembunyi.
"Assalamualaikum," ucap Assa dan berjalan mendekat ke sosok laki-laki yang berdiri tak jauh darinya.
"Waalaikumsalam."
Tersenyum kecil, Assa mencium punggung tangan sang Ayah.
"Kalo tau belum pulang, tadi sekalian aja Ayah jemput kamu."
"Dan diliat sama penghuni kost lain?"
"Kamu bisa bilang ketemu Ayah di depan, terus dikasih tebengan. Beres kan?"
"Ah, terlalu beresiko."
"Kamu masih mau ngumpet-ngumpet kaya gini?"
Assa mengangguk. "Ayah udah tau kan jawabannya?"
Jainudin— Ayah dari Assa mengangguk pasrah menerima permintaan dari anak bontotnya.
"Widih, Babeh kok dateng?" teriak Bambam dengan kedua tangan yang menggenggam sepatu basah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be With You
RomanceHanya cerita klise tentang cinta segitiga. Assa - Suzy Digta - Jinyoung GOT7 Aksa - Jb GOT7