tujuh

43 10 13
                                    

"Aku tau, kenapa Mbak Assa teraktir aku," kata Bambam sedikit berbisik.

"Kenapa?"

"Nggak mau berduaan aja sama Bang Aksa, kan?"

Assa tak menjawab pertanyaan Bambam, membuat Bambam mengulum senyum. "Kata orang, kalo ditanya tapi diem aja berarti tandanya iya."

"Kata orang, kalo udah tau kenapa masih nanya?!" sewot Assa.

"Tapi nanti Mbak Assa harus teraktir aku lagi," ucap Bambam, sambil mengaduk gelas yang berisi teh botol dengan sedotan.

"Kok ngelunjak?"

Bambam tersenyum lebar. "Iya lah! Kan ini dibayarin Bang Aksa, bukan Mbak."

"Dasar magadir!"

"Nggak apa-apa, yang penting perutku kenyang," balas Bambam, lalu melipat kedua tangannya di atas meja dan mengedipkan matanya dua kali membuat Assa bergidik jijik.

"Sebel aku liat muka kamu!" Assa bangkit dari duduknya dan menyusul Aksa yang tengah membayar pesanan mereka bertiga.

-

Mereka bertiga jalan beriringan menuju kostan. Berbeda dengan berangkat tadi yang hanya ada suasana canggung antara Aksa dan Assa, kini perjalanan pulang mereka di temani oleh suara fals milik Bambam. Namun lelaki kurus itu tetap pede melantunkan nyanyian yang mampu merusak gendang telinga bagi yang mendengar.

"Ria dan Rio," ucap Bambam saat melihat janur kuning di depan sebuah gang kecil.

"Enak ya diliatnya, Ria dan Rio. Nanti beberapa tahun ke depan bakal ada Assa dan Aksa .... wih, bagus nggak?"

"Lambemu!" sewot Assa, mendorong wajah Bambam dengan telapak tangannya.

Bambam tergelak sendiri mendengar protesan dari Assa, sedangkan Aksa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Gerbang indekost sudah terlihat, di depan gerbang terlihat mobil putih yang sudah Assa hapal di luar kepala siapa pemiliknya.
Dengan senyum sumringah, Assa sedikit berlari meninggalkan Aksa dan Bambam yang menatapnya bingung.

"Kenapa tuh anak?" tanya Aksa.

"Pangeran bermobil putihnya udah dateng."

"Tunangannya?"

Bambam mengangguk dengan pandangan lurus ke depan.

"Oh ..." Aksa mengangguk tanda mengerti.

"Samlekom," ucap Assa lantang saat sudah membuka gerbang kostan.

"Salam yang bener," tegur Digta dengan nada gemas.

Assa tersenyum lebar. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Kangeeennn." Assa berlari kecil menghampiri Digta yang sudah berdiri di depan gazebo.

Digta mengulurkan kedua tangan, bersiap menerima pelukan dari sang kekasih.

"Kenapa teleponku nggak diangkat?"

Assa melepas pelukannya menatap Digta dengan dahi berkerut. "Kapan kamu telepon?"

"Coba cek handphone kamu."

Assa mengmbil ponsel yang berada di saku celana training miliknya. "Oh iya, nggak kedengeran." Assa tersenyum lebar setelahnya membuat Digta mencubit ujung hidung Assa dengan gemas.

"Widih orang hutan baru nongol," sahut Bambam yang berada di belakang Assa.

"Bibirmu aku jepit ya, Bam! Kalo ngomong sembarangan aja," protes Assa.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang