sembilan

50 11 13
                                    

"Mau pesen apa?" tanya Mina, menyodorkan buku menu yang berada di hadapannya.

"Sop iga sama air putih aja," balas Assa.

"Ya ampun, Mbak. Air putih banget? Air kobokan aja pake lemon, malu kali!" sahut Mina heboh, membuat Assa tersenyum geli.

Mina langsung menoleh ke arah waiters yang berdiri di samping kirinya. "Sop iga dua, sama jus jeruknya dua ya, Mbak. Yang satu nasinya setengah aja."

"Tambah air putih satu, Dek," ucap Assa.

"Iya-iya!" Mina menoleh dengan wajah gemas dan kembali menoleh ke arah waiters. "Air mineralnya satu, Mbak. Yang dingin."

Setelah mencatat pesanan Assa dan Mina, waiters itu melangkah pergi.

"Jadi, ada angin apa kamu teraktir aku di jam delapan malem ini?" tanya Assa yang kini menatap Mina dengan tangan yang dilipat di atas meja.

Mina tak langsung menjawab, ia menyibukkan dirinya dengan lembaran tissue yang ia lipat-lipat menjadi kotak sebelum ia letakkan di sisi kanannya.

"Anu ..., Mbak, tapi jangan ember ya?"

Assa menaikkan sebelah alisnya bingung. "Serius banget, nih?"

Mina menganggukkan kepalanya cepat. "Banget!"

Assa memperhatikan wajah Mina sesaat sebelum mengangguk. "Oke, mau ngomong apa?"

"Tapi janji, jangan diketawain ya?" ucap Mina dengan wajah sedikit merengut.

"Iya-iya!"

"Bambam .... nembak aku."

Dalam hitungan detik setelah Mina selesai bicara suara tawa Assa terdengar, namun ia langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan saat Mina melotot ke arahnya.

Mina memanyunkan bibirnya, ia menyandarkan punggungnya dengan kasar ke sandaran kursi dan kedua tangan yang dilipat di atas dada.

"Mbak udah janji loh sama aku."

Assa tak langsung menjawab, ia menarik napas lebih dulu untuk meredakan tawanya.

"Terus, kamu terima?"

Mina menggeleng, kini ia duduk dengan bahu yang terkulai lemah.

"Kenapa nggak diterima? Kamu nggak suka?"

"Gini loh, Mbak. Mbak kan tau, aku sama Bambam itu kayak tikus sama kucing. Nggak pernah akur, masa ujug-ujug pacaran??"

"Ada yang salah sama itu?"

Mina mengembuskan napasnya kasar, menatap Assa dengan wajah datar. "Salah deh aku curhat sama Mbak."

"Ini aku lagi serius loh, Dek."

Mina membuang napas kasar. "Mbak nggak mikir apa, kalo anak-anak kost pada ngetawain aku gimana?"

"Kamunya suka nggak sama si Bambam?"

"Nggak tau ..." Mina menjatuhkan keningnya ke atas meja. Sedangkan Assa memandangnya dengan gelengan kepala dan tersenyum geli.

"Hebat banget Bambam, bisa bikin kamu uring-uringan begini."

-

Assa menatap ponselnya yang menampilkan panggilan keluar dari aplikasi chat online. Sudah tiga kali Assa menghubungi Digta, namun nggak ada satu panggilan pun yang tersambung.

Assa mendecakkan lidah dan melempar asal ponselnya ke atas kasur. Ia memilih untuk keluar dari kamarnya untuk menuju dapur yang ada di lantai bawah.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang