Seseorang datang memasuki ruang OSIS tempat Jisya dan panitia lain bersiap.
Jisya melebarkan mata, melihat sosok pemuda tampan dengan garis wajah lembutnya. Si cokibernya 11 MIPA 1- Alveno Bagaskara.
"Eh?" Gadis cantik ini tersentak samar, saat pemuda itu mendekat dengan senyum tipis padanya.
Eh?
Atau bukan?"Jisya, itu Eno yang bakalan jadi pasangan MC Lo nanti, walaupun bukan OSIS. Tapi anggota inti tadi sepakatnya Eno aja," seru Irzan lalu meraih selembar kertas di meja.
"Eno.. ini agenda acaranya" kata Irzan lagi dengan tangan menyerahkan lembaran kertas itu.
Jisya sendiri hanya manggut manggut kecil dengan senyum tipis. "Eno.. gak masalah ngikut gini?"tanya Jisya saat si ketua OSIS tadi sudah melangkah jauh.
Eno yang merapikan jas almamater nya menoleh, "Kenapa?"
"Aaaaa... nggak sih, walaupun masih free class, Lo kan biasanya lagi belajar" jawab Jisya kikuk sendiri.
Eno hanya merespon dengan senyum tipis, kemudian fokus pada selembar kertas yang diberikan Irzan tadi.
"Kenapa Lo yang disuruh ikut?" Jisya masih mencoba mengajak pemuda ini berbicara. Toh, kapan lagi ia bisa berbicara santai berdua begini dengan cokiber kelasnya kan. Pas kelas X kemarin saja, paling palingan kalau teman temannya sedang menggoda si pemuda tampan ini saja.
"Gak banyak yang pake seragam lengkap saat free class gini Sya, kebetulan aja gue tadi lewat terus dipanggil dan dipilih deh" jelas Alveno kemudian berdiri lalu berjalan menuju pintu-mengamati situasi di luar.
Jisya yang melihat pemuda itu beranjak hanya bisa menurunkan raut wajahnya.
Pemuda itu pergi...
Berarti ia tak nyaman bukan?Gadis cantik ini menghembuskan nafas panjang, kemudian memfokuskan dirinya kembali pada kertas selembar di tangannya.
"Sya... Siap Siap ya" Joy yang hanya melongokkan kepalanya dari luar mengingatkan Jisya.
Gadis itu sendiri mulai beranjak dengan membaca perlahan agenda di tangannya. Tak sadar pemuda bernama Alveno tadi sudah berdiri di sebelahnya.
Jisya kemudian mengernyit, merasa ada sesuatu yang perlu ia tandai di kertas. Gadis itu berbalik-berniat mengambil pulpen di meja.
"KYAAAA"
Eno yang berada tepat di samping gadis berpipi tirus itu ikut terlonjak kaget. Walau tak begitu keras, tetap saja ia terlonjak setengah mati. Karena gadis ini tepat di sampingnya.
"Kenapa Jisya?"
"Aa....-" "WOI DAH SIAP BELUM?"
Lagi lagi keduanya terlonjak kaget, Joy yang heran pun mengernyitkan alis lalu mengode Jisya lewat matanya-menanyakan ada apa. Dibalas gelengan singkat oleh gadis itu.
•••Eno dan Jisya melangkah bersama memasuki kelas, membuat suanasa bising mendadak lenyap. Mereka kompak menatap kearah pintu kelas.
"Senyumanmu~"
Risya si vokalis kelas memecah hening dengan menyanyikan sepotong lirik dari lagu Febi Putri yang sedang viral akhir ini.
Candra yang memang sedang duduk di lantai mengangkat satu tangannya menutup setengah wajahnya, lalu menyanyi dengan ekspresi merana dibuat buat
"Yang indah bagaikan candu" nyanyinya dengan suara dimirip miripkan ke falsetto.
Jisya di depan sana hanya menghembuskan nafas berat sedangkan Eno sendiri tak peduli banyak, sudah tau akan begini.
"Anjir Sya, Kamu hianati persahabatan kita" suara si mungil kelas- Miya terdengar pertama kali saat Jisya melangkah ke barisan bangkunya.
"Adinda.... Kamu selingkuh adinda" nah, ini tentu saja si Aryan sinting. Siapa lagi?
"HE AMBYAR SENDIRI GUE TADI LIHAT LO DI SANA JII" Ini sih si Aila yang penuh histeris.
"ANJING SYA, LO NGEGAS JAUH BANGET NJING" Siapa lagi? Cewek dengan mulut kebun binatang selain si jangkung Juyu?
Dan komentar komentar lain silih berganti terdengar. Gadis itu hanya tersenyum bangga tanpa memperdulikan satupun dari mereka hingga sampai di bangkunya.
"He," panggil Yena mencolek lengan Jisya yang masih tersenyum jumawa.
"Apa?" Jawab Jisya tak menoleh. Berlagak sibuk dengan handphone nya- padahal mah ia sedang matian matian menahan euphorianya yang meledak ledak alias gadis cantik ini sedang ambyar.
Yena mencibir pelan, "yaudah deh, gue yang cuma bisa ngomong pas ngegangguin mah bisa apa" katanya menggambarkan diri sendiri.
Gadis cantik itu dengan tenang menunduk pada handphonenya. Berlagak serius padahal hanya membuka dan mengeluarkan aplikasi saja sedari tadi.
Sampai tiba tiba ada yang menepuk kepalanya membuat gadis itu mengaduh dan menoleh sebal.
"Lo baper?"
Jisya refleks mengumpat dengan mata membola. Kemudian mencibir sebal saat pemuda tak tau diri ini mendudukkan diri di sampingnya.
"Yang rambut blonde coklat coklat tadi cantik Sya"
Jisya lagi lagi hanya bisa mengumpat. "He gue gak tau harus apain Lo lagi ya, tobat nyet tobat. Ciah!?! Lo suka sama anak kelas satu itu? Siapa siapa tadi? Lidya? Cantik? Manis? Imut? BLEH!! Sekarang Lo juga nyepik yang agresif Ha?!"
Aryan di sampingnya refleks menabok kepala gadis itu, "Bantuin njing, pasti dia dah kenal Lo deh, jadi gampang kalau kenalin gue ke dia" sahut Aryan dengan muka kesemsem.
Kali ini gantian Jisya yang menabok kepala pemuda ini, heran saja. Pagi tadi katanya si Olive dari kelas sebelah, terus di chat katanya kenalin ke Deya, terus terus siapa tadi lagi? Lidya? Ah pokoknya itulah. Si buaya ini memang dasar!!
Pemuda itu mengaduh kecil, kemudian beranjak karena tau gadis ini tak akan mau membantunya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Marigold
Teen FictionMaureta Jisya Aurelia. Panggilan akrabnya sih Jisya. Si ratu cantik dari SMA Flawless. Cantik dah pasti, Imut iya, Ramah iya, Murah senyum juga iya. Aduh pokoknya pacarable banget. Tapi kenyataannya justru gak pernah punya pacar. Yang nyepik sih ba...