"Mampus anjer, mampus! Pak Didit katanya nunggu di kelas" Juan berlari dengan heboh menuju kumpulan 11 MIPA 1 sambil membawa cilor yang baru ia beli.
"HA? KATA SIAPA NJENG" Aryan di sudut meja melompat kaget mendengar nama guru tukang catat nama itu tadi disebutkan.
"Si Davin anak IPS tadi katanya lewat depan kelas pas dari ruang guru, dia lihat Pak Didit dah kesal banget mukanya" kata Juan menjelaskan.
"LAH GOBLO, SEMUANYA DISINI? GAK ADA YANG DI KELAS INI?" Kata Daniel langsung tersadar dan ikut berdiri.
"Eno mana Eno?" Miya sudah heboh sendiri mencari pemuda tampan itu mengharapkannya kali ini berada di kelas.
Tapi kemudian harapannya pupus saat melihat Eno juga berdiri dengan wajah panik.
"He Eno ngapain Lo ikut disini?"
Eno meringis, sebenarnya tadi juga tak ingin ikut. Tapi si Cakra menariknya paksa. Katanya 'masih free class kok gak masalah'
Gak masalah your ass. Namanya kini sudah di ambang batas, sisa tergantung pena apakah namanya akan dituliskan atau tidak.
"Tadi kita ngapain kesini sih?" Pekik Jiyo frustasi.
"KAN KITA KESINI KARENA KIRAIN JAMKOS HUHUHU" Hanin meloncat ikut heboh.
Semua rusuh mengemasi barang barang. Yena masih mengemasi earphone dan charger nya. Carel dan Aryan disudut beranjak menghentikan mainnya begitu saja. Sedangkan Juan masih memegang cilor dan jus jeruk kemasannya pun ikut berdiri bersiap mengikuti apa yang akan dilakukan teman sekelasnya.
Jisya yang paling terakhir bangkit. Karena membawa begitu banyak barang dari kelas. Ia pun sangat lamban saat berkemas tadi.
Tak mau ditinggalkan teman kelasnya, Jisya berteriak pelan pada gerombolan temannya yang sudah berada di pintu kantin. "WOI JANGAN TINGGALIN GUE NAPA. TUNGGU BENTAR NIH"
Aryan yang melihat gadis itu kesusahan membawa Jus dan Pisang Nuggetnya, serta charger dan earphonenya membuat pemuda itu terpaksa melangkah kembali ke kursi tadi lalu membantu gadis cantik itu.
"Buset Sya, banyak banget bawaan Lo. Mana gak bawa tempat earphone lagi. Tuh tuh kesangkut tuh" Kata Aryan pada Jisya.
Setelah mengemasi barang Jisya, Aryan dan Jisya melangkah ke pintu kantin. Lalu rombongan MIPA 1 itu pun beriringan alias berombongan berlari panik di koridor yang sudah sepi membuat koridor gedung MIPA menjadi gaduh.
•••
"Jadi.... Siapa yang berada di kelas saat jam pelajaran Pak Adit berlangsung?"
Hening.
Miss Dara menghela nafas pelan kemudian melanjutkan, "Lalu, Siapa yang berada di luar kelas saat jam pelajaran Pak Adit berlangsung?"
Kompak sekelas mengangkat tangan kanan mereka sambil menunduk.
Miss Dara menghela nafas lagi. "Siapa yang sampai di kelas duluan?"
Vyan-ketua kelas 11 MIPA 1- meneguk ludah pelan, kenapa semuanya kompak menatapnya? Memangnya karena ia ketua kelas maka hanya ia yang wajib menjawab? Ah, dasar teman laknat.
"Em.. kami sekelas Miss" katanya terbata pelan.
Miss Dara mengangguk, "Apakah Pak Adit masih di dalam kelas saat kalian sudah sampai?"
"Sudah tidak ada Miss" jawab Vyan lagi.
"NAH" Miss Dara tiba tiba berseru kencang, membuat seisi kelas terjengit kaget, bahkan kebanyak siswi MIPA 1 itu sudah menjerit kecil.
"Dari data yang disimpulkan, apa hipotesis kalian terhadap kejadian ini?"
Hening sejenak.
Kemudian terdengar pergerakan kecil dari gadis berkaca mata di pojok kiri.
"Ya Rifa?" Tanya Miss Dara pada gadis yang menjabat sebagai bendahara kelas MIPA 1 ini.
"Eung... Kami akan meminta maaf Miss" jawab gadis itu cepat.
Miss Dara mengangkat sebelah alis, "Jika ujian, kamu akan disalahkan Rifa. Itu bukan Hipotesis tapi sudah termasuk tindakan penyelesaian. Laporan yang sempurna harus memiliki Hipotesanya" jelas Miss Dara membuat gadis itu mencicit kecil.
"E....Pak Didi-EEH?! Pak Adit mungkin lagi ngambek Bu sama kami" Setelah menjawab, Rifa diam diam ditatap oleh semua teman kelasnya. Bagaimana tidak? Sudah menyebutnya Pak Didit di depan Miss Dara, malah dikatain ngambek. Kurang apa lagi tuh?
Miss Dara yang mendengarnya semakin mengangkat tinggi alisnya. "Eumm... Jadi kesimpulan yang sebaiknya di ambil..." Miss Dara menunjuk Rifa lagi. Sedangkan gadis itu menunjuk diri sendiri juga, bingung. "Kesimpulan Rifa tadi apa?" Lanjut Miss Dara.
"OOO HAHAHAHA, Kirain apa Miss" serunya lantang.
Kompak sekelas memukul pelan dahi mereka frustasi.
"Iya Miss iya, kami segera meminta maaf Miss" lanjut Rifa lagi.
Jisya yang sedari tadi memperhatikan menghela nafas pelan, dari tadi jantungnya tidak berhenti berdetak kencang. Takut sendiri, apalagi ketika Miss Dara dengan Rifa saling bertukar kata. Bisa bisa masalah mereka bertambah saja.
"Hem, tunggu apalagi? Sana ke ruang guru. Minta maafnya beneran loh ya" kata Miss Dara yang membuat siswa 11 MIPA 1 yang tadi berdiri di depan kelas berjalan berombongan ke arah ruang guru.
•••
"Anjir ternyata tadi anak kelas sebelah nontonin kita"
Suara Miya terdengar pertama kali saat lima gadis cantik yang masing masing membawa nampannya mendudukkan diri di kursi kantin.
"Beneran?" Tanya Hanin dengan mata membulat.
Miya menganggukkan kepala singkat lalu mulai menyendok kuah baksonya.
Jisya mengaduk pelan salad buahnya, "Gue masih khawatirin nama gue sih" katanya kemudian menyendokkan satu sendok penuh keju bercampur susu ke mulutnya.
Cindy menganga heran melihat Jisya, "Buset Sya, banyak bener keju Lo makan. Gak masalah tuh diet?"
Gadis cantik itu mengedikkan bahu cuek, "Siapa bilang? Keju malahan bagus buat orang yang lagi diet. Kenyangin, gak naikin berat" kata Jisya memutar mutar sendok plastiknya.
Mendengar penuturan gadis itu, keempat gadis lainnya mengangguk ngangguk. "Eh tapi bener sih, nama gue juga. Huwahhhh,,, gak masalah ya nanti?" Kata Jiyo yang sedari tadi diam menyimak tiba tiba melanjutkan kekhawatiran Jisya.
Mereka kompak menghembuskan nafas panjang. Ini semua karena godaan.
Benar memang.
Tak ada yang bisa meninggalkan godaan seperti itu..•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Marigold
Teen FictionMaureta Jisya Aurelia. Panggilan akrabnya sih Jisya. Si ratu cantik dari SMA Flawless. Cantik dah pasti, Imut iya, Ramah iya, Murah senyum juga iya. Aduh pokoknya pacarable banget. Tapi kenyataannya justru gak pernah punya pacar. Yang nyepik sih ba...