32. Kenapa Sih?

22 6 1
                                    

Jisya tengkurap di atas ranjangnya, sambil memandang ke arah layar hape nya. Gadis cantik ini sibuk menggeram dan menendang-nendangkan kakinya ke sembarang arah. Ia jadi mengingat percakapannya dengan Galen waktu itu.

Awalnya Jisya fokus ke kalimat pemuda itu. .

Tapi tapi tapi

Setelah diingat ingat. Kok dia jadi mendadak--

--ganteng sih?

Eh?

"AAAAAAAAAA. Nggak Nggak. Gue mikirin apa sih" katanya pada diri sendiri, menggelengkan kepala lalu menaruh hape.

Jisya menggeleng memukul kepala pelan.

Kok pikirannya jadi ngaco gini.

Gadis cantik itu menggeram, merunduk sebentar lalu mendongak tak santai. Ia kemudian merubah posisi menjadi duduk bersila di atas ranjang.

Jisya menarik nafas dalam-dalam kemudian mengembuskannya pelan. Menepuk kedua pipinya pelan, sambil bergumam. "Jisya sadar. Iya. Jisya sadar hehehe"

Baru saja ingin mengambil hapenya. Pintu kamarnya tiba tiba dibuka tak santai membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Apaan sih ma ih" protesnya pada Sang ibu di depan pintu kamarnya yang berdiri dengan napas tak beratur.

Ibunya diam sebentar, mengatur napas. "Sya, ada yang nyariin kamu di bawah"

Jisya melongo. Siapa lagi tuhan?

"Temen kelas Jisya?"

Ibunya menggeleng. "Gak tau, tapi mama belum pernah lihat dia. Kamu kan sering buat acara di rumah semester lalu. Tapi mama belum pernah lihat dia" jelasnya. Wanita paruh baya ini tersenyum menggoda, "Hayooo siapa ini Syaaaa"

Jisya mendesis. Melempar hapenya begitu saja, lalu melompat dari kasur kemudian berlari ke luar kamar.

Namun baru saja tiba di depan tangga. Kakinya refleks mengerem. Dengan muka cengo, mata membelalak dan mulut terbuka menganga.

Ia langsung memutar arah kembali ke kamar. Dengan panik berlari ke arah cermin memerhatikan tampilannya.

Rambut acak acakan + Piyama hello Kitty

Gadis cantik itu refleks mengumpat. Jadi menyesal kenapa setelah mandi tadi langsung memakai piyama.

Jisya mendecak, berpikir sejenak. Kalau ganti baju pemuda itu pasti akan lama menunggu.

Tapi kalau pake ginian

Kira kira bagaimana respon pemuda itu ya?

"AAAARGHH gak tau. Bodo amatlah"

Dengan langkah mantap, gadis cantik itu melangkah ke luar kamar dengan tangan menyisir rambutnya cepat.

Saat sampai di bawah anak tangga terakhir, gadis cantik ini meneguk ludah berat. Berdehem lalu melangkah mendekat.

"Galen? Ngapain?"

Galen mendongak, tersenyum tipis. "Gue ceritanya lagi jenguk temen nih" katanya diakhiri dengan cengiran lebar.

Jisya mencebik, ikut mendudukkan diri di kursi. "Jenguk apaan. Gue sehat sehat aja tuh" balas Jisya dengan suara lantang, kemudian membuang muka ke sisi berlawanan dengan pemuda ini.

Galen yang melihatnya mengulum senyum, mendekat kemudian mencolek pipi gadis cantik ini. "Aciee yang kena shoot surplus gue. Hihiy"

Jisya mengumpat, mendecak sebal kemudian membalas. "Ish tapi gue beneran bingung tau. Gak tau mulai ngomong sama dia gimana"

Pemuda di samping Jisya itu lagi lagi tersenyum. "Kalau masih bingung. Yaudah berhenti", Galen diam sejenak, meneguk teh yang disajikan oleh ibu Jisya tadi. "Nanti juga selesai kalau udah yakin kok. Jangan dipaksa selesainya sekarang kalau belum bisa" lanjut pemuda itu mantap.

Jisya berbalik, matanya langsung berbinar paham seperti mendapat pencerahan begitu saja.

Galen tersenyum cerah, mengangguk senang.

"Huwah makasihhh banget. Gue dari kemarin pusing banget mau gimana sampe udah kek zombie hidup. Arghhhh thank you"sorak Jisya senang, tak sadar kini tangannya berada di kedua sis pundak Galen.

Jisya hampir saja maju. Namun langsung tersentak, segera tersadar kemudian menarik kedua tangannya yang hampir saja merengkuh cowok ini.

Galen yang menyadari itu tersenyum canggung. "Ah, berarti tanggung jawab gue selesai dong ya. Sorry udah bikin Lo pusing sendiri" katanya sambil berdiri.

Jisya ikut berdiri. Sebenarnya cukup salah tingkah juga.

"Kalau gitu gue balik yaa" sahut Galen lagi, kali ini sudah melangkah menuju pintu.

Jisya mencibir, "Dasar. Yaudah bye hati hati ya" balas Jisya sambil melambaikan tangan.

Bunyi suara mesin motor perlahan lenyap. Saat motor dan pemuda itu sudah tak terlihat.

Jisya langsung berlari ke kamarnya lalu menutup pintu keras.

"Aish gue tadi mau ngapain sih" gerutu Jisya sambil memukul kepalanya.

Eh bentar.

Kok pipinya jadi panas?

Dengan perasaan meledak ledak, Jisya melompat ke kasurnya menjadi posisi berbaring tengkurap. Setelah itu membenamkan wajah di atas bantal.

Memekik tertahan sambil menendang nendang udara dengan kedua kakinya yang bergerak tak karuan.

Ini Jisya kenapa sih?


Ini Jisya kenapa sih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang