12. Efek

35 15 0
                                    

"KENAPA TUH ORANG SANTAI BANGET SIH? KAYAK GAK PERNAH TERJADI APA APA AJA KEMAREN!?"

"MEMANGNYA GUE SEMEMALUKAN ITU HA?!"

"ANJU MATA GUE"

"HUHUHUHU BAWANG BOMBAY SIALAN ARHHHHHHHHH"

Sinbi, Aryan, dan Kaslam menyerngit bingung ingin melakukan apa. Sedari tadi mereka hanya berjalan maju dan mundur saat Jisya lagi lagi berteriak.

"GUE SEGINI MEMALUKANNYA BUAT LO NO?"

"IYA? GUE KURANG APA?"

Aryan bergerak menyerong, lalu bergaya muntah dengan wajah lebay. Sinbi meringis prihatin. Dan Kaslam yang sudah menghela nafas ribuan kali.

"Sya, udahlah. Lagian Lo bareng ke pantai sama kemahan itu kan? Disana ketemuan juga Lo. Tadi tuh, malu kali dia" hibur Sinbi, masih menatap Jisya prihatin.

Kaslam menghela nafas. Lagi. Entah sudah keberapa kali nya. "He Jisya. Potong yang bener njir. Mana bisa jadi tuh kerupuk bawang kalau Lo gak bener motongnya Siti" omel Kaslam karena Jisya sepertinya sudah tidak memotong bawang itu lagi, tapi mencincangnya hancur.

"Lagian ngapain kerupuk ginian sih Jisya? Susah amat perasaan bikinnya" gerutu Aryan.

Sebenarnya mereka berempat sedang di rumah Kaslam. Karena sepulang dari rapat kelas tadi, Jisya langsung menghubungi pemuda itu minta diajar membuat kerupuk bawang yang pernah dibuat nyokapnya Kaslam. Berhubung nyokap Kaslam orang sibuk, jadi Kaslam sendiri yang turun tangan membantu gadis itu. Untung saja ia pintar membuatnya, jika tidak gadis ini pasti sudah merajuk dan tak berhenti mengomel.

Jisya mengangkat wajahnya, melihat Aryan garang, Ia kemudian perlahan mengangkat tangan kanannya yang memegang pisau, lalu diarahkan ke pemuda itu. Sontak membuat ketiganya berteriak dan menghindar histeris.

Aih, efek kupu kupunya teori chaos memang parah sih.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••




Jisya, Sinbi, Aryan dan Kaslam kini sedang berada di pusat perbelanjaan.
Jisya sibuk memilah-milah Snack dengan Aryan yang mendorong troly belanjaan. Sedangkan Sinbi dan Kaslam sudah ngacir ke rak lain.

"Yan, Lo mau rasa yang pedes atau rumput laut?" Jisya memegang kedua pilus beda rasa itu dengan kedua tangannya. Aryan kemudian menunjuk pilus berbungkus merah, dan Jisya langsung memasukkan ke dalam troly.

"Strawberry atau Cokelat ya bagusnya?"

"Vanila aja"

Jisya mengangguk, memasukkan bungkus rasa vanila ke dalam troly.

"Kopi atau teh?"

"Air putih aja"

Jisya lagi lagi mengangguk, memasukkan beberapa botol air mineral ke dalam troly.

"Mau pop mie atau bungkusan gini?"

"Gak u--"

"EH?" Jisya menyerngit, tersadar. Menatap Aryan yang juga balik menatapnya tak paham.

"Lo dari tadi gue suruh pilih malah milih yang gak ada di option. Gimana sih" gerutu gadis itu sebal.

Aryan mendelik, "Ya elo juga ok ok aja" balas pemuda itu tak mau kalah.

Jisya mendengus, mengambil Snack acak tanpa bertanya lagi.

Setelah beberapa menit berputar ke rak lain, mereka berempat kemudian bertemu di depan kasir untuk membayar belanjaannya.

"Ke mana lagi ini?" Tanya Sinbi kektika sudah keluar dari supermarket tadi.

Jisya dan Sinbi memimpin dengan Aryan dan Kaslam dibelakangnya memegang kantongan belanjaan.

Kedua gadis itu tiba tiba berbelok ke arah toko bercat dominan pink dan putih. Jisya langsung mengambil satu headwear jenis bando dengan telinga kelinci cokelat muda di atasnya.

Sinbi sendiri sedang berdiri di rak topi. Mengambil topi hitam dengan tulisan berwarna pink di tengahnya.

Sedangkan kedua pemuda tadi sudah berjongkok di depan toko itu dengan kantongan belanjaan tergelatak di lantai.

"Woi. Kasian banget gue gak punya recehan" pekik Jisya tertahan dengan tawa ringannya melangkah keluar dari toko bersama Sinbi disebelahnya yang juga tertawa geli melihat dua pemuda itu berjongkok di depan toko.

Jisya berlari mendekat, bando telinga kelinci di kepalanya bergoyang seirama dengan langkahnya. Sesampainya di depan pemuda itu, Jisya memakaikan Aryan bando sejenis dengan dipakainya, lalu juga memakaikan Kaslam topi berwarna putih hitam.

Sinbi yang baru sampai di depan ketiganya, tertawa kecil. "Cocok banget dah" katanya mengacungkan jempol.

Kedua pemuda itu hanya pasrah, berdiri lalu mengambil kantongan belanjaan mereka. Lalu berikutnya berjalan ke luar dari pusat perbelanjaan.


•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang