31. Kemana?

28 7 0
                                    

Aryan dan Hanin duduk lesehan di depan papan tulis kelas, kompak menghela napas berat memerhatikan Jisya yang kini melipat tangan di atas meja dan membenamkan wajah di sana.

"Masih masalah yang sama?" Celetuk Hanin pelan.

"Gak tau gue" balas Aryan menggeleng kecil. "Tapi semenjak pulang dari bimbingan kemarin jadi gituu"

Hanin menghela napas, jadi menoleh seutuhnya pada Aryan. "Gak Lo tanyain? Kasihan banget itu. Kayak mayat hidup aja"

"Hm?", Aryan menoleh. "Biarin dulu aja kali ya"

Keduanya lalu menghembuskan napas panjang, bersamaan. Kemudian mengalihkan tatapannya dari gadis cantik yang tidak mereka sadari malah berjalan menghampirinya.

"Yaan" panggil Jisya saat sudah berdiri di depan Aryan yang kini menunduk fokus pada layar hp.

Aryan yang langsung mengenali suara gadis itu, mendongak cepat.

Gadis ini....seperti kehilangan nyawa.

Pemuda tampan ini mengangkat alis, "Kenapa?" Tanyanya sambil menarik lembut lengan gadis itu agar ikut duduk di depannya.

Jisya yang berubah menjadi jongkok, melongos pelan. "Kantin. Haus" katanya dengan suara kecil.

Aryan terkekeh kecil tanpa sadar, mengelus lembut kepala gadis itu. Ia kemudian berdiri, menarik lengan gadis itu lagi untuk ikut berdiri.

"Ayok"

Mereka berdua pun melangkah beriringan keluar. Dengan Aryan yang mengalunkan tangannya di pundak Jisya, membantu berjalan sebab gadis ini sepertinya sangat lemas.



Dari bangkunya, pemuda tampan dengan raut wajah lembutnya sedari tadi mengamati gerak gerik gadis itu.

Bahkan tanpa sadar ikut melongos ketika gadis itu juga melongos. Dan tiba tiba mendelik ketika tangan Aryan bertengger manis di kepala atau pun pundak gadis itu.

Sampai keduanya berjalan ke luar kelas pun. Eno masih memerhatikan nya.

"Eno"

"Hm?"

"Alveno"

"Hm?"

"Alveno Bagaskara"

"Hm?"

Jeje mendecak kesal. "HAISH. GUE PANGGIL BALEK KEK"

Eno jadi terlonjak kaget tiba tiba gadis di sampingnya ini memekik keras. "Kenapa? Kaget gue!!"

Gadis bergigi kelinci itu memutar bola mata malas kemudian melongos. "Ck. Semenarik itu ya si Jisya? Sampai mata Lo ngikutin pergerakan dia. Bagus tugasnya lupain aja sih" semprot Jeje pedas.

Eno mendecak, mengalihkan wajah malu. Tanpa sadar mengumpat kesal karena ketahuan memandangi gadis cantik tadi.

"Wah Wah. Eno the cokiber kita ternyata bisa mengumpat guyss!!" Seru Jiyo yang tak sengaja mendengar pemuda kalem itu mendecak dan mengumpat kecil.

Eno yang lagi lagi disebut namanya melongos keras. Sementara Jeje jadi shock berat.

Kemana the cokiber yang adem itu?
Yang kerjanya cuma ngejawab seadanya dengan senyum kalem?

Kemana kemana kemana?

Ku harus mencari kema----kok jadi nyanyi sih.

Jeje cepat cepat memukul kepala- menyadarkan diri. Ia menggeleng cepat, mending nih tugas ditunda aja daripada jadi gila sendiri.


•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang