Setelah mendapat jawaban dari semua clue. Jisya, Jee, Zea, dan Lea berlari keluar dari jalur rute.
Mereka berempat berlari tak tentu arah, sambil kepalanya sibuk menengok ke arah kanan, kiri, depan dan belakang mencari benda yang dicari.
Mereka sudah berbagi tugas, dan Jisya kedapatan mencari terasi.
Aryan yang berdiri putus asa di tengah lapangan menoleh saat melihat Jisya berpisah dengan ketiga teman timnya. Dari pada pusing sendiri dan menjadi seperti anak hilang di tengah lapangan, lelaki itu berjalan menghampiri.
"Gima----"
"Pergi Lo" ujar Jisya cepat. Gadis itu mundur dengan mata menatap Aryan waspada membuat pemuda itu terlonjak kaget.
"Apaan nyet?" Tanya Aryan bingung.
Jisya masih menatap Aryan dengan waspada dan sinis, gadis itu perlahan membalik tubuhnya. Kemudian berlari cepat meninggalkan Aryan yang diam menganga melihat tingkah aneh gadis itu.
Aryan berbalik menengok ke arah samping kanan kiri dan belakangnya. Tapi tak ada yang aneh menurutnya.
"Gue emang kenapa sih?" Gumamnya heran, kemudian kembali memeriksa seluruh tubuhnya lalu berbalik ke samping kanan kiri dan belakangnya lagi.
Lelaki itu terus mengulang kembali mengecek seluruh tubuh dan kondisi sekitarnya, sampai Jihan yang melihat pemuda itu seperti orang gila. Datang dan mengetok kepala pemuda itu sampai sadar dan berhenti melakukan aksi konyol macam orang gila.
Jisya sendiri kini sudah berada di dalam dapur kemah. Tak ada siswa lain disini, hanya ada beberapa wanita paruh baya yang bertugas memasak untuk makan malam.
Saat Jisya berlari masuk dengan tergesa-gesa, beberapa berbalik.
Gadis cantik itu meringis, "Ehem... Saya mau ambil terasi. Ada?" Ujarnya pelan.
Wanita paruh baya yang sedang berdiri mengambil garam berbalik, mengerutkan kening. "Loh... Tadi kan udah di ambil semua sama panitia OSIS" ujarnya tetapi kemudian langsung menepuk keningnya panik.
"Eh Neng. Aduhhh pura pura gak dengar apa apa aja ya"
Jisya melongo, "Ha? Gimana gimana?"
"Aduh neng. Pokoknya saya tadi disuruh diam, nengnya cari cari di lemari juga gak apa apa. Tapi saya gak boleh ngomong kalau terasi nya mah udah diambil. Aduh gimana ini neng, aduh"
"Astaga" ujar Jisya merasa pusing. Gadis itu mengucap terima kasih kemudian berlalu pergi.
Jadi semua terasi gak ada di dapur? Terus dimana?
Jisya menghentikan langkahnya, keningnya berkerut dalam. Jika bukan di dapur dimana?"
Capek berlari, Jisya memutuskan duduk di bangku, gadis ini berbalik. Pemuda di sampingnya tampak aneh, wajahnya bahkan tidak terlihat karena tertutup buku yang sedari tadi Jisya lihat lewat ekor mata, buku itu terus bergerak naik turun tidak tentu. Seperti mengawasi sesuatu.
Tidak ambil pusing. Jisya mengibaskan tangan pada lehernya yang berkeringat.
Tetapi lagi lagi pemuda disampingnya ini mencurigakan. Kenapa dari tadi seperti tidak bisa diam?
Baru ingin menegur, tetapi batal. Karena gadis cantik ini melihat bungkusan kecil berwarna oranye terselip diantara buku pemuda itu.
Jisya kenal bungkusan itu, sebab ia kerap kali meminta ayahnya untuk membeli produk itu saat pergi ke supermarket bersama- yaa meski akan ditolak juga sih.
Tanpa bertanya, Jisya dengan cepat dan tepat langsung menarik bungkusan oranye itu kemudian menggenggamnya erat.
Pemuda itu terlihat kaget, ia panik saat menyadari bungkusannya menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marigold
Teen FictionMaureta Jisya Aurelia. Panggilan akrabnya sih Jisya. Si ratu cantik dari SMA Flawless. Cantik dah pasti, Imut iya, Ramah iya, Murah senyum juga iya. Aduh pokoknya pacarable banget. Tapi kenyataannya justru gak pernah punya pacar. Yang nyepik sih ba...