03. Sibuk

72 21 4
                                    

Hari kedua setelah liburan semester memang masih free class. Sebab PLS juga masih hari kedua. Biasanya sih free class nya paling lama sampe seminggu, paling bentarnya ya tiga hari doang sih.

Jisya melangkah memasuki koridor kelas sebelas, rambutnya yang kali ini dikuncir tinggi dengan rambut rambut halus berjatuhan disisi wajahnya lagi lagi membuatnya menjadi sorotan di pagi hari. 

"Jiiii" Yena yang berdiri di depan pintu terlihat panik memanggil Jisya.

Gadis cantik itupun mempercepat langkahnya, "Apa apa?" Tanyanya tak kalah paniknya juga.

"Lo bawa Hansaplast gak? Si Jeje tadi ketusuk mana dalam banget anjir, takutnya kalau gak ditutup nanti kemasukan debu" jelas Yena pada Jisya yang sudah merogoh tasnya.

Gadis cantik itu mengeluarkan Hansaplast bermotif Superman membuat Yena disebelahnya mendecak. Jisya yang mendengar decakan Yena berbalik memandang gadis itu polos tak tau menahu.

"Aish gak ada yang motif lebih cewek kek? Atau Lo lupa gender nya Si Jeje? Dia cewek Jiii"

Jisya mendengus tapi tetap merogoh tasnya lagi, "Emang mau motif apa sih?" Mencoba sabar.

"Yaa agak cewean dikit lah" balas Yena sewot

"Nih nih, pilih sendiri" Sambil mengeluarkan beberapa Hansaplast  motif berdasar pink.

Raut wajah gadis dihadapannya yang tadi sempat mengendor mulai cerah kembali dengan riang berkata, "Nah yang iniiiii...."

Jisya yang melihat gadis itu sudah mendapatkan satu Handaplast untuk Jeje pun melangkah masuk, tapi kemudian batal melihat raut ragu ragu gadis ini.

Raut wajah Yena berubah, berdehem. "Sama anu.... eung.... gue juga minta satu dong Jii HeHe" pintanya dengan intonasi beda.

Jisya melongos kemudian mengambilkan satu motif lagi untuk gadis ini. Setelahnya ia menghembuskan nafas panjang akhirnya bisa bebas dari gadis didepannya. Kakinya pun melangkah masuk, lalu duduk di kursinya yang berada pada deret keempat baris keempat.

Kelasnya memang terdiri dari lima deret dengan enam baris kebelakang.
Dengan kursi tunggal tapi tetap berdekatan dengan kursi di deret sampingnya. Ruang kelas ini sebenarnya luas. Hanya saja, dinding samping pintu diisi dengan etalase untuk mading atau karya karya lainnya dari kelas ini.

Jisya menarik diri hingga punggungnya tertempel di kursi. Ia menyerngit ditatapi Hanin yang sudah duduk di depannya dengan mata menyipit menatapi Jisya.

"Lo napa sih?" tanya Jisya heran. Pagi pagi Hanin sudah kerasukan begini.

Hanin menyipitkan matanya, "Cih"

Jisya melotot. Sementara gadis itu menegakkan tubuh lalu pergi begitu saja.

"Eh Lo mabuk?"

"Bodo amat Jii, kita musuhan"

Lah?

Jisya mengatupkan bibir lalu mendengus, menatap sekitar kemudian menggumam 'Cih, gak waras semua perasaan'.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Eno melangkah pelan pelan menaiki tangga menuju ruang komunitas yang berada di lantai dua. Pemuda itu mendesah berat, melap keringat di dahinya.

Capek juga dari tadi kesana kemari. Setelah di panggil Miss Eva untuk perkembangan olimpiade nya. Miss Dara juga mengajaknya berbincang sebentar- menawari Eno untuk masuk di OSIS. Lalu berjalan ke arah gedung Ekskul dan Komunitas.

Tadi ia sudah berkonsultasi pada ekskulnya bahwa ia tak akan ikut menjadi perwakilan parodi karate sebab ia akan menjadi perwakilan pada komunitas PMR nya. 

"Eh No, makasih banget loh ya... Lo milih komunitas buat parodi besok" Gadis mungil berkulit sawo matang menyambut Eno saat pemuda itu baru saja membuka pintu ruangan ekskul PMR.

Eno tak menanggapi banyak, hanya melangkah masuk kemudian menghempaskan tubuhnya pada sofa panjang ruangan ini.

"No, ini seragam lengkap PMR buat Lo pake besok ya. Setelan ceweknya tadi udah dibawa Jisya" kata Gadis mungil tadi. "Oh iya, Lo kan sekelas sama Jisya. Dia tadi ada urusan juga di ekskulnya jadi keburu pergi setelah ngambil seragam lengkapnya. Karena Lo sekelas, jadi lebih gampang deh diskusi buat samain sepatu buat parodi besok" lanjut gadis itu menjelaskan. 

Eno menyerngit heran "Jisya.. pasangan gue besok?" Katanya pelan.

Gadi mungil tadi berbalik, "Iya, kenapa?" Tanyanya balik.

Dibalas Eno dengan gelengan singkat.

•••





Jisya melangkah keluar dari ruangan ekskul model sambil menarik rambutnya kebelakang. Gadis itu mengikat tinggi rambut hitam panjangnya, lalu menghela nafas berjalan menuju pinggir koridor. Gadis itu duduk di sana, bersandar pada tiang di sampingnya sambil memejamkan mata lelah dan mengibaskan tangan pada lehernya yang berkeringat.

Sampai tiba tiba ia merasa sesuatu yang dingin menyentuh rambut dan keningnya membuat Jisya refleks mendelik dan menoleh. Kepalanya mendongak, melihat seorang pemuda tampan berdiri, menatapnya dengan cengiran khas pemuda itu lengkap sekaleng botol minuman dingin di tangannya.

Jisya mengerjap, "Ngapain Lo?"

Aryan menipiskan bibir sesaat sebelum ikut mendudukkan dirinya di samping Jisya. "Kasihan sahabat gue bolak balik urus komunitas sama ekskul buat parodi besok" jawabnya jelas.

Jisya mengerjap lagi, "Lo butuh apa? Gak mungkin Lo sebaik ini kalau gak ada maunya"

Aryan mengumpat pelan, lalu menjulurkan kaleng minuman itu ke Jisya.

"Kalau udah free mendingan ke kelas aja, ngadem disana lebih bagus dibanding sini. Dari tadi juga para croco pada pantengin Lo mulu di sini" kata Aryan tenang.

Jisya melongos melirik kanan dan kiri, benar juga yang dikatakan pemuda ini. "Miss Dara lagi ada urusan sama Mr. Juna. Gue harus temuin dia setelah itu"

Aryan menghela nafas panjang mendengarnya, "Lo itu dah sibuk banget loh. Jangan jadiin ini pelampiasan deh Ji. Lo harus lepas satu. Kalau dah selesai ke kelas aja ya" katanya sambil mengacak pelan rambut gadis cantik ini.

Gadis itu berdehem singkat dengan mata terpejam lelah. Aryan beranjak, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu abunya, kemudian berbalik ingin pergi.

Baru dua langkah, Aryan berhenti dan menoleh.

"Gue beliin bubur ayam, mau nggak?" Tawar Aryan langsung membuat Jisya mengangkat wajah dan merekah.

Namun sedetik kemudian raut merekahnya pun mengendor menjadi gelengan singkat. "Gak usah deh Yan. Besok parodi terus Miss Ana juga dah wanti wanti buat lomba model bulan depan" kata Jisya pelan.

Aryan yang mendengar itu hanya bisa mendesah pelan. Merapatkan bibir tanpa kata mulai melangkah menjauh.

Keduanya tak sadar....., sedari tadi seorang pemuda dengan garis wajah lembutnya sedang berdiri di pijakan tangga terakhir mendengar seluruh percakapan kedua insan itu dengan raut wajah tak bisa diartikan.

, sedari tadi seorang pemuda dengan garis wajah lembutnya sedang berdiri di pijakan tangga terakhir mendengar seluruh percakapan kedua insan itu dengan raut wajah tak bisa diartikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang