07. Kingkong

52 16 1
                                    

"Sya, minta hansaplast dong"

Jisya melirik, "Mau motif apa?" tanyanya singkat.

Aryan menarik nafas, "Yang ada lope lopenya dong Sya. Hehehe" kata Aryan lengkap dengan cengirannya.

"Elo tuh mau ngapain lagi sih? Mana lukanya mana? Gak ada tuh!" Balas Jisya sambil memeriksa wajah serta tangan pemuda itu.

Aryan meringis, menggaruk tengkuknya pelan. "Gue mau ke lantai bawah Sya. Biar doi nanya kenapa ke gue" katanya dengan muka kesemsem.

Jisya refleks mengusap kasar wajah pemuda itu. "Kurang perhatian banget sih Lo. Jangan bikin malu ah"

"Yaelah Sya, sesekali doang ini" balasnya memohon

Jisya menghela nafas, "Yaudah ambil nih ambil"

Setelah mendapat hansaplast bermotif love. Aryan berjalan keluar kelas. Dengan langkah perlahan menuruni tangga, sampai seorang gadis menghentikan paksa langkahnya.

"Sinbi? Ngapain?" Tanya pemuda itu heran. Pasalnya sahabat sekaligus tetangganya di taman indah kompleks perumahan permata indah ini adalah anak bahasa. Ngapain jauh jauh datang ke gedung MIPA?

Dengan muka panik dan tangan tak berhenti bergerak Sinbi berbisik, "Gawat Yan Gawat!!!!! Si Kingkong jadi anak pindahan di kelas bahasa. Mana gue sekelas gila!!!!"

Mendengar bisikan itu, Aryan membola. Tanpa kata memutar tubuhnya kembali ke kelas. Berlari panik ke arah Jisya yang sedang duduk kalem di mejanya.

Jisya yang melihat Aryan berlari dari luar kelas mengerutkan alis. Lalu semakin mengerut saat melihat wajah panik pemuda itu. Tanpa sadar ia juga menjadi panik, tangannya bahkan bertambah cepat menyalin tugas fisika Hanin.

"Jisya!!" Panggil pemuda itu cepat saat sudah berada di depan meja Jisya.

"Apa apa?" Tanpa mendongak Jisya merespon cepat. "Miss Lia dah ada?" Lanjutnya.

Aryan melongo lalu memukul kepala gadis itu gemas. "Bukan bego. Si Kingkong anjing ada di gedung bahasa. Sekelas sama Sinbi" jawabnya membuat Jisya terdiam.

Sedangkan Ayu di meja sebelah Jisya mengerut, "Lah Yan, Kingkong apa Anjing? Yang jelas dong!! Lagian ngapain Kingkong masuk gedung bahasa?"

"DIAM"

Ayu langsung kicep setelah peringatan Aryan. Dia memukul kepala gemas. Masih bingung Aryan lihat kingkong atau anjing nih?

Aryan menghela nafas melihat sahabatnya ini terdiam. "Sya mending Lo di kelas aja ya nanti. Serah deh mau apa aja, nanti gue beliin"

"Hn? Ngapain?"

"Jisya"

"Iya iya, puas? Gue gak keluar tapi Lo gue babuin ya"

Aryan melongos sebal, "Hem iya" tetapi tetap mengiyakan kemauan gadis ini.

•••

"Jisya"

Jisya melirik kecil kemudian mnejawab, "Hm?"

"Gak mau gue beliin aja gitu?" Tawar Aryan

"Beliin apa?"

"Ya mau mau Lo lah"

Jisya menurunkan tangannya dari rambut lelaki itu. "Ini be--..."

"HE JISYA JANGAN KELUAR KELAS LO YA. DISINI AJA"

Kaslam yang tiba tiba memekik keras berhenti mengatur nafas. Sedangkan Jisya dan Aryan menatapnya dengan mata berkedip cepat.

"Eung--ngapain Lo Lam?" Tanya Jisya heran.

Kaslam menarkk nafas, "HE SI KINGKONG PINDAH KE SINI SYA. GILA GAK TUH" jawabnya tak santai.

Jisya mengangguk berulang kali, "iya iya Kaslam, dah tau kok" katanya diakhiri dengan senyum geli.

"Lah? Beneran?"

Jisya mengangguk lagi, "iya, tadi Aryan dah kasi tau, katanya sekelas sama Sinbi juga"

"ANJING" umpat Kaslam refleks

Aryan berbalik menatap Kaslam, "Bukan anjing Lam. Kingkong"

Tak merespon Aryan, Kaslam bertanya lagi. "Ngapain pindah ke sini sih? Aih"

Aryan dan Jisya kompak mengedikkan bahu cuek membuat Kaslam menghela nafas.

"Lo berdua kok santai banget sih ha?!" Tanya Kalsam lagi.

Kali ini Jisya yang menghela nafas, "Lam. Emang gue harus ngapain? Bagi gue dia juga bukan siapa siapa lagi kan? Jadi yaudah sih" jawab Jisya kalem membuat Kaslam terduduk.

Pemuda itu mengangguk membenarkan. "Bener sih, yaudah Lo boleh babuin gue juga. Jisya mau apa?"

"Heran deh. Napa pada mau jadi babu sih?"

Suara Sinbi di pintu membuat ketiganya berbalik. Sinbi melangkah mendekat, "Jii, masa dia nanyain lo ke gue?"

"Ya gak usah di jawablah Anying" Bukan Jisya yang menjawab melainkan Kaslam membuat Sinbi refleks menabok pemuda itu.

Jisya mengangkat wajah sambil tersenyum, "Gimana kalo nanti sore lo pada nepatin janji? Makan bakso di warungnya mang Nurdin. Oke ya?" Kata Jisya tiba tiba, membuat sahabat sahabat nya refleks menatap nya cengo.

"Nanti Sya?" Tanya Aryan balik, dibalas deheman singkat Jisya.

Dalam hati ketiganya kompak berkata, "Mampus"

Dalam hati ketiganya kompak berkata, "Mampus"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang