05. Budi Amat

53 18 2
                                    

"BUDI AMAT YAN"

Jisya memekik geram pada pemuda dihadapannya.

"Lah Budi siapa lagi ta?" Kata Aryan menatap Jisya dengan cengiran pura pura tak paham.

Gadis cantik itu melongos keras. Tak jadi meminta bantuan pemuda ini. Buang buang tenaga saja. Hufth..

Jisya melangkah ke barisan belakang. Menghampiri gadis berpipi tembem yang entah sedang apa mengacung acungkan tangan dengan raut berubah ubah bersama pemuda jangkung dihadapannya.

"Wonder Ruby Hana"

"T-rax Omar"

"Tembakan Panah Ninja"

"Teknik Semburan Api"

Lah??

Jisya menganga di tempat. Apa itu tadi? Panah ninja? Semburan api? Wonder ruby?

Tuh dua manusia ngapain?
Main Naruto Shippuden?
Rainbow Ruby?
Wonder woman?
Atau main dinosaurus dinosaurusan?

Auh.. Jisya menggeram frustasi. Kenapa sih, orang orang dekatnya tak waras semua?

Gadis itu menghela nafas kesal lalu melangkah keluar kelas. Menuju gedung IPS, berharap disana harapan nya akan tercapai.

Saat sampai di depan pintu kelas dengan papan nama 'IPS 4'
Jisya melongokkan kepalanya. Mencari pemuda jangkung berkulit sawo matang khasnya.

Lagi lagi ia menggeram frustasi. Hatinya mulai gundah karena tak menemukan pemuda itu di dalam sana.

Ah sial. Sekarang dia jadi cemas. Jangan sampai pemuda berkaca mata dengan tawa mirip monyet itu menemukannya.

Gadis itu pasrah. Membalikkan badan berniat ke harapan terakhirnya yang bahkan bisa saja langsung pupus sebelum bertemu dengan harapannya.

"HE"

"AAAA"

Jisya menengadah lalu refleks menjambak. Pemuda itu seketika menjerit kencang karena rambutnya dijambak keras

"HE KAPAL SELAM DARI MANA LO HA?!" Jisya yang dari tadi memang frustasi melampiaskannya kepada pemuda asal Sulawesi itu.

Oh ya, namanya sebenarnya Kaslam, tapi entah sejak kapan ia juga mulai di panggil Kapal selam. Kata teman temannya, Kaslam tuh emang singkatan dari kapal selam.

"Aaaaa...sakit Sya" protesnya tak menjawab pertanyaan Jisya.

Jisya melongos keras, "Dari mana Lo?" Tanyanya ulang.

Kaslam mengusap kepalanya yang berdenyut setelah dijambak, "Gue dari kantin. KENAPA?" Jawabnya setengah hati.

"Bantuin gue njir. Tadi ada anak bahasa ngajak pulang bareng. Jangankan mau Lam, lihat dia ngomong aja gue dah risih duluan" jelas Jisya dengan raut wajah menurun.

Kaslam menyerngit tak paham, "He Cabe. Lo biasanya nerima nerima aja, kali ini kenapa?"

"Gue risih nyet. Ngomongnya kerdus banget. Mana ada yang hampir kelewat batas lagi. Pliss tolongin gue.... Tadinya gue pengen ke Sinbi kalau Lo gak bisa juga kek si Aryan bangsat. But gimana caranya njing. Kesana aja ketemu duluan gue sama si dia"

"Hn? Gimana ya Sya? Gue..... Sorry gue gak bisa. Soalnya nanti gue ada janji sama Angel" kata Kaslam ragu.

Jisya melongos keras. Dahlah. Memang tak ada yang mau membantunya.

Tanpa kata meninggalkan pemuda itu dengan raut wajah penuh kekesalan. Jisya melangkah hati hati ke gedung Bahasa. Kepalanya melongok kanan kiri belakang depan, seperti maling saja.

MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang