Siswi dan siswa MIPA 1 sedang berkumpul mengelilingi api unggun yang dibuat oleh mereka.
Juan, Mia dan Hanin beserta Cakra yang sesekali menimpali terlihat fokus pada kamera yang dipegang Juan. Mereka sibuk melihat hasil jepretan kamera digital Juan.
Disampingnya, Risya sedang bernyanyi pelan diiringi Daniel yang memegang gitar. Yang lain juga ikut ikutan bernyanyi bersama Risya.
Selebihnya berdiam diri memegang handphone sambil menikmati nyanyian Risya dan yang lain.
Jisya sendiri terlihat menunduk, sibuk dengan handphone nya. Tetapi fokusnya bahkan tidak ke arah benda persegi panjang itu. Sedari tadi, ia hanya membuka dan menutup kunci handphone. Sedangkan matanya tak berfokus pada satu objek, pun dengan pikirannya yang melayang menilik kejadian tadi sore di pantai.
"Duduk di ujung sana aja Jisya"
Pemuda itu duduk paling pinggir, membiarkan Jisya duduk di antaranya dan gadis lain dari kelas sebelah.
Jisya tersenyum riang, memandang ke arah kubus kotak berlapis kaca di tengah perahu, yang langsung menampakkan keindahan biota alam di dasar laut.
"Wahhhh"
Seruan riang terdengar saling bersahutan, saat terumbu karang besar bak mahkota terlihat dari kubus kaca itu.
"Keren banget"
Jisya mengeluarkan handphone, sedikit memajukan tangannya yang memegang handphone ke arah kubus kotak itu- bermaksud memotret biota alam di bawah sana.
Tetapi tiba tiba guncangan kecil terjadi, hingga selang sedetik. Handphone gadis itu bisa langsung meluncur ke arah kotak kubus berlapis kaca itu jika saja Eno-pemuda yang sedari tadi memperhatikannya tak membantu memegangi handphonenya yang hampir meluncur.
Jisya terdiam syok. Ia kaget, hampir saja.
"Hati hati Sya, emang ada kacanya. Tapi kotak kubus itu dalam plus sedikit berair. Akan susah jika handphone kita meluncur ke sana"
Teguran dan peringatan kecil dari Eno membuat Jisya berbalik. Ia menarik ujung bibirnya kecil, tersenyum tipis dan tulus.
"Makasih No" ujar Jisya tulus, yang juga dibalas senyum tipis oleh pemuda itu.
Kembali hening.
Maksudnya, diantara mereka. Perahu sebenarnya ricuh tak terkendali. Tetapi mereka berdua memilih diam, setia pada pemikiran masing masing.
Jisya yang masih tertegun, syok, campur malu dan tersipu. Sedangkan Eno yang memilih diam menikmati angin sepoi Sepoi yang menerpa wajahnya.
"Mau gue potoin gak?"
Jisya dan Eno tersentak, sama sama berbalik saling berpandangan kemudian menatap pemuda di kursi depannya yang disenggol pelan oleh pemuda di sampingnya.
"Ngapain sih?" Pemuda di samping pemuda yang menawarkannya tadi itu terdengar berbisik, yaa meski masih di dengar oleh Jisya dan Eno juga sih.
Ia menampilkan cengiran kuda, "Gak sih, gue cuma bantuin aja njir"
Jisya tersenyum malu, berbalik menatap Eno. Ia berkedip lucu, "Gak apa kan No?" Tanya Jisya pada Eno.
Eno mengangkat sebelah alis tinggi, berpikir sejenak. Lalu tersenyum manis, melihat gadis yang menatapnya kini begitu menggemaskan. Ia mengangguk singkat tanda mengiyakan.
Jisya langsung berseru riang, dengan cekatan memberikan handphone nya pada pemuda di depannya.
"Siap siap ya"
Dan pada hitungan ketiga, bunyi khas potretan terdengar. Jisya terseyum puas, mengucap terima kasih lalu mengecek hasilnya.
"Iih lucu banget, pemandangan di belakangnya juga kelihatan. Makasih loh ya" kata Jisya lalu tersenyum pada pemuda di hadapannya.
Ia kemudian berbalik, "Mau gue kirimin nggak?" Tanya Jisya pada Eno, lagi lagi dijawab anggukan oleh pemuda itu.
Jisya tidak berhenti tersenyum, pipinya rasanya kram karena ia menahan pipi ini mati Marian agar tak tersenyum lebar.
Ia kemudian mengangkat tangan kanannya, mengecek suhu pipinya dengan punggung tangan berulang kali.
Tak tahan dengan euporia yang membuncah, Jisya memekik tertahan. Memukul mukul pipinya pelan, frustasi karena rasanya sangat membahagiakan.
"Jisya?"
Jisya tersentak kaget, membuka matanya lalu menatap sekitar. Teman temannya yang tidak lagi sibuk pada kegiatan masing-masing. Melainkan menatap heran padanya.
"Lo.... Kenapa?" Hanin disebelah Juan bertanya sambil mengedipkan mata lambat, heran.
Jisya meringis, "Aa..hehe.. gak kok. Enggak apa apa, sorry heheh. Gue kayaknya ke tenda duluan ya. Bye"
Gadis itu buru buru berdiri, memegang handphone lalu berlari ke arah tendanya.
Setelah menutup resleting tenda. Jisya terduduk. Dngan nafas memburu, gadis itu meletakkan tangan di dadanya.
Lalu memekik tertahan lagi
Aaarghhh rasanya memang semenyenangkan ini ya?
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Marigold
Teen FictionMaureta Jisya Aurelia. Panggilan akrabnya sih Jisya. Si ratu cantik dari SMA Flawless. Cantik dah pasti, Imut iya, Ramah iya, Murah senyum juga iya. Aduh pokoknya pacarable banget. Tapi kenyataannya justru gak pernah punya pacar. Yang nyepik sih ba...