2. ANAKNYA ANEH
***
Bel pulang berbunyi nyaring, keadaan SMA Garuda yang tadinya sunyi seketika menjadi ramai.
Langit masih menyisakan mendung karena tadi saat jam terakhir hujan deras mengguyur ibu kota.
Tari dengan santai melangkahkan kakinya menuju depan sekolah untuk menunggu angkot. Biasanya Tari nebeng pada Rakha, tapi untuk hari ini cowok itu sedang ada urusan. Jadi mau tidak mau Tari harus naik angkutan umum.
Tari berdiri disebelah gerombolan siswa-siswi lain yang mungkin sedang menunggu jemputan atau kendaraan umum.
Sambil memainkan ujung sepatunya Tari bernyanyi kecil, hingga tiba-tiba sepatu dan juga ujung roknya menjadi basah akibat kecepretan air."Astaga. Woy!" Teriak Tari pada pengendara sepeda motor yang menjadi pelaku.
Tari memukul tangan si pengendara motor tadi dengan kesal, "lo bisa bawa motor nggak sih? Nggak liat apa lo ada orang?"
Si pengendara tadi melepaskan helm full facenya, seketika siswi yang berada disekitar mereka langsung menoleh dan berteriak histeris. Bukannya langsung minta maaf pada Tari, justru cowok itu malah menyugar rambutnya dan tebar pesona pada siswi lainnya.
"Heh, gue lagi ngomong sama lo ini." Tari melotot sebal karena tidak didengarkan sama sekali.
"Oh lo lagi ngomong sama gue?" Kekeh cowok itu, menoleh sebentar lalu kembali tebar pesona lagi dengan melambaikan tangannya.
Tari menaikkan alisnya, heran. Ada spesies manusia tidak tahu diri seperti ini?
Tari yang terlanjur kesal memilih tidak peduli, lalu masuk ke dalam angkot yang berhenti didepannya.
***
Alif masuk ke dalam kelasnya. Menyapa teman sekelasnya yang perempuan dengan mengedipkan matanya."Sat." Panggil Alif pada Satria yang sedang berjongkok di depan laci meja belakang.
"Sat. Satria." Panggil Alif sekali lagi karena temannya itu masih sok sibuk.
"Ah elah, anaknya Om Edo woy." Alif yang gemas akhirnya menjitak kepala Satria.
"Ngga usah bawa-bawa bapak gue." Satria berdiri lalu duduk dibangku depan sebelah Rakha.
"Dih kenapa duduk disitu?" Tanya Alif heran.
"Gue ngambek sama lo Lif." Ucap Satria dengan nada merajuk yang langsung disuguhi tatapan penuh hujatan dari Rakha.
"Apaan banget dah si Satria. Geli anying." Alif malah tertawa.
"Gue ngambek karena kemaren lo ninggalin gue, padahal gue udah bilang mau nebeng." Satria membalikan tubuhnya menghadap Alif.
"Gitu aja lo ngambek? Kayak cewek lo Sat ah." Alif tertawa, "udah jangan ngambek, gue traktir batagornya Pak Samsul tapi Rakha yang bayarin."
Rakha yang disebut namanya melirik tajam, "nggak usah bawa-bawa gue."
Alif menyenderkan badannya ditembok dengan kaki naik ke atas bangku. Seragam sekolah yang kancing atasnya terbuka menambah kesan bad boy pada dirinya. Belum ada satu minggu pindah sekolah dia sudah berani bolos pelajaran kemarin.
"Eh Sat. Spill nomer cewek cakep disini dong." Alif menoel bahu Satria.
"Ada nih mau nggak?" Tanya Satria fokus pada ponselnya.
"Boleh boleh. Nomer siapa?" Tanya Alif antusias.
"Nomernya Mbak Minah pegawai kantin." Satria tertawa puas sampai mendorong bahu Rakha.
"Setan." Ketus Alif.
***
"Boleh ya Tar, yaaaa. Tari cantik, baik." Rengek Salma sambik bergelayut dilengan Tari yang sedang menonton film.
"Berisik Salma, ih." Tari yang sebal sejak tadi diganggu akhirnya buka suara.
"Ya udah kalo nggak mau gue berisik, makanya bolehin gue kasih nomer lo ke Kak Dimas." Cengir Salma.
"Lo kenapa sih ngebet banget ngasih nomer Tari ke Dimas?" Tanya Mia yang sedang mengoleskan masker pada wajahnya.
"Soalnya Kak Dimas kemaren udah traktir gue makan, asalkan gue bisa kasih nomer Tari ke dia." Salma nyengir.
"Wah parah Tar, dia jual nomer lo ke cowok demi urusan perut." Mia berseru sambil menuding Salma.
Bukan sekali ini Salma ataupun Mia merengek pada Tari agar dia mau memberikan nomernya. Pasalnya Tari adalah salah satu dede gemes di sekolahnya, incaran para kakak kelas. Sudah banyak cowok yang berusaha mendekati Tari namun selalu mundur ditengah jalan.
Tari memang gadis yang ramah dan murah senyum. Tapi dia memiliki sifat yang gampang ilfeel dan risih jika ada orang yang sok dekat dengannya. Ah entahlah, Tari dengan segala kerumitannya.
"Jangan mau Tar, cowok kenalannya si Salma itu buaya semua." Kata Mia nyolot.
"Yeh nggak semuanya kali Mi." Kata Salma tidak mau kalah.
"Heh ini gue korbannya ya anjir." Mia masih sewot.
"Itu mah lo nya aja yang kurang beruntung dideketin sama buaya kaya si Rio," Salma tidak kalah sewot. "Lagian lo mau cowok yang gimana sih Tar? Tipe lo yang gimana bilang aja bilang. Nih temen gue ada yang ganteng, manis, tajir, punya motor gede, mobil mewah. Tiap mereka ngedeketin lo, malah dicuekin."
"Deket sama cowok juga nggak bakal bikin nyokap lo bangkrut Tar." Ucap Salma gemas sendiri.
"Mulut lo miskah, sembarangan aja kalo ngomong." Mia memukul bibir Salma gemas.
"Bukan gitu, gue cuma belom kepikiran buat deket sama cowok. Lo berdua tahu nggak sih kalo gue tuh gamau di kejar cowok, tapi gue maunya ngejar cowok. Ya tapi bukan kayak tarlalu over sampe ganjen gitu, lo ngerti nggak sih?" Kata Tari panjang lebar.
Salma hanya melongo mendengar ucapan Tari. Kan, memang benar Tari dengan segala kerumitannya.
"Terserah lo Tar, suka hati lo aja." Decak Mia.
🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI
Teen Fiction[Follow sebelum baca, tambahkan ke perpus juga] ----------------------- Kisah ini tentang seorang gadis yang ceria dan periang. Orang-orang disekitarnya selalu merasa senang ketika melihat senyumnya. Sampai suatu ketika senyuman di wajahnya berubah...