5. DUNIA INI SEMPIT
***
"Tari!" Panggil seseorang dari belakang saat Tari keluar dari toilet.
"Lo kenapa? Muka lo pucet gitu? Tadi juga jam pertama lo kemana coba?" Tanya Mia beruntun.
Tari menggeleng, hendak menjawab tapi badannya lemas karena sudah empat kali bolak-balik toilet.
"Lo nggak papa Tar? Kayak bukan lo diem aja gini tuh Tar. Astaga jangan-jangan lo kesambet setan toilet, iya Tar?" Salma mengguncang bahu Tari karena gadis itu hanya diam saja.
"Mi, air lo siniin." Salma mengambil botol air mineral yang ada ditangan Mia lalu memegang jidat Tari sambil komat-kamit, "lo diem ya setan jangan kabur."
"Sal apaan sih, lo kali yang kesambet." Tari menyingkirkan tangan Salma yang sedang kumur-kumur dengan tatapan heran.
"Sal kayaknya bener kata Tari, lo yang kesambet." Kata Mia tidak habis pikir dengan kelakuan absurd Salma.
"Lo tadi kemana emang Tar?" Tanya Mia pada Tari yang kini berdiri bersandar ditembok.
Tari menghela nafas malas, "gue kesiangan, terus dihukum lah berdiri ditengah lapang sama anak baru."
"What?!" Teriak Mia dan Salma bersamaan. Murid lain yang kebetulan lewat sampai menoleh kaget, Tari hanya meringis tidak enak pada murid lain.
"Apaan banget dah kalian." Ujar Tari heran.
"Sal, kayaknya bener deh ini anak kesambet. Mukanya pucet, diajak ngomong jawabnya lemes kayak nggak ada semangat hidup, terus dia bilang kesiangan. Fix ini mah si Tari KESAMBET!" Mia menggeleng heran.
"Kan bener kata gue." Salma ikut-ikut menggeleng.
"Kayaknya sebuah kesalahan besar ya gue kesiangan." Ucap Tari sinis.
"Ya jelas aja, kita kaget denger lo kesiangan. Dua tahun ini aja lo belom pernah absen kalo bukan karna sakit." Kata Salma.
"Gue juga remaja biasa, pengen nikmatin masa-masa SMA. Heran gue sama kalian, kalo gue lagi lurus kalian ngajakin maksiat. Giliran gue belok dikit, kalian malah nggak percaya." Kata Tari geleng-geleng heran menatap Mia dan Salma yang hanya bisa nyengir.
***
Alif mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang dia bawa. Duduk selonjoran dipinggir lapang basket sambil menyaksikan temannya yang lain. Lapang basket sore ini cukup ramai karena sedang ada ekstra basket.
Satria menghampiri Alif sambik melempar botol air mineral yang langsung ditanggapnya.
"Lif," panggil Satria.
"Hm." Jawab Alif menutup botol minumnya.
"Lo liat nggak tuh kumpulan cewek disana?" Tanya Satria sambil menoleh pada siswi yang sedang duduk dipinggir lapangan.
Alif mengikuti arah pandang Satria lalu mengangguk.
"Dari tadi mereka tuh teriakin nama lo mulu anjir, padahal yang main basket kan bukan cuma lo." Ucap Satria sambil meluruskan kakinya.
"Pesona orang ganteng kan beda Sat." Alif tertawa sombong.
"Serius gue Lif. Lo baru pindah kesini tapi udah banyak cewek yang nyantol, pake pelet apa lu?" Satria menatap Alif curiga yang hanya dibalas dengan kekehan Alif.
"Lo emang nggak ada niatan buat seriusin satu cewek aja gitu?" Satria kembali menatap lurus.
Alif terdiam. Pertanyaan Satria membuat dia kembali teringat alasannya pindah sekolah. Alif memang nakal, sering bolos dan kesiangan tapi alasannya pindah sekolah bukan karena itu. Melainkan satu hal yang mungkin orang lain tidak akan percaya. Alif pindah karena dia berusaha melupakan seseorang.
"Gue balik duluan ya, ibu negara udah nelfon nih." Alif beranjak dari duduknya. Hanya sebuah alasan untuk menghindari pertanyaan dari Satria yang sebenarnya Alif tidak mau menjawab karena dia sendiri tidak tahu jawabannya.
"Perasaan dari tadi dia nggak pegang ponsel dah." Satria menatapa punggung Alif yang mulai tidak terlihat.
Alif berjalan menuju ruang loker untuk mengambil tas dan jaketnya sambil bersiul tebar pesona pada siswi yang masih ada disekolah.
Tidak heran memang jika Alif banyak mempunyai 'penggemar'. Karena pada dasarnya dia memiliki wajah yang tampan standar Indonesia ditambah dengan kumis tipis. Tubuhnya yang tidak terlalu berisi namun terdapat otot di lengannya, ditambah juga dengan postur tubuh yang tinggi. Auranya memang badboy tapi sangat menarik.
Ditengah perjalanan Alif teringat pertanyaan Satria membuat langkahnya memelan. Alif memang suka menggoda para siswi tapi belum ada niatan untuk serius berpacaran. Selain karena belum ada kriteria yang cocok dia juga sedang berusaha melupakan seseorang yang menjadi alasan dia pindah sekolah. Terlalu berlebihan memang untuk seorang badboy yang suka mencari masalah, sampai-sampai untuk move on saja harus dengan cara seperti ini. Tapi percayalah senakal apapun seseorang pasti pernah bucin, dan pastinya untuk melupakan kenangan itu harus ada perjuangan.
Alif berhenti didepan lokernya dan mengambil jaket serta tas miliknya. Saat mengecek notif di ponselnya Alif melotot terkejut saat melihat tujuh panggilan tidak terjawab dari Bunda.
"Anjir lupa disuruh Bunda beli susu sama popok buat si Baby." Alif segera memasukan ponselnya ke dalam saku.
*****
Alif memarkirkan sepeda motornya dihalaman Indoapril. Hal yang wajib dilakukan Alif sebelum turun dari motor adalah menyugar rambut sambil tebar pesona.
Alif masuk kedalam sambil mengerling genit pada Mbak kasir. Berjalan menuju rak tempat susu berada.
Setelah mendapatkan susu dan popok Alif membawanya tanpa dimasukkan kedalam keranjang belanja. Sebelum membayar dia memutuskan mengambil minuman kaleng.
"Permisi gue mau ambil minum." Kata Alif pada perempuan yang sedang berdiri didepan lemari es.
"Bentar gue lagi nyari susu buat bayi." Jawab perempuan itu.
Alif memperhatikan perempuan itu dari ujung kepala sampai kaki. Perempuan didepannya ini memakai seragam yang sama dengan Alif.
"Lo ngapain nyari susu buat bayi dilemari es?" Tanya Alif saat mengenali perempuan ini.
Tari menoleh, "ya terus nyarinya dimana? Ini kan banyak jenis susu, tapi gue nggak tau yang biasa diminum bayi yang mana."
Alif menarik lengan Tari menuju rak tempat susu. "Nih susu yang biasa diminum bayi, kalo lo ngasih susu kotak nanti yang ada adek lo mencret."
Tari menatap Alif tidak yakin. Bagaimana bisa cowok itu faham susu apa yang biasa bayi minum sedangkan Tari sendiri tidak tahu. Saat melihat belanjaan ditangan Alif Tari langsung melotot.
"Woy! Lo udah nikah?! Lo punya anak?!" Tari bertanya dengan sedikit berteriak hingga membuat pelanggan disekitar mereka menoleh.
"Eh anjir apaan dah, mana ada udah nikah. Sembarangan aja lo." Alif mencubit lengan Tari.
"Ya terus itu belanjaan susu sama popok buat siapa?" Tari tidak mau kalah.
"Ini buat adek gue. Udah ah nggak penting ketemu lo." Alif berjalan menuju kasir sampai melupakan niatnya membeli minum.
Tari memperhatikan Alif yang sedang membayar belanjaannya. Apa iya dunia sesempit ini?
🌻🌻🌻
Halo gue balik lagi wkwk. Ada yang nunggu cerita gue nggak sih? Kalo ada seneng banget ini mah beneran hehehehe. Mau cerita aja ini mah jadi akhir-akhir ini lagi agak sibuk, terus juga kehilangan mood buat nulis karena kepikiran readers nya stuck segitu. Tapi its oke nggak bakal nyerah gitu aja buat lanjutin cerita ini.
Buat kalian yang baca cerita ini jangan lupa coment sama Vote ya biar gue semangat nulisnya 🤗💛
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI
Teen Fiction[Follow sebelum baca, tambahkan ke perpus juga] ----------------------- Kisah ini tentang seorang gadis yang ceria dan periang. Orang-orang disekitarnya selalu merasa senang ketika melihat senyumnya. Sampai suatu ketika senyuman di wajahnya berubah...