Anak itu rejeki, banyak anak banyak rejeki, gitu kalau kata orang zaman dahulu. Makanya anaknya sampe banyak gitu ada yang dua belas, tiga belas, bahkan lima belas. Chanyeol juga percaya kok kalau winwin itu rejeki, baik rejeki anak Sholeh maupun rejeki kesehatan buat Chanyeol, kalau bukan karena winwin mungkin dia nggak bisa bertahan sejauh ini, mending bunuh diri daripada dililit kemiskinan. Tapi inget kata bang Xiumin "Lo boleh galau karena kerasnya hidup, tapi jangan sampai mati dalam keadaan tidak Khusnul khatimah, mending miskin di dunia daripada miskin di akhirat," marbot masjid itu seakan mengerti arah pemikiran Chanyeol yang waktu itu kalut karena ditinggal sang istri.
Alhamdulillah sekarang Chanyeol sudah bisa menerima hidup, menerima apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi di hidupnya. Alasan bertahannya adalah winwin, yang sekarang masih tertidur. Chanyeol bangun niatnya mau sholat tahajud dulu, sambil mau nyiapin Sempol yang dijual hari ini.
Lima menit berwudhu, dia langsung masuk kerumahnya lagi. Jadi kamar mandi rumah Chanyeol itu pisah sama rumah, kamar mandi dia itu ada di luar. Jadi kalau misal boker atau kencing malem ya gelap gelapan.
Selesai sholat, ngaji, nunggu adzan shubuh dan juga bangunin winwin serta Joni, dia mau panasin motor, niatnya mau sambil bersihin gerobak sempolnya, kemarin kan kena minyak. Biar banyak yang beli, karena kan pasti pembeli mau yang higienis. Setelah siap- siap sabun, eh baru saja membuka pintu dan jendela.
Chanyeol berjengit kaget, beberapa orang ada yang udah nunggu di depan rumahnya, nggak tau ada apa. Mana masih jam setengah enam pagi, dia baru aja siap - siap mau ke rumah Jongin buat ambil Sempol yang dititipin kemarin. "Mas Chanyeol yang jual Sempol kenyol kan?," Tanya salah satu dari mereka. Chanyeol mengangguk bingung, se miskin-miskinnya dia, dia nggak pernah hutang selain ke sahabat-sahabat dekatnya aja. Misalnya dia selalu hutang ke Sehun kalau nggak Chen. Itupun selalu dia lunasin dengan nyicil tiap hari.
Chanyeol menatap beberapa bapak- bapak itu. "Saya mau beli sempol, yang isi seratus lima puluh tusuk," ujar salah satu bapak - bapak yang make jaket kulit ala ala preman.
"Saya juga mas Chanyeol, saya mau jualan di rumah. Harga reseller gitu," Chanyeol kaget, baru aja kemarin dia ngomongin ini sama kyungsoo. Eh sekarang udah ada ya yang kerumahnya buat beli sempolnya dia untuk dijual lagi.
Chanyeol mengangguk. "Di tunggu ya pak!, Soalnya saya naruh Sempol saya di rumahnya pak Jongin seblak. Saya ambil dulu," bapak - bapak itu setuju, kemudian duduk di kursi kayu halaman rumah Chanyeol.
***
Dua ratus ribu udah di genggaman Chanyeol lima menit yang lalu setelah dia ambil Sempol yang dititipin di rumah Jongin. Alhamdulillah kalau kaya gini dia bisa cepet bayar listrik, dan juga beli beras untuk sebulan. "Yah, win berangkat ya?," Chanyeol mengeluarkan uang lima ribuan kemudian menyerahkannya pada winwin.
"Loh?, Biasanya yang saku win kan dua ribu, ini kebanyakan," Chanyeol tersenyum mendengar penuturan anak semata wayangnya. Ia mengelus puncak kepala winwin dengan sayang.
"Ayah kasih lima ribu, terserah sisanya mau win buat apa, ditabung juga boleh. Hari ini rejeki Winwin," winwin tersenyum.
"Kalau gitu lima ribunya winwin untuk ayah, winwin udah bawa bekal, kata Bu guru nggak baik kalau kebanyakan jajan, bisa bikin bodoh," winwin menyerahkan uang lima ribu itu pada sang ayah.
"Winwin masukin ke cikinya winwin aja," jawab Chanyeol. Dia nggak nyangka anaknya mikir sampe kesana. Ngomong-ngomong soal ciki, ciki adalah nama celengan ayam dari tanah liat punya winwin. Dulu banget saat winwin masih kecil, Chanyeol selalu ngajarin winwin untuk sayang sama ciki dengan cara memberinya makan tiap hari dengan uang receh ataupun uang kertas yang dia dapat sehari-hari dari chanyeol, alias nabung. Dan terbukti sekarang winwin jadi anak yang gemar menabung.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENJUAL SEMPOL - WENYEOL X WINWIN [END]✓
FanficHidup Chanyeol harus berubah karena sang istri meninggalkannya dengan anak semata wayang. akankah Chanyeol bisa melewati itu semua sendirian?