>12< IPK

1K 122 8
                                    

"IPK kalian berapa?" Renjun telah meluncurkan pertanyaan horror untuk kalangan mahasiswa yang kadar kepintarannya rata-rata dan dibawah rata-rata. Dua belas orang yang berada satu meja dengan Renjun menatap Renjun horror. Bahkan seisi kantin hening, itu hanya kebetulan.

"Lu..... mending gausah nanya hal itu ke kita, Jun. Lu tau sendiri kan kita kayak gimana?" Ryujin memegang pelipis nya dan mendesah gusar. Ryujin takut ditebas orang tua nya karena IPK nya hanya 2,5. Kerjaan Ryujin di rumah hanya makan, tidur, fangirling, repeat.

"Oh oke" Renjun yang tau keadaan teman-temannya lebih memilih menjawab 'oh oke'.

"Haish.. meni lieur aing. Bisa kena ceramah tujuh hari tujuh malam ini mah" kata Jaemin bermonolog. Presentase orang yang pusing memikirkan IPK di meja mereka kira-kira 50%. Mark, Jeno, Jaemin, Ryujin, Heejin, Herin.

Sebenarnya Haechan IPK nya juga rendah, tapi Haechan gak ambil pusing. Motto hidup nya adalah "let it flow, kalo jelek yaudah lupain aja. Hargai semua yang udah dilakukan untuk diri sendiri"

"Yaudah yaudah, gini deh, gue traktir makan aja gimana, itung-itung biar kalian gak cepet tua karena pusing mikirin IPK" tawar Chenle. Semuanya sumringah. Yaiyalah, siapa yang gak sumringah waktu ditawarin traktir makan all you can eat di restoran mewah oleh sultan?

"YAUDAIN SKUY DAH, CAW MAKAN! Otak gue gak jalan kalo gak makan" Haechan langsung beranjak dari duduknya.

"Semua orang kalo kagak makan ya otaknya kagak jalan lah, kan mati. Gimana si Abdullah, ck" Jeno geleng-geleng.

"Eh tapi bukannya walau Haechan makan otaknya tetep gak jalan ya? Ya jalan si, tapi isinya cuma mabar pe u be ge" sindir Renjun pedes.

"Hwhwhwhw iya juga. UDAHLAH AYO GASKEUN"

...

Kalo boleh jujur, Chenle sebenarnya dilarang masuk perguruang tinggi negeri. Papa nya menyuruh Chenle melanjutkan sekolah di China tapi Chenle menolak. Ia sudah cukup terkekang selama hidupnya.

Chenle capek harus bersikap layaknya 'bangsawan'. Maklumlah, rekan kerja papa nya adalah orang-orang berada, bisa dibilang kalangan sendok emas. Chenle sudah jenuh dengan kehidupannya yang di atur oleh keluarga nya. Seperti semasa Chenle SD-SMA ia harus masuk sekolah internasional yang pulangnya hingga pukul 5 sore, sepulang sekolah harus les piano, sepulang les harus bimbingan belajar, sepulang bimbingan harus belajar di rumah hingga pukul 2 pagi.

Bisa dibilang waktu istirahat Chenle hanya 4 jam. 3 jam untuk tidur sisanya untuk beribadah dan makan.

Chenle dipaksa bersikap seperti orang kaya sedangkan Chenle lebih suka hidup sederhana. Sikap orang kaya yang dimaksud adalah merasa paling atas, congkak, tidak boleh melakukan pekerjaan bawah (menyapu, mengepel, menyuci, memungut sampah, dsb), dan sikap orang kaya lainnya.

Tentu saja Chenle masuk UGM adalah keinginan nya yang ditolak mentah-mentah oleh keluarganya. Chenle anak tunggal dan sangat disayang oleh keluarga nya, pasti. Tapi bentuk sayang keluarga nya berbentuk "pembelengguan kehidupan Chenle" alias overprotektif. Bisa dibilang Chenle membangkang yang pertama kalinya dalam bentuk melanjutkan pendidikan ke UGM.

Hidup Chenle selama di Jogja tidak dibiayai orang tua nya, sepeser pun. Black card nya di block, untungnya Chenle masih punya kartu kredit biasa berisi tabungannya selama ini. Tentu Chenle menabung di bank tanpa sepengetahuan oranbpgbtua nya karena orang tua nya lah yang "menyuruh" Chenle hidup boros. Tapi Chenle bekerja sampingan menjadi barista di salah satu caffe di Jogja dekat dengan apartemen nya.

Untuk supir yang mengantar Chenle dia adalah mantan supir setia keluarga Chenle. Ia dipecat karena pernah lupa menjemput Chenle. Chenle nya sih biasa saja, toh ia lebih senang bisa dijemput lebih lama karena bisa bermain dengan teman sebaya nya sebelum les piano. Saat mengetahui Chenle melanjutkan sekolah di UGM, dengan sukarela supir tersebut mengantar jemput Chenle tanpa bayaran. Pak supir tersebut sudah menganggap Chenle seperti anak nya sendiri.

"Satu americano 1 shot" Teriak salah satu kasir kepada Chenle. Mbak kasir itu nyamper Chenle.

"Le nanti kamu langsung ngasih kopi nya aja ya, mbak mau keluar sebentar" kata mbak kasir tersebut dan dijawab anggukan oleh Chenle.

Setelah kopi tersebut jadi, Chenle langsung menyamper sang pelanggan di meja nya.

"Americano 1 shot nya, silah-kan" omongan Chenle sempat terputus karena rupanya yang memesan adalah sepupu nya sendiri.

"What's up, Chenle?" Orang tersebut bertanya kepada Chenle.

"Good, Guanlin"

TBC

Maaf ya disini dialog nya dikit, hehe
Soalnya kehidupan Chenle belom dijelasin dari chapter-chapter sebelum nya

Zhong Guanlin Dirgantara

FYI : Guanlin itu sepupu Chenle dari pihak papa nya Chenle, kakak nya papa nya Chenle itu papa nya Guanlin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FYI : Guanlin itu sepupu Chenle dari pihak papa nya Chenle, kakak nya papa nya Chenle itu papa nya Guanlin

6112020

Jeunes || 7Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang