Dari pagi kota Jogja sudah diguyur hujan. Sekarang sudah siang hari namun belum ada tanda-tanda berhentinya hujan di hari Sabtu ini. Ya... walau sekadar gerimis, namun tetap hujan kan?
Renjun suka hujan, suka banget malah. Namun semasa SD Renjun benci hujan. Jadwal olahraga yang seharusnya ia gunakan untuk berlari kesana-kesini jadi ditiadakan karena hujan.
Renjun pergi menuju balkon kamarnya sambil membawa secangkir kopi, novel, dan airpods untuk menikmati hujan hari ini. Dengan berbekal sarung yang masih terlilit di pinggangnya selepas sholat dan sweater sudah cukup untuk menghangatkan diri.
Akhir-akhir ini Renjun sedang suka lagu milik Amigdala, judulnya Kukira Kau Rumah
Kau datang tatkala sinar senjaku telah redup
Dan pamit letika purnamaku penuh seutuhnya
Kau yang singgah tapi tak sungguh
Kau yang singgah tapi tak sungguhKukira kau rumah nyatanya cuma aku sewa
Dari tubuh seorang perempuan
yang memintamu untuk pulang
Kau bukan rumah
Kau bukan rumahMerasa bosan membaca novel, Renjun memutuskan untuk menyudahi acara membacanya dan memejamkan mata sambil terus mendengarkan lagu Kukira Kau Rumah milik Amigdala. Sesekali ia menyesap kopi yang sudah ia siapkan.
Krrt
Renjun membuka mata dan melihat Jisung dengan mata sipit khas bangun tidur yang sudah duduk di sampingnya namun beda kursi.
"Kok gak ngetok pintu?" Tanya Renjun. Dia tidak marah, hanya saja membutuhkan penjelasan.
"Ngetok kok, tapi gak denger aja kamu nya" Renjun manggut-manggut "ada apa kesini?"
"Hm? Gak papa. Pengen kesini aja" hanya ada hening setelah perkataan Jisung.
"Gimana?" Tanya Renjun, Jisung bingung. Maksud dari 'gimana' itu apa? Tanpa kata tambahan?
"Maksudnya?" Tanya Jisung balik.
"Gimana..... kesan kamu selama empat bulan disini?"
...
Jaemin duduk di meja belajar. Bukan di meja nya, tapi di kursi nya. Didepannya sudah ada sebuah note dan pena. Jaemin itu penggemar sajak, dia suka ngebuat puisi. Jaemin lebih suka menuangkan semua keluh kesahnya lewat sajak. Keliatannya memang Jaemin anak yang petakilan, gabisa diem, bar-bar, dan lain sebagainya.
Namun sebenarnya Jaemin adalah orang tertutup. Ia tidak mau bercerita mengenai masalahnya kepada orang lain, ia tidak ingin membuat orang lain harus ikut memikirkan masalahnya. Prinsip Jaemin itu jika memliki masalah usahakan orang lain tidak perlu tau, cukup Tuhan dan dirinya sendiri yang tau.
Jaemin kerap kali depresi namun ia tidak mau cerita, sekalipun ke orangtua nya. Ia hanya bisa menangis jika sudah tidak kuat. Jaemin tidak pernah sekalipun memiliki niatan untuk self harming atau yang lebih dari itu karena ia yakin mendiang kakak nya akan sedih jika mengetahui nya.
Hujan Hari sabtu
Rintik hujan yang sudah menggambarkan tetesan air mata
Deru angin disaat hujan sudah menggambarkan isi hati
Sampai kapan aku harus menahan semuanya
Rindu, hanya kata itu yang dapat menggambarkan hati iniAku hanya rindu masa lalu
Masa kecil yang kita habiskan bersama
Kau yang memberikan kehangatan
Aku rindu masa ituTerimakasih sudah menjadi rumahku, Rosiana Jace Arinda Ayu
Seketika tangis Jaemin pecah setelah menulis puisi mengenai tentang rasa rindu nya dengan mendiang kakak tersayangnya. Seandainya kakak perempuannya itu masih ada, mungkin Jaemin akan memeluk Jacey dengan erat.
Di sela-sela Jaemin menangis, ada yang mengetuk pintu.
Tok tok tok
"Mlekum! Jaem! Bukain cepet!" Terdengar suara Jeno dari luar kamar kos nya. Jaemin segera membasuh muka nya sebentar dan membuka pintu.
"Aya naon Jen— EH ANJIM YA AWLOH ASTOPIRULOHHALAJIM"
TBC
Btw itu puisi nya pure author bikin sendiri ye, gada campur tangan google atau story orang lain
Bagi yang kepo muka kakak nya Jaemin
Rosiana Jace Arinda Ayu29102020
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeunes || 7Dream
Fanfic[COMPLETE] [REVISI] "ᴊᴏɢᴊᴀ ɪᴛᴜ ᴛᴇʀᴅɪʀɪ ᴅᴀʀɪ ᴘᴇʀɢɪ, ᴘᴜʟᴀɴɢ, ᴅᴀɴ ʀɪɴᴅᴜ" Sebuah perkumpulan anak muda dari berbagai budaya Di indahnya kota Jogjakarta tercinta Highest rank #6 in Shuhua #3 in Herin [start : 18102020] [end : 28022021]