Chapter 5

3.5K 484 19
                                    

Kurama terlihat antusias melihat dunia di luar gerbang bahkan ia kaget dan lantas bersembunyi di belakang Naruto ketika melihat sepeda motor melintas.

"Benda apa itu?" tanyanya pelan dengan wajah polos.

"Itu namanya motor! Dasar ketinggalan jaman!" Shukaku tersenyum sinis menatap Kurama yang memutar kedua bola matanya malas dan kini berdiri di sebelah Naruto dengan tubuh tegapnya.

"Kau hanya berkultivasi lima ratus tahun sudah sombong!" sindir Kurama telak membuat Shukaku menatapnya kesal.

"Itu tidak penting!" serunya.

"Tidak penting? Lihat ekormu." ujar Kurama melirik ekor Shukaku yang keluar.

Gaara tersenyum geli melirik Shukaku yang kebakaran jenggot dan segera menyembunyikan ekornya. Naruto pun tertawa pelan karena keduanya masih saja suka bertengkar.

"Memangnya berapa lama kau berkultivasi?" tanya Naruto seraya melanjutkan langkahnya menuju salah satu restoran yang berada tidak jauh dari kuil Kyuubi.

"Dua ribu tahun, aku tidak memiliki minat apapun di luar dan lebih baik digunakan untuk berkultivasi dan bukannya bermain seperti bocah ingusan yang beberapa kali di segel karena ingin keluar dari gerbang." sindir Kurama lagi melirik Shukaku yang terlihat kesal hingga kedua telingannya memerah.

"Diam kau!"

Kurama membuang muka. Aroma daging panggang membuat Kurama berulang kali menahan air liurnya agar tidak menetes dan mempermalukan dirinya sendiri.

Mereka duduk di dekat jendela dan meminta pelayan untuk membawakan daging Yakiniku. Beberapa daging langsung di panggang oleh Naruto sedangkan Gaara kembali mengecek ponselnya untuk melihat informasi terbaru.

"Ayo dimakan." ujar Naruto.

Gaara menyimpan ponselnya kembali dan ikut menikmati daging sapi yang telah matang sedangkan Kurama sudah makan lebih dulu.

"Ini enak sekali!" gumamnya dan memakan semua daging sebelum yang lainnya bisa makan.

"Kau kelaparan?" Naruto mendengus pelan dan kembali meletakan daging di panggangan.

"Kakek ini tidak makan sejak dia di lahirkan dan hanya makan cakra." sindir Shukaku dan memilih memakan salad miliknya.

"Dan kau tidak tahu nikmatnya makan daging."

"Kau tidak tahu bagaimana rasanya makan tumbuhan."

"Tentu seperti muntahan." jawab Kurama menghentikan Naruto dan Gaara yang sedang makan.

"Bisakah kalian makan dengan tenang?" tanya Naruto dengan tenang namun mengancam. Shukaku mencibir pelan dan Kurama kembali menikmati makanannya dengan tenang.

"Jika Sasuke dan Hinata sering mengunjungimu, pasti kau tahu dimana mereka tinggal bukan?" tanya Naruto menatap Kurama penuh harap.

"Tentu, mereka memberitahuku dimana mereka tinggal. Kau mau menemui Hinata atau Sasuke dulu?" tanya Kurama dengan mulut penuh daging.

"Hinata." ucap Naruto pelan, "Aku tidak tahu bagaimana reaksinya jika tahu sekarang aku seorang gadis." lanjutnya miris dan memakan dagingnya dengan malas.

"Kalian tidak akan bisa membuat anak." celetuk Kurama membuat ketiganya tersedak makanan sendiri-sendiri.

"Apa kau tidak belajar tata krama di dalam berbicara?!" seru Shukaku kesal.

"Kau benar." Naruto menghela napas panjang.

"Kedua anakmu tidak berenkarnasi karena jiwa mereka hancur." ujar Kurama telak membuat Naruto terdiam menatapnya tidak percaya, "Pertarungan akhir sangat mengerikan sehingga mereka berdua menghilang beserta jiwa mereka, mungkin karena itu kau terlahir sebagai seorang gadis. Anak-anakmu tidak akan berenkarnasi, Naruto." ujar Kurama bagaikan tamparan keras bagi Naruto.

"Mungkin ini salahku karena terlalu lemah."

"Jangan menyalahkan siapapun termasuk dirimu sendiri karena ini sudah takdir dari Dewa."

"Itu benar, aku melihat sendiri bagaimana pertarungan mengerikan itu." sahut Gaara di angguki pelan oleh Shukaku, "Sebelum kematiannya, Boruto menyegel semua Jinchuriki dengan segel terkuat dan hanya bisa di patah oleh pemilik mereka saja. Pemilik semua Jinchuriki selain mereka yang terpilih, adalah kau Naruto. Kau memiliki semua cakra Jinchuriki yang menjadikan kau pemilik sembilan Jinchuriki, jika kau ingin membebaskan mereka semua tentu bisa." Gaara melirik Naruto sesaat dan kembali makan dengan tenang.

Naruto tidak menjawab sama sekali dan memilih untuk diam karena dia sangat berduka mendengar kabar dari Kurama dan Gaara mengenai anak-anaknya yang tidak akan bisa berenkarnasi.

oOo

"Kau yakin belum ingin bertemu Hinata?" tanya Kurama yang kini sudah berubah menjadi Rubah dengan ukuran tubuh yang kecil persis seperti kucing namun sedikit lebih besar dan memiliki sembilan ekor.

"Belum." Naruto membaringkan dirinya di atas kasur setelah mandi dengan mengenakan piayama tidur bergambar kucing.

"Kau masih bersedih dengan kematian kedua anakmu?" tanya Kurama dan tidak mendapatkan jawaban apapun dari Naruto yang kini memeluk boneka hiu dengan erat lalu tak lama terdengar suara isakan tangis.

Kurama menghela napas panjang dan melompat naik ke atas kasur lalu berbaring di belakang punggung Naruto seperti janin, "Pengorbanan yang mereka lakukan adalah bukti manusia bisa hidup nyaman hingga saat ini, mereka adalah pahlawan." ujar Kurama pelan, ia tidak pandai menghibur orang bersedih terlebih seorang gadis.

"Hinata juga mengetahui hal ini, dan dia berpikir mungkin kau tidak akan berenkarnasi mengingat masa lalu." Kurama terdiam sejenak dan isakan Naruto masih terdengar, "Jangan sedih." lanjutnya pelan lalu memejamkan kedua matanya untuk beristirahat.

Dua jam menangis dan akhirnya Naruto terdiam memandang langit malam dari balik jendela kamarnya. Memperhatikan rembulan yang tidak berubah sama sekali sejak dahulu. Hanya nasibnya yang saat ini berubah dan ini adalah pukulan keras di dalam hidupnya bahkan membuatnya sulit untuk bernapas.

Naruto tidak bisa tidur sama sekali hingga matahari terbit dan naik ke atas langit. Suara kicauan burung terdengar dari luar kamarnya dan dengan terpaksa Naruto bangun untuk membersihkan diri lalu bersiap untuk pergi sekolah.

Kurama bangun dan mendesah panjang karena merasa tidurnya sangat nyaman sekali apalagi kasur yang ia tempati begitu empuk dan lembut membuatnya ingin terus berbaring. Kedua matanya melirik singkat ketika Naruto keluar dari kamar mandi dengan seragam sekolah.

"Kau mengenakan rok?" Kurama tergelak lebar hingga ia kembali berbaring karena tertawa.

"Berhenti tertawa!" seru Naruto tak suka tapi Kurama tetap tertawa keras.

"Kau sangat cantik!"

"Kau tidak akan mendapatkan daging hari ini!"

Dan tawa Kurama pun berhenti karena ancaman mengerikan itu keluar dari mulut tuannya, "Aku ingin daging." ujar Kurama dengan nada santai membuat Naruto kesal dan melemparkan sisirnya kearah Kurama yang cepat menghindar.

"Aku harus pergi sekolah, kau bisa istirahat di dalam meridianku karena aku tidak mau membawa kau yang berat itu di dalam tas!"

"Terserah." Kurama tidak peduli dan ia pun langsung menghilang dari hadapan Naruto dan bersmayam di dalam meridian Naruto. Naruto mendengus dan bersiap pergi ke sekolah setelah penampilannya rapi.

.

.

Bersambung~

Terima kasih buat dedek emes kakak yang dengan sabar ngepost cerita kakak wkwkwkwk ... Maaf ya minna-san, hp aku lagi eror sangat jadi aplikasi Wattpad sedang tidak aku adakan karena nggak muat, jadilah dedek emesku lah yang rajin buka akun Wattpad aku buat post cerita sehingga bisa kalian baca wkwkwk ... Makasih ya dedek ^^V

The Second Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang