Chapter 23

1.3K 208 11
                                    

"Dia siapa?" tanya Kawaki memperhatikan Neji yang dengan santai membunuh para Zetsu. Gayanya terlihat sangat keren, apalagi rambut hitam panjangnya yang berterbangan ketika dia berlari dan melompat saat ada Zetsu yang menyerangnya.

"Keren!" seru Boruto kagum melihatnya, "Eh oka-chan!" Boruto berlari cepat ke arah ibunya di ikuti oleh Kawaki.

"Semuanya sudah bersih." ujar seorang ANBU yang datang menghampiri Hinata.

"Benar-benar tidak ada lagi?" tanya Hinata.

"Iya, hampir di seluruh sudut kota sudah di telusuri." ANBU itu mengangguk.

"Hinata, apa kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja Neji-nii." jawab Hinata cepat.

"Eh paman Neji?!" seru Boruto hampir tidak percaya. Neji terlihat jauh lebih tampan dan keren dari foto yang pernah dia lihat.

"Boruto." Neji tersenyum memeluk Boruto erat. Akhirnya ia bisa melihat keponakannya, Hinata sudah menjelaskan semua keadaan yang saat ini terjadi dan dia mengerti.

"Dimana Himawari?" tanya Neji tidak sabar untuk bertemu putri bungsu Hinata dan Naruto itu.

"Dia berada di rumah keluarga Uchiha, dia terlalu kecil untuk ikut memburu Zetsu." jawab Hinata.

Neji mengangguk mengerti lalu berbalik menatap Kawaki yang sejak tadi memperhatikan dirinya, "Kawaki?" tegurnya.

"Oh maafkan saya! Senang bisa bertemu dengan anda Neji-san!" sapa Kawaki menundukan kepalanya singkat.

"Panggil aku paman dan jangan bersikap formal. Kamu juga keponakanku."

Pipi Kawaki merona malu dan juga bahagia mendengarnya. Ia mengangguk cepat, "Iya paman." ucapnya pelan karena masih merasa canggung dan kecanggungan itu perlahan pudar saat Neji juga memeluknya erat, "Terima kasih sudah menjadi kakak yang baik untuk Himawari dan melindungi Boruto di masa lalu. Kamu anak yang baik, Kawaki." bisik Neji lalu melepaskan pelukannya.

"Hm!" Kawaki mengangguk malu.

"Dimana Naruto dan Sasuke?" tanyanya menatap Hinata.

"Tidak ada kabar sejak kami turun ke lapangan untuk membasmi Zetsu." jawab Hinata.

"Saat ini mereka pasti sedang melakukan hal yang berbahaya." Neji menghela napas.

"Kakak benar. Aku sangat tidak berguna karena tidak bisa membantu Naruto-kun." ujarnya lirih.

"Jangan sedih seperti itu. Jika kamu tidak membantunya dalam hal seperti ini. Maka kamu harus membantunya dengan lain, Hinata." ujar Neji menghibur.

"Kawaki! Kita berkeliling sekali lagi ke seluruh kota untuk memastikan jika semuanya benar-benar aman." ujar Boruto di angguki oleh Kawaki dan keduanya menghilang dengan cepat.

"Hinata kamu baik-baik sajakan?" tanya Konan datang mendekat.

"Aku baik." Hinata mengangguk singkat.

"Hm. Aku akan menemui Yahiko dan Nagato, sampai jumpa!"

"Sampai jumpa!" Hinata melambaikan tangannya.

"Kakak akan berkunjung besok ke rumahmu. Sekarang kakak harus kembali ke rumah utama atau ayah akan marah."

"Iya hati-hati, kakak!" Hinata berojigi singkat dan Neji hanya membalasnya dengan usapan lembut di kepalanya.

"Hinata!" seru Ino datang menghampiri, "Sudah selesaikan? Ayo pulang, aku sudah lelah." ucap Ino pelan.

"Hm! Ayo kita pulang, aku akan menghubungi Kawaki dan Boruto untuk pulang sendiri."

"Oke!"

oOo

Naruto dan Sasuke keluar dari dimensi tempat Kaguya di segel, sekarang mereka ada di hutan larangan Konoha. Hutan ini tidak lagi selebat dulu bahkan semakin jarang karena banyaknya pemungkiman yang di bangun. Padahal dulu hutan ini sangat mengerikan bahkan Naruto pernah di makan ular Orochimaru di hutan ini. Mengingatnya saja Naruto bergidik ngeri. Dari aliran cakra yang tersisa dari Zetsu putih yang berhasil kabur, mereka yakin jika Zetsu itu berada di hutan ini.

"Kita berpencar!"

Naruto mengangguk dan keduanya pergi ke arah berbeda. Naruto mengeluarkan sepuluh bayangan untuk mempermudah mereka mencari keberadaan dimana markas Zetsu berada. Naruto berhenti bergerak saat melihat satu Zetsu putih sedang merangkak berjalan di antara pohon seraya memperhatikan sekitarnya.

"Kemana dia akan pergi." gumam Naruto mengikutinya seraya menyembunyikan cakra dan energi kehidupannya agar tidak di temukan oleh Zetsu. Zetsu terus berjalan hingga mendekati sebuah gua dengan pintu masuk yang kecil Naruto berusaha untuk lebih dekat tapi sebuah tangan dengan cepat menutup mulutnya lalu tangan lain memeluk perutnya.

"Hmp!"

"Diam!" desis Sasuke dan Naruto benar-benar diam dalam dekapan Sasuke. Setelah Zetsu itu menghilang masuk ke dalam gua, barulah Sasuke melepaskan Naruto.

"Apa yang kau lakukan Sasuke?!"

"Jangan ceroboh." tegur Sasuke singkat.

"Kita harus menghabisi mereka!"

"Kita belum tahu di dalam sana berapa banyak. Jika kita ingin masuk memburu mereka, harus ada yang menjaga pintu keluar untuk berjaga-jaga agar mereka tidak pergi ke kota, dan kita tidak tahu berapa banyak pintu keluar gua itu. Apakah satu atau lebih dari satu, mengerti?"

"Oh aku mengerti." Naruto bergumam pelan.

Sasuke segera mengirimkan pesan kepada Obito. Orang-orang yang di anggap mampu harus datang ke tempat ini dan Sasuke akan membuka portal ruang dan waktu agar lebih cepat tapi siapa yang mengira bahwa Boruto dan Kawakilah yang sampai lebih dulu bersama dengan Gaara.

"Aku rasa kita saja cukup." ujar Boruto sangat percaya diri.

"ANBU dan tiga orang Akatsuki akan datang untuk berjaga di sekitar sini." ujar Sasuke di angguki oleh Naruto.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Gaara.

"Satu Zetsu masuk ke dalam gua tetapi kami belum masuk untuk melihat keadaan di dalam gua. Kami membutuhkan kalian untuk melindungi area ini dari sesuatu hal yang buruk mungkin akan terjadi." jawab Sasuke di angguki Gaara.

"Ayo kita masuk, Sasuke." ucap Naruto pelan.

"Kawaki dan Boruto, kalian berjaga dengan berkililing sekitar gua. Gaara kau menjaga pintu masuk." ujar Sasuke di angguki ketiganya.

Mereka segera berpencar menjalankan tugas masing-masing. Sasuke mengaktifkan sharingannya lalu tubuh Naruto sendiri di balut dengan cakra kyuubi.

"Jurus seribu bayangan!"

Pop! Pop! Pop! Pop! Pop! Pop!

Lima belas bayangan Naruto muncul siap menerima perintah, "Lima ikuti Kawaki, lima ikuti Boruto dan lima lagi bersama Gaara." jelasnya.

"Siap!"

Naruto dan Sasuke dengan cepat masuk ke dalam gua yang sangat gelap tetapi dengan kedua mata mereka saat ini tentu saja mereka bisa melihat dalam gelap dengan mudah. Langkah keduanya terhenti di ujung jalan, mereka terdiam melihat ke bawah jurang yang dalam, disana di penuhi Zetsu putih yang tertidur.

"Mungkinkah mereka sisa perang yang belum bangkit?" gumam Naruto sedikit merasa ngeri.

"Sepertinya begitu. Siapkan cakramu, Naruto." Sasuke melompat masuk ke dalam jurang dalam itu di ikuti Naruto. Keduanya sudah bersiap dengan jurus andalan masing-masing.

"Chidori!"

"Rasengan!"

.

.

.

Bersambung~

The Second Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang