Chapter 1

5.8K 534 20
                                    


Hujan turun begitu deras malam ini, petir dan kilat mewarnai langit malam yang gelap gulita. Angin berhembus sangat kencang hingga pepohonan ada yang tumbang dan menyentuh sebuah kaca jendela kamar hingga pecah menyebabkan seorang anak laki-laki yang sejak tadi tidak bisa tidur tersentak kaget dengan tubuh bergetar hebat.


"Ibu, ayah." ucapnya pelan dan lirih, ia hendak keluar dari kamarnya namun terhenti saat lampu kamarnya padam dan suara desisan terdengar dari balik jendela.

Ia menoleh ke belakang, kedua matanya terbelalak lebar melihat sesosok ular raksasa masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya jatuh terduduk di lantai dengan kedua mata terfokus dengan mahluk di depannya tanpa mampu untuk berteriak atau mengatakan apapun, tubuhnya terlalu kaku untuk bergerak saat ini.

"Jangan takut Tuanku, ini aku." ujar ular raksasa itu membuatnya semakin ketakutan. Ular itu bisa berbicara!

"Tuan, ini aku Aoda." katanya lagi mendekatakn wajahnya sehingga anak itu semakin ketakutan.

"Ah, aku lupa kau tidak mengingatku." katanya lagi dengan menegakkan kepalanya lalu Ular itu menghilang dalam sekejap di telan asap.

"Hiks!" anak itu mulai terisak dengan napas tidak beraturan hingga akhirnya jatuh pingsan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Bagaimana dengan keadaan putraku?" tanya Fugaku cemas karena menemukan anaknya pingsan di lantai kamar lalu kaca jendela kamarnya pecah karena pohon tumbang.

Semalam ia tidak bisa tidur dengan beberapa pelayan apalagi mendengar suara keras yang ternyata pohon tumbang dan kaca yang pecah lalu menemukan anaknya pingsan hingga pagi ini belum sadar.

"Keadaannnya baik-baik saja meski dia sedikit demam, Tuan." ujar sang Dokter seraya beranjak berdiri setelah memeriksa keadaannya.

"Ya sudah anda boleh pulang Dokter, terima kasih sudah mau datang malam-malam lalu menginap disini untuk putraku."

"Sama-sama, Tuan. Saya senang bisa melayani anda sekeluarga sejak dulu." katanya penuh rasa hormat dan pamit undur diri.

Fugaku mengangguk dan mereka keluar bersama meninggalkan seorang anak sendirian di dalam kamarnya dalam keadaan tertidur. Namun tak berapa lama mereka keluar, anak itu terbangun dengan kedua mata yang berbeda. Sharingan dan Rinnegan serta semua ingatan di masa lampau.

Dimana? Aku dimana?

Cklek!

"Sasuke?"

Kedua mata berbeda warna itu segera menghilang saat ia menyadari keadaan seseorang dan ketika pintu terbuka, ia terkejut dengan kedua mata terbelalak lebar.

"Kamu sudah bangun?" Mikoto tersenyum menghampiri putranya yang menampilkan ekspresi terkejut.

"Kamu kenapa?" tanya Mikoto merasa aneh dengan sikap anaknya.

The Second Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang