Acara gadis terpilih ketiga sudah berakhir, dua hari lagi akan ada perayaan pesta yang akan diadakan sekaligus menjadi adu keanggunan.
Masyarakat sudah mulai bubar seperti biasanya, ratu Angelina dan para petinggi kerajaan juga sudah meninggalkan tempat mereka.
"Wah.... Aku rasa mereka sangat cocok" ucap Rose. Clara, Rose dan Bianca sedang berdiri bersama menyaksikan putri Brienna sedang berbicara berdua dengan pangeran Alveno.
"Hah? Cocok? Aku justru lebih setuju jika antara kalian yang menjadi permaisuri daripada Brienna"
"Putri Brienna...." Koreksi Rose yang tahu Clara jarang sekali menggunakan sebutan kasta jika memanggil orang lain seperti pangeran Alveno atau Putri Brienna dan Bianca.
"Heheh ....." Cengir Clara
"Aku senang berteman dengan kalian, diantara kita berempat salah satunya akan menjadi permaisuri dan lainnya menjadi selir. Melihat kita akrab seperti ini aku rasa tidak akan ada masalah" ucap Bianca
"Apa memang harus menjadi Selir?" Heran Clara, sejak awal ia memang bertujuan tidak menjadi apapun bagian dalam istana
"Kenapa? Aahh.... Kau mau jadi permaisuri yah?" Goda Bianca
"Gak lah, aku mau bebas.... gak menjadi permaisuri ataupun selir sama sekali"
Bianca dan Rose saling tatap.
"Kau serius? Aku kira kau benar-benar bercanda saja kemaren" ucap Rose
"Untuk apa aku berbohong?, Mungkin diriku yang dulu akan senang.... Tapi tidak dengan diriku yang sekarang"
Putri Brienna yang sedang bersama pangeran Alveno akhirnya pergi karena dipanggil oleh ratu Angelina. Akhirnya pangeran Alveno langsung merasa lega, dari tempatnya ia melihat Clara dan dua gadis terpilih lainnya sedang mengobrol.
"Oh iya aku mau mencari teman ku Diva. Sampai jumpa.... Oh iya Rose. Menginap lah di istana, aku kesepian. Kita sekamar saja"
"Aku? Emm..... Aku tidak bisa"
"Kenapa?"
"Aku rasa aku tidak cocok berasa disana. Lagian rumah ku tidak lah jauh seperti Putri Brienna dan Bianca. Aku juga tidak diundang oleh ratu, atau dalam bahaya karena menyelamatkan pangeran"
"Tapi kau gadis terpilih..... ayolah.... Aku akan meminta izin pada Ratu Angelina, jika aku berhasil mendapatkan izin. Kau harus mau yah?"
Karena Clara memelas dengan wajah yang dibuat memohon dan lebih harap Rose tidak bisa menolaknya sama sekali. Ia pun mengangguk untuk menyetujui.
"Yes!!.... Aku akan bertanya langsung sekarang. Jangan pulang dulu yah..., ingat! jangan pulang. Aku akan mencari mu nanti. dah Bianca.... eh putri Bianca, Rose" ucap Clara sambil berjalan mundur
Sesuai rencananya yang sudah ia rencakan tadi pagi Clara segera berjalan menyusuri istana menuju tempat Diva. Ia tidak terfikir untuk mengganti gaunnya yang menurutnya lebih cantik dari model gaun yang sudah pernah ia pakai selama di Istana.
"Ck... Ngapain dia disitu" batin Clara melihat Alveno berada dikoridor sebelah kiri, jika ia terus berjalan tentu dia harus memberi hormat dan menyapa dulu.
Alveno yang sudah melihat Clara terus melangkah agar nantinya mereka bertemu, dan sesuai peraturan Clara harus memberi hormat nanti, seperti menyapa. Ia sengaja mengikuti Clara karena sedang tidak ada kerjaan, tepatnya ia sedang bosan. Ia memiliki pekerjaan yang ditumpuk.
"Eh dia mau kemana?" Heran Alveno melihat Clara berbalik putar arah.
"Clara!" Panggil Alveno
"Aish..... Kenapa kau manggil-manggil sih" batin Clara
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Eclipse
Fantasy[Fantasy-Romance] Clara : Gadis biasa yang terjebak didunia berbeda, memiliki sifat pemberani, pintar dan melakukan apapun yang dia suka. Alveno : Pangeran kerajaan Orion yang tampan dan disukai rakyatnya. Sayangnya ia bersifat songong, pemarah dan...