"Eonni!!!"
Byulyi mendengar seruan samar-samar di luar ruang inapnya di hari kelima dia di rumah sakit. Dirinya kini sedang duduk di atas ranjangnya sambil membaca berita-berita mengenai dirinya di internet. Ponsel utama miliknya telah rusak dan kini menjadi barang bukti di kepolisian. Dan sekarang dia menggenggam ponsel baru yang dibelikan Dahee untuknya.
Ironis.
Namun Byulyi tak berniat untuk menyimpan ponsel itu lama-lama. Saat dia keluar dari rumah sakit, ponsel itu akan dikembalikannya kepada wanita itu.
Byulyi hendak turun perlahan dari ranjangnya, namun selang beberapa saat, pintu terbuka dan memunculkan sosok Jung Wheein yang wajahnya ditempeli plester sana-sini. Wanita mungil itu berhamburan ingin menghampirinya dengan raut wajah khawatir, namun di belakangnya, dua orang pria bersetelan hitam-hitam mencoba mengejarnya. Salah satunya berhasil meraih tangan Wheein, lalu menarik tubuh wanita itu dan langsung mengunci kedua tangan Wheein ke belakang tubuhnya.
"Bagaimana bisa kau membiarkannya membuka pintu??" Bentak pria berbibir lebih tebal dengan suara agak tinggi, dan Byulyi belum mengetahui siapa nama kedua pengawalnya itu.
"Maaf. Tenaganya kuat sekali, jadi aku kewalahan menahannya." sahut pria satu lagi, si bibir tipis.
"Lepaskan!!!" seru Wheein sambil meronta. "Eonni~"
"Tolong lepaskan dia. Dia manajerku. Lagipula wanita kecil begitu tidak bisa melukaiku." ujar Byulyi tersenyum pada Wheein.
Pria yang mengunci tangan Wheein melirik Si Bibir Tebal. Lalu Si Bibir Tipis melepaskan tangannya saat pria di sisinya mengangguk kecil.
Wheein menatap pria di belakangnya tak suka sambil mengusap tangannya yang kesakitan, lalu kembali menghampiri Byulyi.
"Maaf, tadi saya meninggalkan tempat sebentar. Untuk ke depannya, tidak akan terulang lagi." ujar Si Bibir Tebal sambil membungkukkan kepalanya sedikit. Suaranya datar tanpa emosi. Begitupun dengan tatapannya.
Byulyi melirik kedua pria itu bergantian dengan malas. "Tidak apa-apa. Dia orang yang kukenal. Lagipula, aku tak menginginkan keberadaan kalian."
Kedua pria itu menunjukkan sedikit perubahan di ekspresi mereka. Byulyi sepertinya menyinggung mereka. Byulyi tak peduli. Dia menarik Wheein untuk duduk di sisinya di ranjang. Byulyi memerhatikan setiap jengkal wajah Wheein. Lalu dia berdecak kecewa.
"Wajah cantikmu jadi penuh luka begini." Byulyi menatap Wheein prihatin. "Maafkan aku sudah membuatmu dalam bahaya."
"Apa maksudmu? Bukankah ini kecelakaan. Kau juga terluka lebih parah dari pada diriku. Dan Oppa ..." Wheein menelan ludah.
"Maaf..." Byulyi tersenyum sedih. Mata Wheein mulai berkaca-kaca. "Aku akan menceritakan apa yang kutahu. Nanti, oke?"
Wheein menatapnya tak mengerti. Namun Byulyi hanya memberinya senyuman untuk menenangkannya.
"Kau mau makan apa? Aku bosan makanan rumah sakit. Kau mau tteokbokki?" tanya Byulyi.
Wheein hanya mengangguk sambil mengusap gips yang membalut tangan kiri Byulyi dengan tatapan prihatin.
"Permisi." Byulyi menyeru kepada kedua pria itu, yang baru disadarinya belum keluar dari ruangan. Mungkin masih tidak percaya bahwa Wheein yang begitu imut itu tidak bisa menyakitinya. "Bisa salah satu dari kalian mendekat?"
Si Bibir Tebal menghampiri kedua wanita itu. Pria itu berdiri gagah di sisi ranjang. Melihat wajah pria itu dari dekat membuat jantung Byulyi entah mengapa seperti berhenti berdetak sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Hell or High Water (JinByul)
FanfictionMoon Byulyi -seorang aktris yang temperamen- dipertemukan dengan Kim Seokjin, bodyguard yang dingin. Apa yang terjadi ketika kedua orang yang saling bertolak belakang ini bertemu?