Chapter 19

493 43 22
                                    

Rumah itu masih sama, namun rerumputan di sekitarnya meninggi. Byulyi membuka pintu utama, dan ternyata tak terkunci.

Bagaimana jika orang tua Jin ada di sini? Akankah mereka menerima kehadiranku? Maksudku... secara teknis aku calon menantu mereka.

Aishh. Bahkan Jin saja belum aku ketahui keberadaannya.

Byulyi masuk perlahan ke dalamnya. Tidak ada yang berubah. Tetap rapi dan bersih. Mungkin setiap minggu ada orang yang membersihkan rumah itu. Sayang sekali jika rumah seindah itu tak terawat, menurut Byulyi.

Byulyi berseru, namun tak ada sahutan.

Dia akhirnya memberanikan diri melangkah lebih ke dalam. Tempat pertama yang dikunjunginya adalah kamarnya dulu. Dan tidak ada yang berubah. Lalu ruang keluarga, TV yang sama masih bertengger di sana.

Lalu dia ke ruang makan dan dapur. Meja makannya bersih tanpa ada apapun di atasnya. Namun mata Byulyi menangkap sesuatu yang ganjil, ada dua mangkok yang masih basah seperti baru dicuci diletakkan di sisi tempat cuci piring. Lalu dia membuka lemari es, dan dia mendapati lemari es itu penuh bahan makanan.

Byulyi merinding, dan tanpa pikir panjang lagi, dia berlari menuju tangga ke lantai dua.

*

Byulyi mendapati kamar masa kecil Jin yang kosong dan gelap. Byulyi tertawa pendek. Menertawakan kebodohannya sendiri.

Jin sudah tak ada. Dia seharusnya melepas sosoknya setahun yang lalu. Saat dia mengusirnya dari kamar hotel. Bukankah waktu itu dia sudah memutuskan tak akan lagi terlibat dengan pria manapun?

Mengapa sekarang Byulyi malah membiarkan bayangan pria itu menghantuinya?

Dan untuk apa Byulyi datang ke rumah itu?

Dia tak tahu.

Mungkin dia hanya perlu kenangan yang kuat untuk menyiksa dirinya sendiri. Byulyi seperti menata hidupnya sekaligus menghancurkannya perlahan.

"Yah! Kenapa lama sekali???"

Byulyi menoleh ke asal seruan itu. Sebuah suara pria terdengar dari arah ruang kerja. Byulyi sama sekali lupa jika ada ruangan lain yang belum dilihatnya. Dia lagi-lagi merasa bodoh. Namun kali ini asanya kembali membesar.

Byulyi melangkah cepat, lalu membuka pintu ruang kerja dengan agak kasar.

"Sh*t!! Who the f**k are you???"

Byulyi mendapati seorang pria yang duduk di kelilingi empat atau lima layar monitor di meja-meja kerja. Ruangan itu terasa begitu dingin, dan tirai di jendela dibiarkan tertutup. Ruangan itu begitu terang karena lampu yang dinyalakan.

Ruangan itu berubah, dari ruang kerja klasik menjadi sebuah ruang komputer dan hardware berteknologi tinggi. Byulyi menatap pria yang masih terkejut itu.

Dia merasa pernah melihatnya.

"Moon Byulyi-ssi??" kata pria itu tak percaya, membuat Byulyi mengerjap.

Siapa dia?

"Hyeong, buku mana yang sebenar-"

Byulyi menoleh pada pria yang keluar dari pintu yang terhubung ke perpustakaan.

Kim Seokjin.

Berdiri mengenakan kaos hitam yang jatuh sempurna di badannya. Rambutnya kini cukup panjang dan menutupi telinganya. Di tangannya ada dua buku tebal.

Come Hell or High Water (JinByul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang