Chapter 09

333 38 16
                                    

Byulyi berdiam diri di ruang kerja di lantai dua. Di tangannya ada naskah terbaru dari film yang sedang digarapnya. Sesekali membacanya, dan sesekali menatap ke jendela. Pagi itu agak mendung, matahari tidak terlihat. Membuat perasaan Byulyi sedikit gelisah.

Byulyi mulai membaca naskahnya lagi. Dan dia mendapati bagian scene 245, adegan di mana dia dan Park Seojoon melakukan adegan 'berani' dengan latar belakang sebuah kabin di tengah hutan.

Pikiran jahil Byulyi muncul. Dia mengambil ponselnya, lalu mengambil foto potongan teks adegan itu.

Byulyi mencari kontak Jin, lalu mengirimkan pesan untuk pria tersebut.

Ini aku, Moon Byulyi. Karena aku tak bisa mengirim foto dari ponsel yang kau beri, makanya aku mengirimkannya dengan nomor ini. Sebentar.

Senyum Byulyi masih tersungging di bibirnya. Dia mengirim foto teks itu lalu menambahkan caption di bawahnya.

Ini adalah scene dengan Park Seojoon yang paling kunanti. Menurutmu, apa aku harus menjambak rambutnya atau tidak? Penulisnya tidak menulis dengan detail apa yang harus kulakukan. Sepertinya aku harus melakukan improvisasi.

Pesan itu telah terkirim. Byulyi memekik sebentar ketika menyadari keberaniannya mengirim hal semacam itu kepada seorang pria. Dia menunggu respon dari pemilik nomor itu. Namun tak ada tanggapan setelah beberapa menit.

Nomor itu tak terdaftar dalam media sosial lainnya saat Byulyi memeriksanya. Byulyi hanya bisa berharap pada layanan telepon, SMS dan MMS

"Mana ada jaman sekarang yang masih menggunakan SMS dan MMS." gumam Byulyi lemas. Dia menghempaskan dirinya ke sandaran bangku. Menatap lagi ke luar jendela.

Byulyi merogoh saku celana yang dikenakannya. Dia mendapati telepon kecilnya disana, ia pun mengeluarkannya, lalu menatapnya sebentar. Tanpa banyak berpikir, ia menekan tombol 1 lama-lama. Lalu menempelkan benda itu ke daun telinganya. Dia pun menunggu sesaat.

Tersambung!!

Jantung Byulyi berdetak cepat. Dia menunggu sambungan itu diangkat sambil menggigit bibir bawahnya harap-harap cemas.

Setelah dering ke enam, dering selanjutnya tak terdengar. Seseorang mengangkatnya di seberang sana.

"Ha- halo..." ujar Byulyi ragu.

Tak ada jawaban.

"Jin, apa kau di sana?"

Masih tak ada jawaban.

Lalu terdengar helaan nafas di seberang sana. Byulyi menutup mulutnya dengan tangannya. Berusaha untuk tak berteriak.

"Jin? Katakan sesuatu." pinta Byulyi tak sabar. Namun tetap hening.

"Jin, aku merindukanmu."

Lalu dua detik kemudian, sambungan diputus. Hati Byulyi bagai dihempas tongkat besi seketika. Rasanya sakit dan langsung mengambil semua tenaga yang ada di tubuhnya.

Come Hell or High Water (JinByul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang