Chapter 14

378 42 25
                                    

Hari ketujuh. Malam terakhir Byulyi ada di hutan itu. Dan malam ini adalah saat dimana dia harus melakukan adegan 245 bersama Park Seojoon. Pikiran Byulyi melayang lagi kepada Jin.

Dia teringat bagaimana waktu itu dirinya mengirim pesan yang begitu berani pada pria itu. Byulyi masih penasaran bagaimana reaksi Jin saat mendapatkan pesannya.

Byulyi belum sempat bertanya padanya saat mereka menghabiskan malam bersama. Mungkin pria itu jijik padanya saat membaca adegan itu. Berpikir betapa murahan dirinya hingga membuang harga diri demi mendapat perhatian pria itu.

Tapi waktu itu dia mau meneleponku. Dia merindukanku. Dia tidak sepenuhnya menghindariku.

Saat Byulyi sedang asyik membaca naskahnya di depan pintu trailer-nya sambil dikelilingi oleh keempat bodyguard-nya, seseorang menghampirinya. Seojoon.

Pria itu tersenyum, lalu berdiri bersandar pada badan trailer  di sisi Byulyi yang menatapnya canggung.

"Maaf mengganggumu, tapi sutradara memintaku membicarakan adegan nanti malam denganmu." ujar pria itu dengan senyum menawannya.

"Ah, maaf, Oppa. Harusnya aku yang datang ke tempatmu." ujar Byulyi tak enak hati. Pria itu hanya mengibaskan tangannya, memberi tanda Byulyi untuk tidak khawatir.

Byulyi merasakan dirinya seakan menjadi tidak nyaman dengan keberadaan Seojoon di luar pekerjaan, padahal pria itu tak melakukan apapun padanya. Byulyi merasa tak enak hati atas sikap tak sopannya selama di lokasi syuting. Pria itu tak pantas mendapatkan imbas dari keputus-asaan Byulyi pada pria lain.

"Untuk adegan ini. Menurutmu bagaimana kita harus melakukannya?" tanya Seojoon, "kau tahu, aku tak mau memaksakan sesuatu jika itu membuatmu tak nyaman. Jadi, aku akan ikut idemu saja."

Byulyi tertawa pendek mendengar pertanyaan Seojoon yang mencengangkan. "Bagaimana kalau kita tidak membicarakannya secara detail, Oppa. Kita lakukan seperti biasanya orang lakukan."

"Bagaimana biasanya orang melakukannya?" pria itu tersenyum menatap Byulyi.

"Kau sedang memancing-mancing, ya?" Byulyi memicingkan matanya. Pria itu tertawa. Byulyi ikut tertawa.

Ah... sudah lama aku tak tertawa seperti ini.

Mengobrol dengan Park Seojoon memang tidak pernah mengecewakan.

"Bukankah seharusnya sutradara yang mengatur semuanya. Aku hanya akan mengikuti instruksinya." ujar Byulyi menatap naskahnya lagi.

"Ya, benar. Dia sebenarnya memanggil kita berdua untuk datang ke lokasi." ujar pria itu santai.

Byulyi terbelalak. "Yah!!! Kenapa tak bilang dari tadi??"

Pria itu tertawa. "Karena aku ingin mengobrol denganmu sebentar. Untuk melihat tawamu lagi."

Byulyi terdiam.

"Kau tampak menghindariku, Byul-ah." ujar Seojoon dengan wajah sedikit kecewa. "Kenapa? Apa kau risi denganku? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu marah?"

Byulyi menggeleng cepat. "Tidak. Hanya ..." Byulyi menatap pria itu dengan senyum kecut, "aku butuh konsentrasi penuh sendirian untuk menghapal dialogku."

"Kalau begitu berlatihlah denganku, kita biasa berlatih berdua sebelum kecelakaan itu." ujar pria itu, lalu menatap Byulyi lekat-lekat.

Byulyi merasa perutnya melilit saat mendengar kata itu. Pria itu menyadari reaksi Byulyi.

Come Hell or High Water (JinByul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang