Chapter 10

316 42 11
                                    

Malam itu Byulyi dan Wheein sedang bermalas-malasan di kamar Sang Aktris setelah makan malam. Dua hari setelah mereka berkunjung ke rumah Dahee, kehidupan mereka yang membosankan kembali melanda.

Byulyi memutuskan membaca buku yang dibawanya dari rumah Dahee. Sementara Wheein memainkan ponselnya.

"Eonni..."

"Hum..."

Wheein menatap wanita yang dipanggilnya. Byulyi bersandar di sandaran ranjang, sementara Wheein menelungkup di sisinya.

"Apa Jin-ssi belum juga menjawab teleponmu?"

Pertanyaan Wheein membuat konsentrasi Byulyi pada bukunya buyar seketika. Dia belum menceritakan kejadian di ruang kerja waktu itu. Dia tak mau menceritakan kisah menyedihkan itu sebelum tidur. Dia akan bermimpi buruk nantinya.

Byulyi menghela nafas, lalu menggeleng singkat tanpa menatap Wheein.

"Jin-ssi itu ... dia misterius. Maksudku, tidak seperti V yang bisa kau ajak bercanda kapan saja." ujar Wheein. "Memang, seharusnya seorang pengawal menjaga jarak dari yang dijaga, tapi ... bukankah kalian sudah melewati batas itu? Apa masalahnya bagi dia tetap berhubungan denganmu?"

Wajah Byulyi memanas saat mendengar ujaran Wheein. Dia menatap tajam manajernya. Wheein hanya tersenyum penuh arti.

"Jangan tanya padaku. Aku sendiri tak mengerti." ujar Byulyi gusar, sambil kembali beralih pada bukunya.

"Ah! Jadi benar kan, kalian sudah sejauh itu!!"

"Sejauh apa?? Tutup mulutmu!!" Byulyi membekap mulut Wheein sejenak sambil berseru rendah, karena wanita itu tiba-tiba berseru keras.

"Apa yang sebenarnya yang kalian sudah lakukan? Huh? Kalian sudah..." Wheein berujar lirih dan menatap Byulyi penuh arti.

Byulyi menepuk lengan Wheein dengan buku di tangannya. "Jangan sembarangan. Kami tak melakukan apapun."

"Tapi waktu itu di mobil, dan kata-katamu saat itu..."

Byulyi merasa terpojok. Mukanya pasti sudah semerah tomat. "I-itu, kami hanya berbicara sedikit."

"Ah... berBiCAra." Cibir Wheein. "Kalau mau berbohong, betulkan dulu lipstikmu, Eonni."

Byulyi menatap Wheein cepat. Wheein tertawa mengejeknya.

"Tapi serius, Eonni. Kalian benar-benar belum ke tahap itu?" tanya Wheein serius. Byulyi akhirnya meladeninya dengan menggelengkan kepalanya.

Wanita itu menatap Byulyi tak percaya.

"Aku belum tahu siapa dia. Siapa nama aslinya. Berapa usianya. Darimana asalnya," ujar Byulyi tanpa menatap Wheein, "aku tak mungkin melakukan itu dengan pria yang tak kuketahui sama sekali siapa dia."

Wheein terbelalak. "Kau belum tahu nama aslinya?"

Byulyi menggeleng. Dia menatap Wheein bingung. "Maksudmu ... kau sudah tahu nama asli V?"

Wheein mengangguk.

"Usianya? Asalnya?"

Wheein mengangguk lagi. Byulyi terbelalak.

"Jadi kalian sudah..."

"Sudah apa?" tanya Wheein.

"Itu.."

"Aisshh, Eonni! Tentu saja belum." ujar Wheein memukul kaki Byulyi pelan. "Kami bukan kucing seperti kalian yang selalu ingin 'menerkam' satu sama lain di manapun kapanpun. Ckckck, kalian berdua itu, ya ampun... kalian benar-benar harus mengontrol diri."

Come Hell or High Water (JinByul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang