》08《

642 100 82
                                    

Hai ini pollo_goldman😉
Jangan lupa tinggalkan vote dan Komentarnya ya. 🤗

Oh iya karna Pollo buat alur tentang demo beberapa minggu lalu, kalian harus ingatya ini hanya fiksi, nggak ada niat untuk memojokkan pihak manapun.

Dan masalah omnibus law cuma sebagai alur pelengkap, nggak ada kaitan penting sama alur cerita. 🙏 cerita yang tertuang disini murni hasil pikiran Pollo. 

Pagi itu di hari jumat, cuaca cukup terik namun sebuah negara sendang mendung-mendungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu di hari jumat, cuaca cukup terik namun sebuah negara sendang mendung-mendungnya. Oligarki terlalu merajalela dalam paham demokrasi yang dulu matian-matian mereka perjuangkan saat melengserkan orba. Mungkin saja tuan-tuan yang tengah malam tadi bekerja mengesahkan undang-undang adalah orang-orang yang sama, yang dulunya berkoar dijalan meminta keadilan.

Mungkin masih banyak mahasiswa yang sedang sibuk dengan tugas laporan, atau mendengar dosen menjelaskan dengan penuh khidmat.  Diantara mereka ada yang aktif demo di dunia maya, mengirim poster di akun sosial media sampai tranding beberapa hari. Ada juga yang apatis, memprioritaskan urusan pribadi dan tujuan pribadi. Mereka tidak salah. Paradigma bukan tentang salah dan benar.

Namun coba lihat kebelakang. Mahasiswa yang turun ke jalan, mahasiswa yang berseru dalam suara lantang, mahasiswa yang memperjuangkan hak untuk selembar tanda tangan. Mereka adalah demonstran, mereka pernah ada dalam sejarah. Aksi mahasiswa melengserkan cerita orba.

"Gimana Chan? Mobil buat teman-teman yang nggak ada kendaraan udah aman?? Oh, iya pastiin juga nggak ada yang bawa benda tajam, ya."

"Udah aman semua kok, tadi Baekti sama Kaisar juga udah periksa. Tinggal nunggu mobil komando, lagi di siapin sama Sena."

"Oke, siap- siap 30 menit lagi kita menuju lokasi. Gue udah di telfon dari universitas lain. Beberapa udah ada yang mau jalan ke lokasi."

"Mas juna"

Juna menoleh kearah Jingga "iya, gimana? diizinin sama papa?"

"Nggak diangkat mas, mungkin lagi sibuk kerja." Bohong Jingga, dia tidak menghubungi sang ayah karna jelas dia tau pasti sang ayah tidak akan mengizinkan anak tunggalnya untuk ikut aksi demo. Jingga bahkan yakin sepenuhnya sang ayah akan menyuruh orang suruhannya untuk menyeretnya pulang kalau ia ketahuan ikut demo.

"Jangan lupa izin ke mereka, kamu itu cewek. Bukannya mas beda-bedain gender, tapi mas pikir anak cewek pasti lebih di protektifin sama orang tua. Apalagi ini pertama kalinya kamu ikut demo kan. Jangan sampai mereka nggak di kasih tau."

"Iya mas juna. Oh iya, ini buat mas juna, siapa tau belum makan" ucap Jingga memberikan kotak rotinya

"Makasih ya, kamu udah makan kan?"

"Udah mas"

"Persiapan yang disuruh kemarin malam udah di bawa?"

"Udah dong"

•Kompas Klasik•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang