"Juna mana kok bunda nggak liat Juna dari tadi?"
"Iya, aku juga belum liat Juna pagi ini."
Miko bersuara. Ia sedang duduk di kursi bar dapur bersama Eirene, menunggu bunda sedang memanaskan makanan yang dibawanya dari Bandung.
"Itu, apa— Juna ada kegiatan Bem" jawab eirene asal
"Juna emang sibuk banget ya sama Bem? Kuliahnya gimana?"
"Ya gitu nda, banyak yang ngulang" jawab Miko
"Miko juga sibuk main bola" Eirene tidak terima
"Tapi ip aku selalu diatas 3,5 ya, Rin"
"Emang kalian nggak ngingetin Juna buat belajar? Kasiankan nanti kalian udah wisuda Juna masih sibuk skripsi kayak dulu, kaliannya udah diterima negri Juna masih harus SBMPTN"
"Bunda kayak nggak tau Juna aja, susah di bilangin. Kemarin kan dia ikut demo sampai kepalanya robek sampai ceweknya hampir jadi korban"
"Juna udah punya pacar?"
"Nggak, mereka cuma temenan" sahut Eirene tidak suka. Miko memang suka cepu ke bunda atau ke mama Juna, sebenarnya mereka berdua suka cepu tapi sekarang Eirene jadi kesal dengan Miko yang terdengar menjelek-jelekan pacarnya di depan bundanya sendiri.
"Kalian jangan sampai kayak Juna ya"
"Kok bunda bilang gitu? Irin nggak suka. Juna baik-baik aja kok"
Miko menoleh pada Eirene, dia bingung dengan reaksi Eirene yang menanggapi bunda seperti itu, biasanya mereka hanya akan diam dan menuruti perkataan bunda. Bunda selalu mengatakan itu pada mereka jangan seperti juna, mau bagaimana lagi Bunda pasti juga tau dari mama juna bagaimana Juna berfoya-foya dan hidup sesukanya di sini. Juna juga tidak bisa dinasehati, keras kepala, walaupun bagi miko dan eirene, Juna sebenarnya tidak seburuk itu.
"Iya kuliah itu prioritas nomor satu, jangan kebanyakan main-mainnya kayak Juna apalagi pacaran sampai ngerusak konsentrasi kuliah." Bunda menoleh pada Miko "Eirene ada yang deketin nggak, Mik?"
Eirene membulatkan mata pada miko seolah kalau dia bicara yang aneh aneh dia abis ditangan eirene
"Irin kan cantik nda, pasti banyak yang deketin" jawab miko, mengamankan posisi
"Ada yang sampe kerumah ngajak jalan?"
"Nggak bun. Irin nggak sempat jalan sama cowok." Jawab Eirene seadanya
"Kalau pacaran dan nilainya masih bisa dipertahanin nggak masalah sama bunda, tapi eirene harus benar-benar nunjukin kalau dia emang bawa dampak positif dihidup eirene jangan sampai gara gara pacaran nilai anjlok, jadi sering galau, mending nggak usah"
"Iya"
"Kalian jangan sampai bikin orang tua kecewa"
Eirene dan Miko hanya diam menganggukan kepala, sudah biasa dapat nasihat dari bunda.