Hi ini Pollo!
Jangan lupa Vote dan comment ✋Serine ambulan berbunyi nyaring membawa tubuh gadis itu ke rumah sakit untuk melakukan penanganan serius. Suara ambulan memecahkan kehebohan para mahasiswa yang sedang bersorak riuh karna demo mereka membuahkan hasil, gubernur datang menandatangani tuntutan yang mereka serukan. Namun diantara wajah wajah kusam yang tampak bahagia, beberapa rombongan juga terlihat putus asa, seperti Chandra yang terduduk di aspal, menyembunyikan wajahnya dilutut, dia gusar dan penuh tekanan.
"gue yakin mas Juna bisa ngatesin ini"
Ohsena bersuara, berharap perkataannya membuat Chandra sedikit lebih tenang
"masalahnya ini salah gue, gue yang mukul polisinya, itupun karna mereka kasar ke cewek, kalau nggak gue juga nggak akan tersulut emosi" ucap Chandra mengangkat kepalanya menatap Ohsena.
"jadi sekarang kita harus gimana?"
"gue mau nyerahin diri ke polisi dan bilang yang sebenarnya."
"menurut gue itu bukan pilihan yang tepat, chan. Mending buat sekarang kita cari solusi gimana caranya ngeluarin si Juna." saran Baekti
"tapi gue yang salah, gue yang mukul. Gue harus tanggung jawab juga!" Chandra berdiri. "kalian nggak usah khawatir, gue nggak tenang kalau gini." tambahnya.
chandra kemudian berlari menuju posko polisi.
"Chan! Woi!" Kaisar berseru melihat tubuh jangkung itu semakin menjauh.
"Tunggu dulu! Chandra!" Teriak Ohsena, mengusap kepalanya frustasi dia tidak menyangka demo hari ini akan berujung seperti ini.
"gua harus ke rumah sakit"
"Lo bisa nggak sekali aja nggak egois, Yo?! Mikirin kita semua disini! Lo nggak liat keadaan kita kayak gimana?!"
"Egois gimana? justru karna keadaanya gawat darurat kita nggak bisa diam aja! Itu adek gue antara hidup dan mati di rumah sakit!"
"udah-udah, nggak usah pake urat. Sekarang gini aja. Baek lo mending temenin Dio kerumah sakit. gimanapun kita semua juga bertanggung jawab sama keadaannya Jingga. Biar gue sama Ohsena yang cari solusi gimana ngeluarin Chandra dan Juna disini" kaisar menengahi.
"yaudah gitu aja, nanti kalau udah ada kabar baik hubungin kita, kalau kabar buruk nggak usah, gue pusing dengar kabar buruk mulu dari tadi" ucap baekti
Ohsena langsung menatap baekti serius namun baekti hanya tersenyum canggung "becanda elah, kaku amat."
Sepeninggal baekti dan dio, dua cowok itu hanya termenung di tepi trotoar jalan. Kaisar dan Ohsena tau sekali tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu kabar mereka esok hari, toh mereka sudah jelas di kantor polisi, dan kaisar tidak punya wewenang apa-apa untuk membebaskan mereka, begitupun Ohsena.