Keesokan harinya.
Raisa baru saja masuk ke dalam ruang kelasnya.
"Selamat pagi, Raisa!" sapa Vano dengan senyum ramahnya.
"Pagi, Van!" balas Raisa.
"Gue bawain bekal nih buat lo," ucap Vano menyerahkan sebuah kotak makan berwarna abu-abu pada Raisa.
"Thanks, Van. Tapi sayangnya, gue udah sarapan di rumah," ucap Raisa secara tidak langsung menolaknya.
"Nggak papa. Kan bisa lo makan ntar pas istirahat," ucap Vano.
"Yaudah deh," putus Raisa lalu menerima bekal dari Vano.
"Ada PR nggak, Sa?" tanya Vano setelah Raisa duduk di bangkunya.
"Nggak ada kok," jawab Raisa.
"Ulangan?"
"Nggak ada juga."
"Hm, gue boleh minta nomor lo nggak? Ya, siapa tau gue mau nanya-nanya soal pelajaran gitu."
"Boleh."
Vano segera memberikan handphonenya lalu Raisa mengetikkan nomornya.
Setelah itu, Raisa menyerahkan kembali benda pipih itu ke pemiliknya.
"Thanks, Sa," ucap Vano yang diangguki oleh Raisa.
👍❤️
🕛 Jam istirahat
"Raisa!" panggil Vano.
"Kenapa?" tanya Raisa menatap Vano yang berada di belakangnya.
"Gue boleh minta tolong nggak sama lo?" tanya Vano.
"Minta tolong apa?" tanya Raisa.
"Tolong ajarin gue Matematika! Soalnya gue nggak ngerti hehe," jawab Vano.
"Iya, boleh. Yang mana yang nggak ngerti?" tanya Raisa.
"Kita ke perpus aja gimana? Biar enak belajarnya," usul Vano.
"Yaudah deh. Key, Pau, gue ke perpus dulu ya," pamit Raisa.
"Nggak ke kantin, Sa?" tanya Keysa.
"Ntar aja. Gue belum laper," jawab Raisa.
"Ayo, Sa!" kata Vano.
"Duluan ya," kata Raisa.
"Kayaknya Vano suka deh sama Raisa," celetuk Paula menatap kepergian sahabatnya dan si mubar.
Keysa menimpali. "Keliatan banget dia berusaha deketin Raisa."
"Yaudah yuk Key kita ke kantin! Gue udah laper nih," ajak Paula.
"Gue juga. Ayo lah!" setuju Keysa.
👍❤️
📍Kantin
"Kok cuma berdua?" tanya Akmal pada Keysa dan Paula yang baru tiba di meja Fauzan dkk.
"Raisa mana?" tanya Fauzan.
"Sama kayak kemarin," jawab Paula.
"Ke perpus lagi sama Vano?" tanya Fauzan memastikan dan kedua gadis itu langsung mengangguk.
"Sialan!" umpat Fauzan lalu pergi meninggalkan kantin.
👍❤️
📍Perpustakaan
"Jadi yang mana yang lo nggak ngerti?" tanya Raisa pada Vano yang ada di depannya.
"Yang ini sama ini, Sa. Kenapa kok tiba-tiba hasilnya gini?" tanya Vano sambil menunjuk bukunya.
"Oh. Ini kan caranya gini terus lo masukin aja angka-angkanya, tapi jangan sampe kebalik. Lo harus bisa bedain antara yang ini sama yang ini. Kalau lo salah masukin, hasilnya juga pasti salah. Intinya lo harus teliti," jawab Raisa menjelaskan dengan perlahan agar Vano mengerti yang ia maksudkan.
"Oh, gitu ya. Gue tadi ngiranya ini yang dimasukin ke sini dan ini yang dimasukin ke sini," ucap Vano.
"Itu lo kebalik namanya. Makanya lo bingung," balas Raisa.
"Iya hehe. Lo pinter ya, Sa," puji Vano.
"Alhamdulillah kalau lo mikir gue pinter," ucap Raisa.
"Kenyataannya gitu kan. Oh ya, bekal yang gue kasih udah lo makan?" tanya Vano.
"Belum. Tadi kan lo langsung ngajak ke perpus. Jadi, gue belum sempet makan deh," jawab Raisa.
"Oh. Ntar jangan lupa dimakan ya!" ucap Vano.
"Pasti," balas Raisa.
"Ikut gue!" ucap Fauzan yang tiba-tiba langsung menarik tangan Raisa dan membawanya keluar dari perpustakaan.
"Apa-apaan sih lo pakek narik-narik segala?" tanya Raisa menyentak tangan Fauzan hinggal terlepas dari tangannya.
"Gue kan udah bilang sama lo, jangan deket-deket sama Vano! Gue nggak suka sama dia, Sa," ucap Fauzan tersulut emosi.
"Tapi gue cuma bantuin dia jelasin soal Matematika. Kasian dia nggak ngerti, Jan," balas Raisa.
"Dia cuma modus, Sa. Itu cuma alesan dia biar bisa deket-deket sama lo. Harusnya lo ngerti itu," ucap Fauzan.
"Kok lo jadi nethink sih sama Vano?" kesal Raisa.
"Gue nggak nethink. Tapi, gue bisa tau dari cara dia natap lo. Dia itu suka sama lo, Sa. Jadi, dia bakal berusaha deketin lo terus," jelas Fauzan.
"Terus kenapa kalau dia suka sama gue? Masalah buat lo?" tanya Raisa dengan nada agak tingginya.
"Dia bukan cowok baik-baik, Sa. Dia nggak pantes buat lo," jawab Fauzan yang ikut dengan nada agak tingginya.
"Lo tau apa soal Vano? Lo kenal aja enggak udah nuduh dia kayak gitu."
"Feeling gue yang bilang dia bukan cowok baik-baik dan feeling gue nggak mungkin salah."
"Lo cuma manusia biasa yang bisa salah. So, please, jangan sok tau!" ucap Raisa lalu pergi meninggalkan Fauzan.
Aaarrrggghhh ... Vano sialan! Gara-gara lo Raisa marah sama gue. Gue janji nggak bakal biarin Raisa deket-deket lagi sama lo. Batin Fauzan.
Hahaha, rasain lo! Ini baru permulaan. Gue pastiin nggak lama lagi Raisa bakal jadi milik gue. Batin Vano.
Sejak tadi, ia memang mengintip dari balik dinding perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEAR (COMPLETED)
Novela JuvenilOrang yang dekat kadang terlupakan 🍂 Ya, ungkapan itu memang benar adanya. Seringkali kita melupakan seseorang yang ada di dekat kita dan justru berusaha mencari seseorang yang jauh dari kita. - Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat - Kisah...