"Yang bilang aku mau bunuh Ojan itu siapa, Ma?" tanya Raisa lembut, seperti Raisa biasanya.
"Jadi, kamu nggak mau bunuh Fauzan?" tanya mama.
"Enggak, Ma. Aku kan cuma bilang kalau aku mau nyawanya. Bukan berarti aku mau bunuh dia kan?" jawab Raisa membuat semuanya bernapas lega.
"Terus maksud kamu apa mau nyawa aku?" tanya Fauzan masih tidak mengerti.
"Lo cinta sama gue?" tanya Raisa.
"JAWAB!!! CINTA NGGAK SAMA GUE?" tanya Raisa dengan membentak karena Fauzan tidak langsung menjawabnya.
"Iya, aku cinta sama kamu," jawab Fauzan tegas.
Raisa tersenyum manis. "Gue mau nyawa lo buat jagain gue, Adam, dan anak-anak kita nanti."
"HAH?" Semua orang membulatkan matanya karena terkejut mendengar ucapan Raisa.
"Ma-maksud ka-kamu apa?" tanya Fauzan masih mode shock.
"Kenapa lo jadi gagap sih?" tanya Raisa terkekeh.
"Eee ... aku cuma gugup hehe," balas Fauzan tersenyum kikuk.
"Well, gue udah maafin lo," ucap Raisa membuat Fauzan senang seketika.
"Serius? Kamu udah maafin aku?" tanya Fauzan berbinar.
"Kalau gue belum maafin lo, nggak mungkin gue berusaha nyari tau kebenarannya terus bela-belain balik ke Indo cuma buat nyelesaiin masalah ini," jelas Raisa.
"Makasih kamu udah mau maafin aku," ucap Fauzan langsung memeluk Raisa.
"Nggak usah meluk juga kali," canda Raisa.
"Eh maaf, nggak sengaja hehe. Terus maksud ucapan kamu tadi apa?" tanya Fauzan melepaskan pelukannya.
"Yang mana?" tanya Raisa.
"Yang kamu bilang kalau kamu mau nyawa aku buat jagain kamu, Adam, dan anak-anak kita nanti. Apa itu artinya kamu-"
"Lanjutin lamaran kemarin yuk!" ajak Raisa memotong ucapan Fauzan.
"Ayo! Kamu mau nikah sama aku?" tanya Fauzan dan Raisa langsung mengangguk.
Fauzanpun kembali memeluk Raisa. Kali ini, Raisa membalasnya.
Semua orang yang melihat itu ikut tersenyum senang.
"Makasih udah ngasih aku kesempatan lagi. Aku akan berusaha jagain kamu, meskipun nyawa aku taruhannya," ucap Fauzan di sela-sela pelukannya.
"Bukan cuma aku, tapi Adam dan anak-anak kita nanti," balas Raisa kembali menggunakan aku-kamu.
"Ngomong-ngomong soal Adam, kamu belum jelasin kenapa dia bisa ada di sini terus kok manggil kamu mama?" tanya Fauzan menatap Raisa.
"Aku mau ngadopsi Adam jadi anak aku," jawab Raisa.
"Kamu serius?" tanya Fauzan memastikan.
"Serius lah. Aku nggak tega Adam hidup sendiri tanpa sosok ibu. Aku akan nganggep dia kayak anak aku sendiri. Aku akan ngerawat dan ngejaga dia dengan baik," jawab Raisa.
"Kalau gitu, aku akan bantu kamu buat ngerawat dan ngejaga Adam dengan baik," ujar Fauzan.
"Harus itu. Kamu kan papanya Adam," balas Raisa.
"Hehehe, iya, Mama," goda Fauzan membuat Raisa memanyunkan bibirnya. Ia belum siap kalau Fauzan memanggilnya mama.
Daripada manggil mama, mendingan kan manggil sayang. Kira-kira begitulah batin Raisa.
"Jadi gimana, Al? Lo maafin gue nggak?" tanya Fauzan menatap calon kakak iparnya itu.
"Nggak ada sopan-sopannya lo sama gue. Panggil gue kakak kek. Gue lebih tua dari lo," ucap Alva terdengar sewot.
"Ogah! Enakan Alva aja," balas Fauzan.
"Nggak gue restuin lo sama adik gue," ancam Alva membuat Fauzan langsung menghampirinya.
"Eh, jangan gitu dong! Iya deh, gue panggil lo Kak Alva. Tapi restuin gue sama Raisa ya. Please-please!" ucap Fauzan memohon.
"Karena gue orang ganteng, baik hati, dan tidak sombong, jadi gue akan restuin lo sama Raisa," ucap Alva membuat Fauzan refleks memeluknya.
"Thanks Al, eh maksudnya Kak Alva," ucap Fauzan.
"Iya. Udah lepas! Jijik gue dipeluk sama sejenis," ucap Alva mendorong tubuh Fauzan agar menjauhinya.
"Hahahahaha ...." Semua orang tertawa melihat Alva bergidik ngeri karena dipeluk dengan yang sejenis.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEAR (COMPLETED)
Roman pour AdolescentsOrang yang dekat kadang terlupakan 🍂 Ya, ungkapan itu memang benar adanya. Seringkali kita melupakan seseorang yang ada di dekat kita dan justru berusaha mencari seseorang yang jauh dari kita. - Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat - Kisah...