Chapter 17 : Semua berubah

1.6K 262 102
                                    


"Sumpah ya ci, Jaehyun kemarin gombalin gue pake pantun-pantun jamet gitu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sumpah ya ci, Jaehyun kemarin gombalin gue pake pantun-pantun jamet gitu!"

"Mesti yang ikan hiu makan tomat, bodo amat, 'kan?" canda Rose yang membuat sahabatnya mendengus kesal.

Rose tertawa sambil sesekali memukul bahu kurus Calisa, sedangkan sahabatnya itu hanya tersenyum menanggapinya. Karena Calisa tau, Rose baru saja merasakan sakit hati untuk kedua kalinya.

"Makan dulu makanan lo, baru ketawa lagi entar keselek gue aamiinin dah," ucap Doni yang membawa nampan makanannya lalu duduk di depan Rose dan Calisa.

Rose langsung melotot dan menutup mulutnya cepat-cepat, ia trauma dengan keselek. Dulu ia pernah tertawa sambil makan ikan, lalu Rose keselek dan ternyata keselek duri ikan. Sungguh itu benar-benar sakit saat nyangkut di leher.

Kembali lagi pada ketiga remaja itu, "Ish lo ya kak! Ngeselin tau ga?!"

Doni menggelengkan kepalanya sambil menahan tawanya. "Salah mulu gue." Memang pada dasarnya laki-laki selalu salah dan perempuan selalu benar dan tetap benar.

"Udah ah, sekarang makan aja dulu," lerai Calisa sambil tersenyum. Akhirnya mereka kembali memakan makanan mereka. Rasanya, waktu saat ini saat berharga bagi Rose.

Dari arah berlawanan, Taeyong dan Joko berjalan kece ke arah meja kantin Rose dan temannya. Tanpa aba-aba Taeyong duduk di samping Rose sambil tersenyum mengembang.

Doni yang melihat itu berdecak malas, sudah terlalu lelah ia menjadi nyamuk yang seakan terlupakan. "Napa dah senyum-senyum? Dikira situ ganteng?" kesal Doni, Taeyong menoleh dan hanya berdeham sebantar.

Taeyong kemudian menoleh pada Calisa. "Gua pinjem dulu sahabat lo ini."

Calisa terkekeh. "Sahabat lo juga kali."

Taeyong menganggukan kepalanya. "Oiya, gua lupa." Rose yang mendengar itu mendengus kesal, apa katanya lupa? Jahat sekali lelaki disampingnya ini.

"Jok! Gua pergi dulu! Selamat pdkt!" Joko yang mendengar itu langsung memelototi Taeyong.

"Ayo," ajak Taeyong kemudian menarik tangan kecil Rose dan membawanya keluar dari kantin. Berharap kali ini adalah cara yang tepat untuk meminta maaf pada sahabat kecilnya itu.

Sekarang, di taman belakang. Kedua remaja itu hanya terdiam. Rose hanya tersenyum tipis saat mengetahui Taeyong yang membawanya ke tempat dimana mereka mulai bersahabat dekat.

Semilir angin, membuat Rose semakin betah berlama-lama di taman belakang sekolah. Gadis itu menoleh pada Taeyong, ternyata sahabat lelakinya sedang menatapnya dalam.

Taeyong tau, ini semua salahnya. Berawal dari ia yang cinta dengan Jenta namun ternyata di khianati. Taeyong juga merasa bersalah dengan Rose karena, sejak ia pacaran bersama Jenta, hubungan mereka semakin renggang.

"Cewek itu dikejar yong! Dan sekarang lo harus kejar Rose! Lo gamau kan dia diembat sama cowok lain?!"

Taeyong langsung sadar akan lamunannya, ia teringat pesan-pesan yang Joko berikan hingga Taeyong saat ini mampu berduan dengan Rose dan ingin meminta maaf.

Sambil menghela napas berat, Taeyong menarik kedua tangan mungil gadis didepannya. "Bubu minta maaf Oci, Bubu salah. Bubu bego banget gara-gara Jenta. Maafin Bubu ya, Oci," mohon Taeyong yang menggunakan nama semasa mereka kecil.

Perlahan senyuman Rose semakin terlihat, "Oci maafin Bubu kok, tapi janji ya jangan nyakitin Oci lagi," balas Rose sambil menampilkan kelingking mungilnya.  Taeyong kemudian membalas tautan kelingking gadis didepannya.

Tanpa aba-aba laki-laki itu memeluk dalam Rose. Kangen sekali dengan harum khas rambut gadis dipelukannya. Kemudian Rose melepaskan pelukannya sambil tersenyum pada Taeyong.

"Maafin aku sekali lagi ci," ucap Taeyong penuh sesal. Rose menggelengkan kepalanya. "Oci juga minta maaf sama Bubu ya."

Taeyong menganggukan kepalanya. "Kita ke TMII yok!"

Rose langsung membulat, "Ha? Gila lo mau bolos?!"

"Ck, kayak gapernah bolos ae lo. Udah ayok ikut gua aja!" balas Taeyong tersenyum sedikit dan menarik tangan Rose untuk pergi dari taman sekolah dan keluar melalui pagar sekolah belakang.

Calisa menggigit bibirnya panik, ia menoleh kanan-kiri mencari keberadaan Rose didalam kelas. Namun nihil, gadis berponi itu tidak melihat Rose sama sekali.

Kebetulan jarak duduk Tiara serta Jina dengan Calisa tidak jauh. "Lo kenapa cal?" tanya Tiara heran.

Calisa menoleh. "Ros, dia ga balik-balik daritadi!"

Jina menggelengkan kepalanya. "Mungkin aja dia di toilet cal."

"Engga! Tadi dia sama Taeyong, kok sampe sekarang ga balik-balik ya?!" heran Calisa yang bertambah panik saar mengatahui sebentar lagi guru matematikanya yang galak itu masuk kelas.

Tiara kemudian angkat bicara. "Coba kita ke Kak Doni, kali aja dia tau."

Calisa dan Jina mengangguk, lalu keluar dari kelas dan berjalan ke kelasnya Doni. Sesampainya disana, mereka langsung bertanya kepada Doni.

Doni yang tidak tau apa-apa hanya mengangkat bahunya tidak tahu. "Gue gatau Ya Tuhan."

"Duuhhhh, gimana ya?"

Dari dalam kelas, Joko yang daritadi hanya memandangi Calisa diluar pun memberanikan diri ikut mengusulkan.

"Gimana kalo kita bolos aja?"

Kalian kok mau baca cerita ini? Pdhl ceritanya absurd dan gajelas banget T__T

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian kok mau baca cerita ini? Pdhl ceritanya absurd dan gajelas banget T__T

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FriendshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang