"aku ingin pulang."
"kenapa sangat keras kepala? Tidak ada yang akan mengantar mu, kau tetap disini." itu suara Chenle yang sedang menahan An. Mereka sudah dirumah Chenle setengah jam yang lalu, membawa pertengkaran baru dirumah itu--pertengkaran suami-istri.
.................
"hallo rumah, aku merindukanmu." Chenle dan An datang disambut Paman Wen dan beberapa pekerja terpercaya dirumah itu.
"senang kau sudah pulang Chenle."
"Halo An selamat datang." Paman Wen--pria paruh baya yang merupakan sekretaris Chenle sekaligus teman laki-laki itu dari ia tinggal di korea menyapa keduanya ramah."semuanya baik?" Chenle duduk di sofa, rumah ini cukup unik--bernuansa putih tanpa banyak barang yang bisa dilihat. Sepertinya selera Chenle memang sangat berbeda, satu tangga yang juga berwarna putih menuju satu-satunya ruangan dilantai dua dan itu kamar Chenle. Rumah ini tidak memiliki gerbang namun halaman yang sangat luas melingkari, juga sebuah rumah lain yang ternyata rumah khusus yang dibuat untuk para bodyguard dan pekerja yang menginap. Sebuah kolam besar terlihat membatasi kedua rumah ini.
An tertegun, dia kira Chenle tinggal di sebuah apartemen alih-alih bangunan rumah seperti ini. Dia ikut duduk Chenle diruang tamunya, "tenang saja kami merawat rumah mu dengan baik." Pak Wen tersenyum hangat. "apa tidak bahaya tinggal disini Le?" An mencoba bertanya akhirnya.
Chenle tersenyum penuh arti mendengarnya, "kau khawatir? aku suka disini, walau berbahaya aku jadi bisa menggaji banyak orang jadinya haha." jawabannya membuat An sedikit kesal, ia benar-benar khawatir namun anak ini masih saja sombong.
"aku bercanda, jangan marah terus."
"terserah kau saja. Tapi--"
"kenapa? Kepikiran Kak Renjun?" tepat sasaran Chenle membaca raut wajah An.
"kenapa kau harus bilang begitu, kau kan bisa pura-pura bilang mengantarku ke hotel setelah mengantar Kak Renjun. Kenapa harus bilang aku kerumahmu?" An mengatakan apa yang ia ingin katakan daritadi. Ia dari awal juga mengira ia akan diantar ke hotel bukannya ikut pria msnyebalkan ini kerumahnya.
Chenle tau dia salah, dia sengaja mengatakan itu karena dia merasa harus. Walau akhirnya ia juga sedikit khawatir setelah Renjun diam saja mendengar ucapannya. "aku tidak akan bilang siapapun tentang kita, mereka bahkan bercanda soal agensi ini yang butuh pasangan--itu masalah besar. Apalagi kalau sampai ada yang punya hubungan dengan orang luar, aku bisa tidak di gaji sampai kontrakku habis." Chenle menceritakan yang sebenarnya--kenapa dia tetap bungkam pada akhirnya.
"tidak di gaji? Maksudmu upahmu bekerja sebagai penyanyi?" An terkejut mendengarnya, ia kira penghasilan Chenle cukup menjanjikan.
"apa maksudmu Chenle?" Paman Wen ikut bertanya.
"manager Lee bilang perusahaan menutupi kecelakaan cukup sulit, jadi mereka tidak mau menggajiku selama setahun kerja aktifku. Diluar itu aku hanya akan dapat uang dari radio kurasa, entahlah." Chenle terdengar tidak semangat.
"manager Lee bilang begitu Chenle? Kurasa ada yang salah." Paman Wen menimpali.
"iya aku yang salah." Chenle mengingat bagaimana bodohnya dia keluar malam-malam sendiri.
"Chenle, orang yang menguntit mu.itu dia sasaeng dan tidak ada urusannya dengan masalah Tuan Zhong. Sudah jelas perusahaan memang bertanggung jawab untuk mengurus orang itu." Paman Wen menjelaskan.
An berfikir keras, dia akhirnya paham. Kalau kecelakaan itu bukan berasal dari salah satu yang mengancam keluarga Chenle jadi bukan Chenle yang harus bertanggung jawab untuk semua kerugian yang dirasa didapat agensinya. Karena ini sepenuhnya ulah sasaeng, agensi memang harus ikut bertanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Investasi Cinta || ᴄʜᴇɴʟᴇ
Fanfictioncerita singkat namun harus pelan-pelan dibaca karena alur yang tidak diduga. Semua hanya fiksi yang takutnya tidak dipahami anak dibawah umur jadi mohon kerjasamanya dalam memilih cerita. Selamat datang di dunia nyata Zhong Chenle. klek.. "An kau...