8. volcano

86 34 5
                                    

Sebelumnya part ini bakal panjang banget jadi siapin kopi dulu yaa hahaha(ketawanya Lele)
.
.
.
.

"nona An, sebaiknya anda menunggu saja kami akan memasak untuk anda dan tuan muda." pagi-pagi An sudah bangun merusuh di dapur Chenle. Para pembantu profesional itu beberapa kali melarangnya memasak, bukan apa-apa tapi An terlihat tidak mahir dilihat dari segi manapun.

"haha tuan muda? Kalian, aku ingin memasak untuk suami ku--tuan muda kalian itu. Izinkan aku dan bantu aku saja yaa." An mengambil pisau daging padahal mau memotong sayuran.

"tapi, Pak Wen mungkin akan memarahi kami nona." seorang yang cukup muda terlihat ragu untuk sekedar melarang An melakukan eksekusinya.

"kenapa berfikir begitu?"

"Nona.."

"huss sudah, ini liat gimana motongnya nih biar cepet."

"ba-baik, begini nona." akhirnya salah satu dari mereka menerima pisau An dan menggantinya dengan pisau yang lebih kecil.

"aku ingin memasak makanan yang biasa ia makan, apa ia biasa memakan makanan yang sama seperti dirumahnya?" maksud An itu masakan rumahan orang-orang China tapi yaa versi keluarga Chenle.

"tentu saja tidak selalu nona, tuan Chenle makan apapun yang kami masak."

"tapi pasti ada yang paling ia suka kan?" tanyanya masih penasaran.

"iya nona, ia menyukai makanan berbahan dasar telur dan daging sapi. Tapi tuan Chenle memang sangat mandiri, ia kadang memasak untuk dirinya sendiri juga."

"benarkah?" An membayangkan sedikit kalo Chenle memasak seperti apa.
"lalu apa lagi? Ceritakan kebiasaannya dirumah padaku, cepat." An terus menuntut cerita melupakan masakannya yang kini diambil alih hampir semua oleh para pembantu.

"Tuan Chenle hanya memperkerjakan kami untuk menjaga rumah ini, kami hanya bersih-bersih dan mencuci pakaian kotor yang sulit dicuci sendiri oleh tuan Chenle. Sisanya ia selalu melakukannya sendiri, kami bahkan merasa seperti mendapat gaji buta. Kami dapat tempat tinggal dan gaji yang tinggi tapi tak banyak pekerjaan."

Beberapa mengangguk setuju dan seorang yang paling gemuk menambahi, "Kami bersyukur dan sangat senang bisa berkebun dan menjaga kolam."

An mengernyitkan dahi, "kalian tidak terlalu memujinya?"

"tentu saja tidak nona, tuan Chenle selalu baik dari ia kecil. Kami sangat menyayanginya dan mendoakan keselamatannya selalu karena kami tidak bisa membantu apapun dengan banyak masalahnya." mereka langsung menyanggah pertanyaan An. Beberapa dari mereka sudah keluar melakukan pekerjaan lain.

"tapi dia sangat menyebalkan bagiku. Apa dia dirumah tidak kasar sama sekali?"

"sekarang sebenarnya Tuan Chenle sedikit diam dari pada kasar. Beberapa minggu terakhir kami bahkan tidak diizinkan masuk kamarnya sekadar merapikan barang-barangnya. Sampai kecelakaan itu datang, saya sangat mencemaskan tuan muda." yang paling tua menjawab.

"aah Iyakah? Seperti--eum sudahlah. Ini, aku harus masukkan apa lagi? Apa bisa di cicipi sekarang?"

"Pelan-pelan nona, anda bisa melukai tangan anda."

.............

"makanan siap. Huh anak itu belum bangun juga."

Saat An mengatakan itu di meja makan, Chenle di kamarnya sudah rapi beberapa saat lalu--mandi sebersih mungkin dan terus menatap cermin besarnya sekarang. Ia masih tidak percaya apa yang ia lakukan sekarang, mengganti banyak gaya hanya demi sarapan dengan An--istrinya.

Investasi Cinta || ᴄʜᴇɴʟᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang