diggity

51 19 3
                                    

"melamun?" Pak An mengusap bahu anaknya yang tengah belajar di teras rumah.

"papa, An sedang belajar nih." papa nya tersenyum saja jelas sekali buku hukum yang dipelajari anaknya tidak berganti lembar daritadi ia amati.

Di rumah An memang suka belajar sampai datang waktunya bisa berkuliah seperti teman-temannya.

"mama mu memasak bukannya membantu."

"papa kan tahu kemampuan memasakku." mereka terkikik kecil.

"merindukan suami mu?"

"iya? Heum tidak tuh." Papa nya tau An bohong.

"apa yang anak papa pikirkan? Tidak mau bercerita?"

"pa?" An sedikit menahan ceritanya.
"sebenarnya An takut, dulu An tidak mengenal Chenle sama sekali lalu kami menikah. Butuh berbulan-bulan bagi kami untuk menjadi dekat tapi sekarang aku merasa asing lagi dengan nya. Bagaimana kami nanti bila bertemu?"

Keduanya diam sibuk dengan pikirannya masing-masing. Papa nya jelas merasa bersalah, ia membuat anak dan menantunya terpisah tapi bukan satu dua kali ia dan istrinya menyuruh An kembali ke korea tapi An menolak dengan alasan, Chenle yang akan mengunjunginya lebih dahulu.

Apa Chenle sebenarnya hanya ingin tidak berurusan dengan istrinya lagi? Perasaan khawatir itu sering saja muncul tapi melihat anaknya yang masih berkomunikasi baik dengan Chenle di telfon ia jadi dibuat yakin lagi dengan menantunya.

"untuk apa canggung lagi? Dia kan selalu menyempatkan waktu menelfonmu sesekali. Jangan memikirkan hal negatif begitu, percaya saja dengannya dan tunggu dia sedikit lagi." papa An menasehati.

An tahu, ia juga percaya dengan Chenle tapi pikiran itu memang kadang datang sendirinya. An bukan orang yang mudah akrab dengan orang lain selain kedua orangtuanya. Bahkan dengan mama nya saja ia bisa kehabisan bahan bicara bagaimana jika nanti ia bertemu Chenle dan jadi tidak tau harus apa?

Sebelum mereka melanjutkan obrolan, telfon An berdering.

"chenle." An mengecek ponselnya dan menemukan nama daegal appa jelas tercetak disana.

"panjang umur sekali, cepat diangkat."

Karena ada papa nya An sedikit kikuk, "halo."

"An, kau dimana?"

"eum? Tentu saja dirumah. Kenapa?"

"tepatnya?"

"di teras dengan Papa juga. Kenapa sih?"

"hitung sampai 10 coba."

An bingung tapi menurut saja.
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

"Sudah."

"aduh kecepetan."
"hitung mundur dari 5 deh coba."

"apasih, gamau aku lagi belajar yaa."
Walau begitu An tetap melakukannya karena diseberang Chenle tidak menanggapi apa-apa.

"Lima."

"empat."

"tiga."

"dua."

"sa-" Mata An terbuka lebar-lebar, ia yang tengah duduk di kursi teras rumahnya melihat tak percaya pada mobil yang mendekat kerumahnya.

Mobil yang ia amat kenal.

Investasi Cinta || ᴄʜᴇɴʟᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang