12. my everything

60 22 4
                                    

Chenle memasak air panas untuk kopinya, sambil memikirkan kembali idenya. Ia membuka kulkas dapur An, tidak ada apa-apa. Chaeyoun sepertinya sudah membersihkan isinya, Chenle hanya bisa menghela nafas. "yah, tidak ada yang mudah untuk ku." syukurlah beberapa sachet kopi instan berukuran persegi rasa caramel machiato dan moccachino masih banyak di persediaan--walau dia suka yang tiramisu.

Chenle meminum kopinya dengan cepat, takut ketahuan An. Dia harus bersyukur lagi aroma moccachino-nya tidak sampai ke kamar yang terkunci rapat dengan satu tuan putri yang berusaha tidur dengan mendekap gulingnya erat itu. Sebenarnya secangkir kopi instan tidak akan cukup membuatnya yang tukang tidur tetap segar sampai pagi, apa yang dipikirkannya sekaranglah yang membuatnya begitu.

Memakai kembali jaket tebalnya di sofa, Chenle berjalan keluar. Rumah yang dia pilih dengan cermat ini memang cukup menarik--berada di lokasi yang pas untuk melihat laut, bukan itu saja jalanan rumah ini aman dengan lampu-lampu terang dan kamera pengawas, dekat dengan kantor polisi dan tujuannya sekarang--mini market 24jam.

Seorang kasir pria muda menjaga minimarket itu, Chenle masuk dengan santai ia memakai masker dan topinya hingga hanya memperlihatkan mata berbinarnya. Tujuannya membeli daging beku, telur, dan beberapa ramen instan, tidak banyak bahan masakan yang bisa dibeli dia memilih untuk membayar sampai sorot matanya menemukan rak-rak makanan ringan. Chenle memborong banyak, dari jelly favoritnya sampai sekotak biskuit yang belum pernah ia makan. Juga beberapa minuman kaleng tidak luput dari tangannya.

Kasir pria muda membelalak  melihat semua yang dia terima dari keranjang belanjaan pelanggan berpakaian mahalnya, ia kira laki-laki misterius itu hanya mampir untuk beli rokok rupanya jajanan sd.

"cepatlah, aku bayar dengan kartu yaa."

"iya."

Chenle membaca tatapan heran kasir itu padanya, ia menyerahkan kartunya menunggu dengan tidak sabar.

"terimakasih, silahkan mampir kembali." Chenle tak menyaut, menyambar 2 kantong belanjaannya. Kasir pria muda itu menggeleng, "dasar anak-anak."

Chenle bergegas pulang, hanya harus lurus sebentar lalu berbelok di jalan yang lebih sempit dua rumah yang dia beli--rumah An dan Chaeyoun sudah ada didepannya. Jangan ditanya bagaimana dia mendapat 2 rumah itu yang jelas tidak ada yang mudah untuk Chenle tapi tidak ada yang bisa menghalanginya. Chaeyoun memang penduduk lokal, tadinya bekerja di rumah Chenle yang dikota. Sebelum hari pernikahan Chenle mengumpulkan para pekerjanya, berdiskusi dan memutuskan untuk membawa An ke rumah pantai, kampung halaman Chaeyoun. Tadinya hanya akan membiarkan An sendiri tapi akhirnya meminta Chaeyoun untuk menemani walau tidak bisa 1 rumah karena pekerjaan Chaeyoun sedikit banyak dan rahasia.

Rumah Chaeyoun yang tepat didepan rumah An sepi, tentu saja waktu masih dini hari. Chenle masuk kerumah An, belum menekan saklar lampu ruang depan sudah menyala.

"hei, kemana saja kau?" Chenle tertangkap basah. Wajah An mudah ditebak sekarang, dia marah. Rambut sebahunya berantakan, tatapannya meminta jawaban. "An, kenapa tidak tidur?"

"Chenle, kalau mau keluar tolong bilang padaku. Aku takut kau.." An menggantung kalimatnya sejenak menghela nafas, "aku tidak tahu kenapa selalu khawatir, pikiranku kemana-mana. Kumohon Chenle.."

"hei, maaf." Chenle sembarang meletakkan 2 kantong belanjaannya, mendekat merapikan rambut An. Chenle sadar, kecelakaan hari itu telah membuat An syok sampai perasaan khawatirnya selalu muncul.

An beberapa menit lalu menyerah mencoba tidur, ia berpikir untuk mencari tahu apa yang dilakukan Chenle tapi saat keluar kamar dia tak menemukan Chenle disofa ruang santainya,  didapur ia hanya menemukan cangkir bekas kopi, teras juga tidak ada orang jadi ia sempat berpikir mungkin Chenle ke kamar mandi ia kembali ke ruang santai untuk menonton tv tapi dia menemukan hp Chenle dan menyadari jaket Chenle juga tidak ada.

Investasi Cinta || ᴄʜᴇɴʟᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang