11. i.o.u

57 20 4
                                    

"chenle?"

"mama," Chenle yang tengah duduk di depan komputer menoleh ke pintu kamarnya, menemukan mama nya yang ragu untuk memasuki kamar anaknya.

"boleh mama masuk?" Chenle mengangguk sebagai jawaban.

"bagaimana kabar anak mama?"

Chenle yang masih lajang, tersenyum menunjukkan sisi dewasanya. "aku selalu baik mama, jangan khawatir kita hanya berpisah dua minggu."

Mama Chenle merapikan rambut anaknya pelan, "sejak kapan malaikat kecil mama sudah dewasa."

"mamaaa, Chenle sudah hampir lulus sekolah sekarang. Aku sudah sepenuhnya dewasa." kalimat Chenle justru membuat mamanya meneteskan air mata, "mama kira mama tidak akan melihat mu lagi."

"apa maksud mama?" Chenle segera memeluk mamanya erat. Ia yang belum lama pulih dari masa kritisnya, Zhong Chenle orang yang tetap memaksa bekerja sampai akhirnya baru pulang ke negaranya hari itu. Dia yang keras kepala tidak ingin ditemani siapapun selain sekretaris Wen sangat paham sudah membuat mamanya khawatir.

"maafkan mama jika mama salah padamu tapi jangan menjauh dari keluarga mu lagi yaa. Mama janji akan melindungi anak mama bahkan jika harus dengan nyawa mama."

"Chenle tahu ma, maaf telah meragukan dan membuat mama khawatir dan jangan bilang begitu lagi ya ma."

Chenle menghapus air mata dipipi mamanya, membuat mamanya segera tersenyum memegang erat tangan putranya. "maa aku pulang untuk berterima kasih pada orang yamg mendonorkan darahnya padaku. Apa aku boleh menemuinya?"

"tentu, tentu saja kamu harus bertemu dengan gadis itu."

"gadis? Jadi benar kata Paman Wen."

"yah gadis itu seumuran denganmu. Dia juga cantik." cerita mama nya membuat Chenle mengangguk. "kalau begitu aku tidak boleh bertemu dengannya, bagaimana jika dia mengenali ku dan menyebarkan ini di media sosial." Chenle kini menggeleng yakin.

"ah kau benar, tapi mama tidak yakin juga. Dia hanya gadis dari keluarga biasa, dia bahkan tidak menerima apapun yang mama beri padanya."

"benarkah? Ma, kalo dia sudah cukup menerima ucapan terimakasih maka itu juga cukup untuk kita. Kita bisa membalas dengan berdoa untuknya. Mama sudah mengucapkan terimakasih untukku padanya kan? Apa aku boleh menemuinya saja?"

"sudah, tapi mama tidak puas untuk itu."

"mama jangan mencari tahu latar belakangnya lebih jauh yaa. Tidak sopan."

"iya iya mama tidak akan, ayo kita temui gadis itu."

"maa aku bisa menemuinya sendiri, mama bilang dia hanya gadis biasa."

"percaya sama mama, lagian cuman mama yang tau alamat rumahnya." Mama Chenle sudah beranjak dari duduknya di ranjang Chenle memaksa anaknya menurut mengikuti langkahnya.

............

An Yiyang tengah merapikan meja makan dirumahnya saat suara ketukan pintu kayu rumah keluarganya terdengar. Ia segera membukakan pintu--kaget menemukan wanita yang 2 bulan lalu pernah menangis haru memeluknya juga beberapa hari kemarin sempat menyapanya ketika ia pulang sekolah.

"Bibi Zhong, silahkan masuk." An menyilahkan tamunya itu masuk. Mama Chenle tersenyum padanya lalu menarik seorang pucat, putranya sendiri--Chenle yang mematung di belakangnya untuk ikut masuk.

An tidak mengira kalau laki-laki itu ikut masuk pikirnya dia hanya pengawal bibi Zhong, ia juga tidak melihat wajah Chenle yang tertutup masker dan topi hitamnya yang setia terpasang dipuncak kepalanya.

Investasi Cinta || ᴄʜᴇɴʟᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang