Prolog 🦋

1.8K 155 25
                                    

Happy Reading ❤

🦋🦋🦋

_He is Denish!_

Seorang gadis memakai bandana pink dan rok selutut dengan tentengan paper bag di tangan tengah celingak-celinguk mencari alamat.

Demi sesuap nasi, ia ditugaskan ke sini untuk mengantarkan beberapa gelas kopi.

Sang gadis sudah berkeliling di wilayah ini sejak beberapa saat lalu. Tempat ini sangat terpencil. Ia kesusahan mencari alamat yang tepat.

Langkah kaki gadis itu akhirnya berhenti ketika menelusuri area basement. Kakinya yang beralas sepatu putih menginjak beberapa serpihan beling.

Udara tiba-tiba terasa dingin. Gadis itu merapat jaketnya.

Hawa di sini sangat tidak enak. Perasaan ini bukan jurit malam, tapi kenapa ia merasa iya? Mana sekarang tepat pukul 00.00 lagi.

Merasa tidak beres, mata gadis itu mulai menyapu seisi ruangan yang tampak berantakan.

Tulisan-tulisan umpatan kasar, seperti F*ck! Go to H*ll! You die!berwarna merah besar menghiasi  tembok.

"Apa aku salah alamat, ya? Gak ada orang di sini."

Ngeong!

Gadis itu terkejut nyaris menjerit. Bagaimana tidak? Seekor kucing hitam tiba-tiba melewat begitu cepat. Jantung gadis itu nyaris saja copot. Pikirannya mulai berkeliaran aneh. Apalagi tadi malam ia baru saja menonton film hantu.

Apakah mungkin di tempat ini hanya tersisa dirinya bersama kucing itu yang bernyawa? Selebihnya tidak?

Glek.

Sang gadis menelan ludah kasar.

Horor sekali.

Sang gadis mengambil kesimpulan cepat. Fix! Kopi ini dipesan sama arwah-arwah penasaran.

Ia pun segera berbalik badan, hendak meninggalkan lokasi aneh ini. Namun, kucing hitam tadi muncul kembali di hadapannya dan masuk ke dalam ruangan seolah memberi petunjuk.

"Apa di dalam ruangan ada orang?"

Sang gadis melangkah penuh keraguan. Kini langkah kakinya berhenti di depan ruangan. Mungkinkah pelanggan yang memesan kopi ada di sini?

"Permisi." Gadis itu mengetuk pintu dengan sopan, tapi tidak ada jawaban.

"Okey. Coba kita cek dulu. Kalo di dalam gak ada manusia, kita langsung kabur. Okay begitu aja," gumam gadis itu sendiri.

Akhirnya, gadis itu memberanikan diri untuk mendorong pintu. "Permisiii ... kopi yang dipes--"

Bruk!

Tentengan kopi hangat di tangan gadis itu jatuh ke lantai. Tubuh mayat yang berlumuran darah membuat giginya gemeletuk. Tangan kaki  mayat itu sudah terpisah dari tubuhnya. Gadis itu membekap tangannya untuk menahan napas. Ngilu rasanya!

Seisi ruangan yang berisi tiga cowok langsung menatap tajam ke arah sang gadis.

Salah satunya adalah Denish yang tengah asik melakukan permainannya. Cowok itu berhenti dari aktivitas tusuk-menusuk perut mayat sejenak untuk menatap sang gadis dengan malas. "Kucing dari mana, nih?" tanyanya. 'Kucing' merujuk ke gadis itu.

"Benar-benar dah. Bukan gue ini. Lo ya, Mor?" tanya cowok berkumis yang sedang asik mengelus kucing hitam tadi, namanya Adit.

"Gue bilang tunggu di depan aja, kenapa lo malah masuk ke sini?" Moriz yang memesan kopi segera merogoh uang dari dompet, menghampiri gadis itu.

"Hah? Hapeku ...." Gadis itu memerika ponsel segera. Mati. Ia lupa cas. Pantesan saja tidak terima pesan dari Moriz.

"Psstt ...." Moriz memoncongkan bibirnya sambil menatap ke arah luar pintu. "Cepat pulang," bisiknya pelan sambil menyerahkan uang.

Gadis itu mengangguk cepat. Dia memungut kopi yang jatuh ke lantai tadi. Untung ketiga gelas kopi itu masih tersisa setengah. "Ma--maaf telah ganggu acara kalian. Hehehe .... Bila Anda ngantuk, jangan lupa nyusu kopi di warung Mas Botak. Sa--saya pamit dulu."

Kopi di tangan gadis itu telah berpindah ke Moriz. Sang gadis hendak berbalik arah untuk kabur dari tempat ini, namun napasnya berhenti ketika suara berat seorang cowok terdengar.

"Tunggu." Puas menusuk mayat. Denish melempar pisau yang ia genggam ke lantai. Dengan tatapan datar, datang menghampiri gadis itu.

"Lo pikir lo bisa pergi dari sini setelah melihat semuanya?" tanya Denish dengan nada penuh intimidasi.

"Astoge .... To--tolong ampuni. Mulutku ini rapat seperti lakban kok." Gadis itu mengatup bibirnya rapat, mengedip-ngedip matanya, memberi isyarat bahwa dia akan jaga rahasia ini dengan baik.

Denish tersenyum miring. Dia meraih siku Moriz supaya mundur. Cowok itu kemudian terus memajukan langkahnya hingga gadis itu mepet ke tembok.

Kedua tangan Denish singgah di tembok untuk menopang berat badannya, mengunci gadis itu supaya tidak bisa kabur. Kedua iris mata cokelat Denish kini menatap setiap pahatan pada wajah gadis itu dengan seksama. Imut, pikirnya. "Nama lo siapa?"

"Ste--Stefanny. Stefanny Wilona!" jawabnya sambil memejamkan mata erat. Ya Tuhan, jika hari ini kumati, tolong jaga supaya kaki tanganku tetap utuh.

Hembusan napas cowok itu kini terasa di wajahnya. Tapi, Stefanny tidak berani bernapas. Ya Tuhan, jika aku mati, tolong jaga supaya warung kopi Mas Botak tetap ramai.

Usai mengucap doa, Stefanny mengambil napas yang dalam, Aroma yang ia tidak suka menusuk hidung. Ia membuka mata untuk menatap cowok yang ada di hadapannya sambil menjepit hidung. "MING--MINGGIR! KA--KAMU BAU ROKOK TAU!!"

Ops.

Stefanny langsung membungkam mulut rapat. Sepertinya ia salah ngomong.

Adit, dan Moriz yang mengamati dari belakang menghamburkan tawanya seketika. Sedangkan Denish, wajahnya memerah. Berani sekali cewek ini main-main sama dia!

Wajib diberi pelajaran!

Denish kini menahan napasnya supaya tidak tercium lagi oleh Stefanny.

Tangan kanan Denish yang berlumuran darah mulai mengusap wajah mungil gadis itu. Sejujurnya wajah mungil yang ketakutan ini sangat menarik perhatian Denish. Tiba-tiba sebuah ide terbesit. Denish tersenyum penuh makna sebelum melontarkan pertanyaan.

"Lo lihat mayat itu?" tanyanya dengan telunjuk mengarah ke dalam ruangan. Tepatnya ke arah mayat.

Stefanny mengangguk kemudian menggeleng dengan sekujur tubuh bergetar hebat. "A-aku. Aku gak lihat! Pokoknya gak lihat! Kasih aku pergi dari sini. A-aku minta ampun."

"Minta ampun?" Denish tersenyum sinis. "Minta ampun bukan opsi yang bisa lo dapetin dari sini."

Stefanny meneguk ludahnya kasar.

"Sekarang lo punya dua pilihan," ucap Denish kembali mengusap wajah Stefanny.

"A-apa?"

"Jadi mayat atau pacar gue?"

🦋🦋🦋🦋🦋

Tanganku gatel banget, pengen publish.
Ini prekuel dari Sebatas Kekangan ya ^^

Gimana dengan prolognya?

Next gak?

~He is Denish!~
12 November 2020

He is Denish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang