Tetap semangat up walau sepi pembaca, karena ide di cerita ini lagi lancar jaya hehe.
Happy Reading ❤🦋🦋🦋
_He is Denish!_
"Makasih ya Kak udah anterin aku pulang."
Moriz mengangguk. Tangannya terulur untuk membantu Stefanny melepaskan helm. Namun, cewek itu menolaknya.
"Aku bisa lepasin sendiri." Stefanny melepaskan helmnya dengan cepat kemudian menyerahkan kepada Moriz.
Moriz tersenyum miris. "Maaf kebiasaan."
"Iya, gapapa." Stefanny menatap lantai. Ada hal yang ingin dia bicarakan dari dulu, dan rasanya hari ini waktu yang cocok. "Kak ...."
"Hm?"
"Sejujurnya entah kenapa aku merasa Kakak gak asing. Kayak pernah ketemu pas dulu gitu, tapi aku beneran gak ingat sama Kakak. Malah kepalaku pusing kalau mikirin Kakak. Apa Kakak pernah kenal aku di masa lalu?" tanya Stefanny gelisah. Cewek itu menggigit bawah bibir menunggu respon dari Moriz. Dia harap jika dia overthinking, karena akan menyakitkan bagi Moriz jika Stefanny melupakannya.
"Pernah," jawab Moriz singkat membuat mata Stefanny terbuka besar.
"Serius? Terus Kakak tau gak orang tuaku siapa? Aku kenapa bisa kecelakaan? Aku dan Kakak hubungannya apa? Ak--"
"Stef ... lupakan aja. Gue harap lo sekarang hidup bahagia. Yang berlalu biarlah berlalu."
"Ta--"
MIAW!
MIAW!
MIAW!"AW!!" Stefanny meringis kesakitan, merasakan cakaran dari Gangster di punggung kakinya. Hari ini seharusnya dia tidak memakai sepatu balet. "Jangan di--"
Terlambat, Moriz telah menendang kucing hitam itu dengan spontan. Gangster kini menyerang Moriz dengan brutal. Seketika sekujur kaki Moriz dipenuhi dengan cakaran Gangster. Untung kuku tajamnya tidak dapat menembus celana jeans yang dipakai Moriz.
"Gangster! Aku tau kamu lapar! Sabar dong!" pekik Stefanny. Sedangkan, Gangster mengeong terus-terusan sebagai tanda demo. Perutnya butuh diisi.
"Kaki lo berdarah. Mana kunci rumah lo?" Moriz segera menyamber kunci yang baru saja Stefanny keluarkan dari saku celananya.
Hal pertama yang dilihat oleh Moriz ketika masuk ke dalam rumah adalah sepatu mahal di rak, dan dia tahu betul pemilik dari sepatu ini. Siapa lagi jika bukan Denish. Sepatu ini limited edition. Di dunia ini hanya terdapat seratus pasang saja, dan salah satunya berhasil dimiliki oleh Denish.
Cowok itu memiringkan senyuman dengan hati teriris. Sudah waktunya sadar diri, bahwa Stefanny telah dimiliki Denish juga. "Kotak P3K-nya di mana?"
"Di dalam lemari."
Moriz segera pergi meraih kotak P3K. Sedangkan, Stefanny menyiapkan makanan untuk Gangster. Kucing hitam itu akhirnya berhenti mengamuk setelah mencium aroma ikan salmon.
"Dasar preman kayak Kak Moriz." Ops. Stefanny memukul mulutnya sendiri. Kenapa kayak Kak Moriz? Aish, pasti gara-gara percakapan tadi jadi kepikiran Moriz terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Denish!
General FictionPrekuel dari Sebatas Kekangan. [Dapat dibaca secara terpisah]. He is Denish! Nama lengkapnya Denish Alexander Putra, anak tunggal dari keluarga Alexander Group. Jangan pernah coba untuk menakar betapa sempurnanya makhluk ini. Wajahnya tampan dengan...