7. Investasi Bodong 🦋

316 44 3
                                    

Happy Reading ❤

🦋🦋🦋

_He is Denish!_

"Tuan, ini tehnya."

"Taruh aja." Pria itu kemudian mulai menyeruput teh yang baru saja diantar oleh pelayannya dengan tatapan yang masih setia melekat di koran.

Bunyi percikan air dari dalam kolam renang pun tidak dapat mengganggu konsentrasinya. Wajahnya tampak berkerut untuk membaca setiap barisan kalimat yang tertera di sana. "Gawat," gumamnya kemudian menghempaskan koran ke meja sebelahnya.

"Amy, ada masalah besar!" teriak pria itu dengan wajah pucat pasi.

Wanita yang sedang asik berenang menggunakan gaya kupu-kupu itu menoleh ketika merasa namanya dipanggil. "Apa Dexter?"

"Sini deh."

Amy berenang ke arah Dexter, akan tetapi Dexter menyuruhnya naik ke atas bermaksud untuk menunjukkan isi berita dari koran yang dibacanya. Wanita berpakaian bikini itu segera meraih mantel yang terletak di lantai untuk membalut tubuhnya, kemudian naik ke daratan, menyisakan jejak kaki di sepanjang langkah kecilnya hingga duduk di sebelah Dexter.

"Pusing, My." Dexter menarik rambutnya dengan posisi kepala menunduk, frustrasi.

Amy segera meraih koran di atas meja dan membacanya. Air mukanya yang tadinya bingung sekarang berubah. Wanita itu manggut-manggut, menampilkan ekspresi cemas. "Gimana dana yang udah kita suntik?"

"Gak tau. Dana likuid kita semua diinvestasikan ke sana, dan ternyata itu perusahaan bodong," jawab Dexter.

Amy menyeruput teh untuk berpikir jernih. Sudah 20 tahun lebih dia menyokong suaminya dengan ide-ide brilian dalam berbisnis butik. Segala ombak telah mereka lalui, kali ini juga pasti bisa. Perusahaan Alexander Group tidak akan berhenti sampai sini saja.

"Maaf, semua salahku. Seharusnya aku dengarin kata Denish untuk nggak investasi di sana." Dexter berucap lagi dengan nada penuh penyesalan. Kali ini masalahnya cukup serius, dana perputaran modal untuk perusahaannya semua diinvestasikan ke perusahaan asing yang ternyata perusahaan bodong.

"Berapa dana yang diinvestasikan kemarin?"

"5 triliun."

Angka yang cukup fantastis membuat Amy menghela napas. Rasa ingin menyalahkan suaminya itu runtuh, karena suaminya juga tampak sungguh menyesal. Padahal sebelum investasi, anak mereka ... Denish telah memperingati. Sayangnya Dexter berambisi menjadi orang terkaya di Indonesia, jadi menyukai investasi tipe high risk high return. Prinsip investasi dengan resiko tinggi dan imbal hasil yang besar.

Atas ambisi Dexter, pria itu tak segan menyuntik semua dana cairnya ke perusahaan asing. Perusahaan asing itu berjanji akan membalikkan modal 3 kali lipat dalam kurun waktu 6 bulan. Bayangkan saja dengan modal 5 triliun bisa jadi 15 triliun. Siapa coba yang tidak tergiur?

Perusahaan asing itu juga tampak sangat menjanjikan dengan segala prospek ke depannya akan membangun perusahaan yang seperti apa. Dexter pun tertarik berinvestasi di sana tanpa mempedulikan anaknya yang sangat tidak setuju atas keputusannya.

"Lihat Pa! Perusahaan ini gak jelas asal-usulnya. Aku udah cari di internet, perusahaan ini belum terdaftar secara hukum."

"Kamu itu saya suruh bantu urusan kantor. Gak usah bawel. Soal investasi, kamu gak usah ikut campur."

"Yaudah! Jangan nyesal dikemudian hari."

Hari ini Dexter telah menyesal. Bagaimana nasib Alexander Group jika tidak ada dana buat perputaran modal? Mungkin dalam 6 bulan ini masih bisa pinjam uang ke bank, tapi seterusnya bagaimana?

"Bagaimana kalau kita lapor jalur hukum?" Amy kembali bersuara setelah keheningan tercipta.

Dexter menggeleng lemah. "Percuma. Kalau perusahaan bodong gini, mereka pasti udah antisipasi buat cuci uang atau bawa uangnya kabur keluar negeri. Polisi mana mau nyari penjahat sampai keluar negeri."

"Umm ...." Amy menggigit bawah bibirnya sambil berputar otak. "Siapa tau itu berita hoaks. Coba telepon ke orangnya?"

"Ya, siapa tau." Sedikit harapan terbesit. Dexter segera bertelepon, berharap telepon ini diangkat dan mendengar pihak perusahaan yang diinvestasikan menyatakan berita itu hoaks.

"Gimana?"

"Gak aktif," jawab Dexter kecewa.

"Yaudah. Jadikan ini pelajaran, lain kali jangan asal investasi lagi. Nanti aku pikirkan gimana caranya. Untuk saat ini buat putar modal harusnya masih bisa. Cashflow kita masih sanggup buat operasi selama 6 bulan. Dalam 6 bulan ini, keuntungan kita harus dimaksimalkan supaya modalnya cukup."

"Terima kasih. Untung aku punya istri sebaik ini." Dexter meraih tangan Amy kemudian mengecupnya.

"Udah menjadi kewajibanku sebagai istri." Amy mengecup punggung tangan suaminya kembali. "Oh iya, anak kita akhir-akhir ini kemana ya? Gak kelihatan batang hidungnya. DENISH!!" panggilnya.

"IYAAAA." Seorang cowok menyahut teriakan Amy. Remang cahaya bulan tertutup oleh tebalnya kabut awan. Tampaknya rintik hujan akan segera menyapa tanah. Cowok itu menyuruh Dexter dan Amy masuk ke dalam rumah, karena hembusan angin yang kencang.

"Ka--kamu siapa?" Amy tampak kaget melihat sosok anaknya berubah. Sedangkan, Dexter menyilangkan kaki di atas sofa. Mukanya berkerut menatap cowok itu dengan heran.

"Ah, kamu teh gak asik, Cin. Masa gak kenal sama aku. Aku nih Dimas Boneo Taka. Pemilik warung Mas Botak, Cin." Cowok itu mengibas-ngibas tangannya dengan senyuman centil.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" Dexter bersuara, menyorot Dimas dari bawah hingga ke atas. Dan terakhir sesuatu yang melekat pada bibir cowok itu membuat Dexter mual seketika. Lipstik merah cabe! Astaga!

"Aku tukaran rumah sama putra kalian, Cin. Dia beli rumahku, dan tinggal di sana. Lalu sebagai gantinya, dia suruh aku pindah ke sini buat menggantikannya berbakti kepada kalian."

Mulut Amy membentuk O besar. Memang beberapa hari yang lalu, Denish pernah mengungkit masalah ini. Denish tidak setuju sama keputusan Dexter untuk berinvestasi. Ketimbang beda pendapat, Denish memilih untuk pindah keluar rumah beberapa saat supaya tidak terjadi konflik.

"Amy, anakmu berulah apa lagi? Tiap hari bikin masalah terus." Dexter bersidekap dengan raut wajah yang serius. Apalagi Dimas terlihat sedikit belok.

Kamu yang berulah, makanya anak kita gak betah di rumah, batin Amy. Namun, Amy tidak mengatakannya. Wanita itu mempersilakan Dimas istirahat. "Sementara kamu tidur di ruang tamu dulu ya. Nanti aku carikan rumah baru untukmu. Maaf, namamu tadi siapa?"

"Aduuuuh, Ciiiiin. Kamu teh gak asik banget. Masa lupa lagi. Namaku si Dimas Boneo Taka, panggil aja Mas Botak. Pelayan kalian udah tunjukin kamar tamunya kok. Kupamit ya, Ciiiin. Mau maskeran nich."

Sebelum meninggalkan ruangan tamu, Dimas datang menghampiri Dexter. Tiba-tiba saja dia meraih tangan kasar pria itu, kemudian mengecup punggung tangannya. "Kata beb Denish, sebelum tidur harus kasih kecupan manis buat babenya."

Dimas tersenyum nakal kemudian akhirnya meninggalkan ruangan. Jangan ditanya lagi bagaimana ekspresi Dexter dan Amy sekarang. Geli pastinya!

Dexter kini sibuk mengelap tangannya yang berbekas lipstik merah cabe berbentuk bibir pakai tissue dengan campuran alkohol sambil gerutu, sedangkan Amy tawanya meledak.

"BUAHAHAHA! Suamiku gak hanya laku di kalangan cewek, tapi ternyata di kalangan cowok juga." Amy mengusap air mata sambil berguncang bahu saking lucunya. Sedangkan, Dexter meremas tissue dengan emosi.

"EMANG ANAK SETAN INI DENISH ALEXANDER PUTRA!!"

🦋🦋🦋

Hatchim ...!

"Ada yang omongin gue kayaknya," gerutu Denish merasa hidungnya gatal dan telinganya panas.

🦋🦋🦋🦋🦋

Next 👉

He is Denish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang