5. Ospek 🦋

429 58 4
                                    

Happy Reading ❤

🦋🦋🦋

_He is Denish!_

"Riz, sini main." Seorang anak perempuan yang mungil tengah menggendong boneka barbie. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman kecil. Dari tadi dia setia menunggu Moriz menyahut.

"...." Anak laki-laki yang bernama Moriz itu tengah meringis kesakitan. Sudut bibirnya yang dipenuhi lebam biru sengaja dia tenggelamkan, bersembunyi wajah di bawah lipatan tangan, menyenderkannya di atas kedua lutut.

"Riz, cupu. Diam-diam nangis."

"Ka--kata siapa!"

"Bahu Riz berguncang. Suara Riz serak dan getar."

"Kalau udah tau, minggir makanya! Jangan deketin Moriz!"

"Riz ...." Entah keberanian dari mana, anak perempuan itu memeluk tubuh Moriz. "Pelukan ini biar Riz cepat sembuh."

"Kamu gak takut mati, deketin aku? Papa Septo bilang aku anak yang gak berguna, kalau sampai ada yang deketin aku, orangnya akan kena masalah juga."

"Gak takut! Papa Septo mah remahan debu, aku tiup juga hilang."

"STEFANNY! BERANI SEKALI KAMU DEKATIN MORIZ!" Septo berdiri di belakang mereka dengan mata memerah.

PRAK!

"Pa--Papa Septooo. Jangan pukul Stefanny! Tolong! Moriz mohon! Pukul Moriz aja!"

Moriz terbangun dari mimpi buruknya. Cowok itu menyeka keringat, minum air putih hingga tandas untuk mengatur napasnya stabil kembali. Tidak ada ekspresi di wajahnya. Selalu datar dan dingin seperti biasa. Tidak ada aktivitas lain juga, selain melakukan ritual mandi dan bersiap ke kampus.

🦋🦋🦋

Semester baru akan dimulai, sebagai salah seorang mahasiswa yang aktif di kampus, Moriz tidak akan absen dari ospek. Kegiatan untuk menyambut para mahasiswa baru alias maba.

Lautan manusia yang beralmamater telah memadati area kampus. Moriz baru saja memarkir motornya di parkiran, pemandangan manis langsung menyuguhi matanya.

Di sudut parkiran, Owen tengah sibuk melepaskan helm sang pacar. Setelahnya merapikan rambut cewek di hadapannya. Moriz berniat untuk menyapa, tapi takut mengganggu suasana. Akhirnya dia mengurungkan niatnya. Berjalan pergi.

Di sisi lain, Denish sibuk berdiskusi dengan seorang panitia untuk acara pelantikan dan juga ospek hari ini. Hingga mata cowok itu menangkap mata dingin dari seseorang. Dia melambaikan tangan ke arah cowok itu yang kini berjalan menghampirinya.

"Gue duluan ya. 5 menit lagi acara akan dimulai. Bersiap," pamit panitia itu meninggalkan Denish dan Moriz di belakang panggung.

"Mor, udah siap?" Denish menekan kedua bahu Moriz. "Selamat bertugas, Mor. Gue yakin lo akan jadi wakil gue yang baik."

Moriz menepiskan kedua tangan Denish. "Sebenarnya lo bisa pilih Owen atau Rafael aja. Tapi, gue heran kenapa lo selalu milih gue." Cowok itu meraih aqua gelas di dalam dus untuk meminumnya.

"Come on. Gue pilih lo, karena lo partner kriminal gue. Jabat jadi ketua dan wakil gak ada ruginya buat ngisi waktu kita supaya gak lakuin yang aneh-aneh, Mor."

"Terserah lo deh," balas Moriz datar.

Selang berapa lama nama Denish dan Moriz dipanggil ke atas panggung. Hari ini mereka resmi dilantik menjadi presiden mahasiswa yang dijabat oleh Denish dan wakilnya Moriz.

He is Denish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang