12. Emosi 🦋

302 39 5
                                    

Happy Reading ❤

Jujur cerita ini jelek ya?
Aku lagi pesimis banget euy 😭

🦋🦋🦋

_He is Denish!_

Mata Denish menyorot ke segala sudut ruangan, akan tetapi benda pelindung hujan tidak dapat ditemukan. Cowok itu tidak ingin berlama lagi. Akhirnya dia keluar dari tempat itu tanpa sebuah payung di tangan.

Hujan deras membuat langkah Denish berhenti di ambang pintu, melindungi diri dari hujan di bawah atap rumah. Cowok itu tengah celingak-celinguk, hasilnya nihil. Dirinya tak dapat menemukan sosok gadisnya di sekitaran lokasi. Apakah Stefanny sudah pulang?

Kepala Denish terasa semakin berat setelah tidak dapat menemukan Stefanny. Kepalanya demo besar, karena telah berpikir keras akan nasib gadisnya. Rasa sakit kepala menghantam bertubi-tubi.

"Mungkin Stef udah pulang," gumamnya sambil memukul-mukul kepala dengan tangannya berharap rasa sakit kepala mereda. Kepalanya minta diistirahatkan. Denish memutuskan untuk pulang saja ke rumah jika begitu.

Di saat Denish hendak berbalik badan untuk mengambil mobil di garasi, tiba-tiba matanya menangkap sosok batang hidung gadisnya dan Moriz di sana.

Denish menyunggingkan senyuman. Untung Moriz memayungi Stefanny supaya gadisnya tidak kehujanan. Denish melangkah untuk menghampiri mereka. Niatnya ingin menyuruh Moriz masuk ke dalam ruangan urusin mayat, dan Denish mengantar Stefanny pulang.

Hujan mengguyur tubuh Denish tanpa sebuah payung di tangan. Persetan dengan hujan ini, Denish harus menghampiri mereka, karena suara hujan membuat teriakannya tidak terdengar oleh Stefanny dan Moriz. Mau tidak mau, Denish harus terobos hujan.

Langkah Denish tiba-tiba berhenti setelah maju lima langkah. Tangannya menggepal erat, urat nadinya menonjol, rahangnya mengeras. "BERENGSEK!"

Apa yang dilihat Denish ... membuat ia ingin segera maju menghajar Moriz. Apalagi peringatan dari Kayla mengusik pikirannya.

"Jangan bilang gue gak kasih peringatan ya! Cewek lo sama Moriz tuh ada sesuatu." Begitu kata Kayla kemarin.

Dan sekarang apa? Peringatan Kayla terbukti. Payung yang dipegang Moriz ... dia hempaskan ke lantai. Cowok itu segera memeluk Stefanny, dan Stefanny sama sekali tidak mengelak. Mereka berpelukan di tengah hujan begini. Romantis ya? Mungkin orang asing yang lihat akan pikir Moriz dan Stefanny itu berpacaran, karena mereka tampak serasi.

Rasa ingin menghajar Moriz habis-habisan ... Denish urung segera ketika melihat Moriz melepaskan pelukan. Cowok itu menghapus air mata Stefanny, dan memakainya helm. Stefanny naik ke atas motor Moriz, dan Moriz segera melajukan motornya pergi.

Denish mendongak ke atas langit, membiarkan hujan membasuhi wajahnya. Seketika dia sadar sama perbuatannya tadi yang salah. Seharusnya dia tidak membentak Stefanny, sekarang dia sendiri yang memberi kesempatan kepada Moriz. Sebuah kesempatan untuk menghapus air mata gadisnya ....

"Begini ya rasa cemburu?" gumamnya dengan hati teriris.

🦋🦋🦋


"Pagi anaknya Amy," sapa Amy melihat Denish sedang berjalan ke arahnya.

"Pagi." Denish membalas sapaan Amy dengan langkah sedikit terhuyung. Wajahnya terlihat lesu.

Dexter menurunkan koran yang tengah dibaca kemudian berdehem. Dia mau juga diucapin selamat pagi.

He is Denish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang