6. Turunkan Gengsi 🦋

354 56 2
                                    

Happy Reading ❤

🦋🦋🦋

_He is Denish!_

"Pintar ya lo Kay, baru maba udah banyak tingkah. Berani banget main sama kitty gue."

"Ya, gue gak tau lo pacar dia. Kalau tau juga gue gak salah paham. Gue kira lo berdua gak saling kenal terus antara lo apa dia yang kecentilan. Lagi pidato malah saling tatap-tatapan," balas Kayla dengan nyolot membuat Denish tertohok.

"Mau dia pacar gue atau bukan ... sama aja. Lo udah sengaja malu-maluin dia di depan umum, itu hal yang salah. Sekarang lo minta maaf sama Stef!" titah Denish sambil menunjuk arah Stefanny. Stefanny bergeming di tempat, tidak ada pembelaan untuk Kayla.

"Lah, siapa suruh dia bego? Gue bilang dia bocor, eh percaya. Padahal mah enggak bocor."

Beberapa saat yang lalu, Kayla memberitahu Stefanny bahwa celana bahan yang dipakai Stefanny tembus. Stefanny memang sedang menstruasi, dan dia langsung percaya. Kayla mengancam akan memperlihatkan kebocoran itu ke orang lain, jika Stefanny tidak menuruti kemauannya. Sama-sama malu, lebih baik malu jadi monyet daripada malu celana yang dipenuhi darah kelihatan orang, 'kan? Makanya Stefanny menurut.

"Tarik kata-kata lo kembali! Dia itu polos, bukan bego." Suara Denish meninggi, menatap geram Kayla di hadapannya yang tengah bersidekap dengan sikap acuh tak acuh. "Gue ulangi sekali lagi. Kayla, minta maaf sama Stefanny."

"Ogah!" Nada Kayla juga mulai meninggi. Cewek itu masih setia menyenderkan tubuh ke dinding dengan posisi bersidekap.

"Maaf interupsi. Tapi, gue suka gaya lo Kay! Berani banget bantah Denish." Rafael mengacungkan jempol di waktu yang tidak tepat. Denish menyorotnya tajam membuat Rafael segera bungkam kembali.

"Gue wakilin dia minta maaf deh. Maaf. Gue mentor yang gagal, membuat ricuh acara." Kali ini Owen bersuara. Lebih baik meminta maaf daripada semakin ribut. Owen pencinta damai.

Mendengar ucapan Owen, Moriz mematikan puntung rokok yang tengah dia sebat. Di sekretariat ini, mereka memang bebas merokok. "Gak usah minta maaf. Ini bukan salah lo, Wen. Lo juga sibuk buat manggung tadi." Moriz yang dari tadi diam akhirnya bersuara juga.

"Kak, udahan." Stefanny menatap Denish yang tengah menggertak gigi. "Please ...."

Amarah Denish rasanya luntur seketika melihat pacarnya memohon. Cowok itu hendak membuka suara untuk menasehati Kayla supaya lain kali tidak begitu lagi. Akan tetapi, Kayla kembali membuatnya naik pitam.

"Gak usah menye-menye deh lo, Stef. Jijik tau gak sih. Tampang lo itu entah kenapa bikin gue benci padahal lo gak bersalah," tuding Kayla tanpa sebab.

"Gak takut mati nih orang," gerutu Denish menampilkan senyuman malaikat yang berarti dia sedang berusaha keras menahan emosi.

"Kayla cukup!" Owen berniat untuk memberhentikan Kayla, akan tetapi cewek itu malah datang menghampiri Denish yang tengah duduk di sofa.

Kayla mendekati wajahnya hingga dapat merasakan hembusan napas dari Denish. "Dan lo jadi presma yang benar! Bukannya jalani tugas dengan baik, malah ngebucin di depan anak-anak. Dari tadi lo pidato ngelihatin Stefanny mulu sampai anak-anak patah hati. Tau gak sih?" Kayla mengusap-usap bahu kanan Denish beberapa kali. Cowok di hadapannya itu tampak tertohok. "Ketua macam gini? Mendingan gue aja yang jadi presma." Kayla tersenyum sinis.

Denish mengelus dada supaya sabar. Jika bukan karena makhluk di hadapannya ini berjenis kelamin perempuan, Denish berjanji pasti akan menghajarinya habis-habisan.

He is Denish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang