3. Serumah 🦋

715 84 4
                                    

Happy reading ❤

🦋🦋🦋

"Serumah demi menyayangi Kitty."

🦋🦋🦋

_He is Denish!_

Pagi ini, Stefanny ingin jogging di taman. Kegiatan olahraga ini telah menjadi kebiasaannya setiap pagi hari. Selain untuk menyehatkan tubuh, juga demi menyegarkan pikiran. Maklum ... pikirannya mumet karena Denish.

Baru saja pintu ia buka, Denish sudah berdiri di hadapannya lagi. Cowok itu menyalipkan kedua tangannya di saku celana. Astaga, tiada hari tanpa Denish pikir Stefanny.

"Good morning, My Kitty." Cowok itu mengulumkan senyuman di pagi hari.

Stefanny tidak membalas, tengah mengamati penampilan baru Denish. Sedikit decakan kecil keluar dari mulutnya. Jika kemarin cowok itu memakai barang-barang bermerek, hari ini kebalikannya. Denish memakai kaos lusuh yang warnanya telah pudar, sendal jepit swallow, celana pantai yang berharga 20 ribuan, dan tak lupa juga tangannya sudah tidak ada jam arloji yang bermerek kemarin.

"Gimana?" Denish membentangkan kedua tangannya lebar dengan bangga. Bagaimana penampilannya? Penampilan lusuh ini seharusnya tidak membuat Stefanny alergi, 'kan?

Stefanny menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya alerginya tidak separah itu. Yang penting dia sendiri tidak menggunakan barang mahal, atau makan makanan mahal yang diketahui harganya saja. Jadi, Denish memakai barang mahal juga tidak masalah.

Cup ....

Stefanny mengusap keningnya yang baru saja disentuh oleh bibir Denish. Wajahnya memerah seketika. Sungguh cowok yang satu ini, kurang ajar sekali tiba-tiba mengecupnya. Ini tidak baik untuk kesehatan hati.

"A--apa sih?" tanya Stefanny dengan gagap.

"Morning kiss, My Kitty." Denish mengulumkan senyuman jail. "Atau ... mau di sini?" Denish menempelkan kedua jarinya di bibir lembut Stefanny.

"Ka--kakak! E--enak aja! Gak mau!!" Stefanny yakin wajahnya sekarang merah seperti kepiting rebus. Pikirannya travelling membayangkan adegan ciuman hot. Ah, jangan ditanya lagi, rasanya mantap jika ciuman sama cowok yang tampannya tidak ketolong.

Denish terkekeh sambil mengacak rambut Stefanny. "Gapapa. Aku tunggu sampai kamu mau."

Cowok itu kemudian melangkah ke dalam. Matanya menyapu seisi rumah. Ini rumah Stefanny dengan mas Botak. Sungguh kumuh sekali bagi seorang Denish sultan.

Baiklah, Denish akan belajar adaptasi dengan kehidupan kismin demi sang pacar. Cowok itu mengambil tempat duduk di pojokan sofa. Baru saja duduk, tiba-tiba pupil matanya membesar. Bokongnya nyungsep ke dalam sofa membuat cowok itu bertingkah memalukan. Cowok itu langsung berdiri sambil berdehem.

Stefanny terkekeh melihat Denish. "Tuh kan ... ini bukan tempat yang cocok buat Kakak. Pulang gih."

Denish menaikkan kedua alisnya. Kata siapa dia tidak cocok dengan tempat ini? "Tapi, ini rumahku. Mulai hari ini aku pindah ke sini." Denish tersenyum penuh kemenangan. Dia menunjuk telunjuknya ke arah bawah.

"Ha??" Sungguh, pernyataan Denish membuat Stefanny tercengang. Cowok itu pasti lagi bercanda, 'kan?

"Aku pindah ke sini. Mas Botak pindah ke rumahku. Kami saling bertukar rumah. Enak aja kalau kitty-ku tinggal sama cowok lain, mana botak lagi! Aku nggak setuju."

He is Denish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang