Happy Reading ❤
🦋🦋🦋
_He is Denish!_
"Ke--kenapa gak jawab? Kenapa tadi ada penumpang gak mau berhenti?"
Supir itu tersenyum miring mendapat pertanyaan dari Stefanny.
Stefanny segera mengeluarkan ponsel, tidak berani bertaruh nasibnya hari ini. Kalau supir angkot benaran akan macam-macam, setidaknya dirinya harus meminta pertolongan. Baiklah, sekarang pertanyaannya siapa yang harus dia telepon? Kontaknya hanya ada Dimas, Denish, dan beberapa teman sekolah.
Kak Denish! Pilihan Stefanny langsung tertuju ke doi. Buat apa punya pacar jika dalam bahaya tidak bisa diminta tolongkan?
Drrtt ....
Tunggu ....
Kenapa bunyi ponsel supir berdering, dan bunyinya sama persis lagi dengan ponsel Denish."Kamu kangen banget sama aku ya, Kitty?"
Stefanny segera mengerucut bibir ketika suara tak asing masuk ke gendang telinganya. Walaupun suara cowok itu bindeng, tapi Stefanny masih bisa mengenal suara itu. Ini kenapa Denish nyamar jadi supir angkot?
Di lain sisi, Stefanny juga merasa lega. Sang supir ternyata pacarnya! Sekali lagi, PACARNYA! Pacar yang sering bikin hatinya dag dig dug jedug gedebug. Berarti bukan orang asing yang akan menculiknya, 'kan?
"Ada apa pagi-pagi ini telepon aku? Butuh morning kiss?" Cowok itu tersenyum nakal, tapi Stefanny tidak dapat melihat raut wajahnya.
Denish memberhentikan angkot di tepi jalan, dan meminta Stefanny turun. "Pindah ke sebelahku. Aku ingin lihat wajah imutmu."
Stefanny menurut, segera pindah posisi ke depan. Kini dia duduk di samping Denish. Rasanya sedikit aneh, wajahnya memanas. Baru kali ini ada supir angkot seganteng ini. Okay, Stefanny lebay. Biasanya dia selalu duduk di belakang, dan tidak pernah merhatiin wajah supir angkot. Mungkin ada supir angkot yang ganteng, tapi Stefanny tidak sadar.
Denish melirik wajah sang pacar yang merah merona sambil tersenyum simpul. Stefanny juga mencuri pandang sesekali. Kadang mata mereka saling bertemu, Stefanny kalah. Gadis itu selalu memalingkan wajah duluan.
"Maaf soal kemarin. Aku harusnya menahan emosi. Maaf banget udah ngebentak kamu." Akhirnya Denish membuka suara. Tangan kirinya menggenggam tangan Steganny erat.
"I--iya." Stefanny menghela lega. Untung Denish sudah tidak marah lagi.
"Dua lima kosong sembilan delapan empat," ucap cowok itu sambil terbatuk.
"Ha?" Stefanny mengerut keningnya.
"Dua lima kosong sembilan delapan empat itu pin ATM-ku. Kamu masa depanku ... kamu boleh kepoin hidupku, tapi beri aku waktu. Hari ini aku kasih tau pin ATM dulu," ucap cowok itu dengan serius kemudian mengeluarkan dompet dari sakunya. "Kalau perlu sekalian kamu bawa aja dompetku. Kita mulai dari soal keuangan dulu."
"Kak ...."
"Oh iya, aku lupa kalau kamu alergi barang mahal. Kalau kartu ATM kamu bawa gimana? Jadi gak perlu bawa dompetku, harganya lumayan mahal soalnya. A--"
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Denish!
General FictionPrekuel dari Sebatas Kekangan. [Dapat dibaca secara terpisah]. He is Denish! Nama lengkapnya Denish Alexander Putra, anak tunggal dari keluarga Alexander Group. Jangan pernah coba untuk menakar betapa sempurnanya makhluk ini. Wajahnya tampan dengan...