11. Biarin! 🦋

230 37 1
                                    

Happy Reading ❤

Jangan lupa taburkan vote dan komen biar lapak ini tak sepi ya :((

🦋🦋🦋

_He is Denish!_

"Kenapa lo ke sini?" Denish beranjak menghampiri Stefanny. Gadis itu mundur beberapa langkah, menjepit hidungnya karena bau amis darah tercium.

"JAWAB!"

Stefanny kaget tiba-tiba dibentak seperti itu. Bulir air mata tidak tertahankan lagi, kini mengalir deras.

"LO BISU? KENAPA LO KE SINI?!" Kesabaran Denish habis seketika. Sudah menjadi penyakitnya sendiri ketika habis membunuh. Emosian jika aksinya kepergok orang lain. Dan kali ini, Stefanny membuatnya marah. Pasalnya sudah larut malam, kenapa Stefanny masih keluyuran di luar?

"JAWAB KITTY!!" Denish mencengkeram kedua bahu Stefanny dengan erat.

"Sa--sakit." Stefanny meringis hingga Denish mengendorkan cengkeramannya.

"Sabar, Den." Adit datang untuk meraih Denish supaya Denish tidak terus memojokkan Stefanny.

"BERESIN TUGAS LO!"

Adit mengangguk pasrah. Jika Denish sudah emosi begini, akan sulit terkontrol. Lebih baik minggir saja daripada jadi korban pelampiasan. Stef, semoga selamat, batin Adit bersuara.

"Jangan cengeng!" Denish mengusap kasar air mata Stefanny.

Stefanny mengatur napasnya yang engap supaya emosinya stabil. Air matanya mulai mengalir pelan, tidak sederas tadi lagi. "Ma--maaf." Keberanian ingin mencegah Denish melakukan pembunuhan ... ciut seketika.

"Gue gak butuh lo minta maaf. Gue cuma pengen tau, kenapa lo ke sini? Ok kalau lo gak mau jawab. Gue cari Mor--"

"Tunggu!" Stefanny menarik tangan Denish. "Ak--aku dengar percakapan kak Moriz di telepon tadi."

"Oh?"

"I--iya. Aku tebak kalian pasti mau bunuh orang, dan ternyata benar." Stefanny melirik ke dalam ruangan, dibuat mual setelahnya karena Adit tengah mutilasi mayat.

"Jangan dilihat lagi!" Denish mendorong Stefanny hingga cewek itu mundur beberapa langkah, kemudian membanting pintu hingga tertutup. Kini mereka berada di luar ruangan eksekusi.

"Kenapa Kakak suka membunuh? Kenapa Kakak suka nyiksa orang? Apa kalau gak bunuh orang, hidup Kakak bisa mati?" tanya Stefanny setelah mengumpulkan keberanian untuk menatap mata tajam cowok di hadapannya.

"Kare--"

"AKU MERASA JIJIK JADI PACAR SEORANG PEMBUNUH!" potong Stefanny sebelum Denish sempat memberikan penjelasan. "BAGIKU KAKAK ITU PEMBUNUH YANG MENYERAMKAN! AKU BENCI KENAPA HARUS KETEMU KAKAK!"

"Oh, jadi di mata lo ... gue hanya pembunuh yang jijik?"

"Ya," jawab Stefanny cepat. Malam ini, dia ingin menyadari Denish jika membunuh itu adalah perbuatan yang salah. Dia tahu, resikonya besar jika mencampuri urusan seorang pembunuh karena nyawa adalah taruhannya. Namun demi nyawa orang lain, sebelum Denish membunuh lebih banyak orang lagi, Stefanny harus bertaruh nyawanya untuk memberhentikan Denish.

Denish tersenyum miris seketika. Rasanya jadi malas memberi penjelasan jika dirinya hanya membunuh orang jahat, bukan sembarang bunuh orang. Apalagi Stefanny telah terlanjur salah paham.

"Bisa gak Kak, Kakak berhenti membunuh?" tanya Stefanny dengan hati-hati.

"Gak bisa," jawab Denish datar.

He is Denish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang