2. Olahraga 🦋

801 92 7
                                    

Happy Reading ❤

🦋🦋🦋

"Hei, jangan berprasangka buruk. Aku tidak seburuk yang kamu pikirkan"

🦋🦋🦋

_He is Denish!_

Mobil hitam milik Denish masih terus mengitar di sepanjang jalan pasar. Sulit sekali untuk mendapat parkiran di sini. Jika bukan karena Stefanny, Denish yakin mobil ini tidak akan memejengkan diri di area pasar.

Denish turun dari mobil setelah susah payah menemukan sebuah parkiran di pinggir pasar. Sedikit desahan resah keluar dari mulutnya ketika melihat ban mobil kesayangannya kotor. Sejumlah sayur-sayuran kelindes oleh ban mobilnya sehingga warna ban menjadi sedikit kehijauan. Yaks!

Cowok itu menatap miris ban mobilnya. Habis ini fix mobilnya harus dibawa ke bengkel. Baiklah, dia akan mengambil pusing kebersihan mobilnya nanti. Biarin dulu mobil kotor, yang penting perut pacarnya harus kenyang sekarang.

Denish mulai menelusuri pasar. Setiap langkah harus dilalui dengan hati-hati. Injak sini salah, injak situ juga salah. Banyak sekali sampah, dan sayuran layu berserakan di lantai. Baru saja selang berapa lama, cowok itu kembali meresah. Pasalnya dia baru saja menginjak sayur kol layu, dan berair yang sudah busuk! Aish, Denish melihat alas sepatunya yang terlihat menjijikkan. Yaks!

"Boleh sayurnya, murah meriah. Diborong semua dapat bonus kecupan manis dari ibu." Suara promosi dari salah satu lapak sayur.

Denish segera menghampiri. Dia menggaruk alisnya yang tidak gatal, bingung harus beli apa.

"Eh ganteng, mau beli apa? Ibu kasih diskon nih," tanya ibu itu dengan senyuman menggoda. Ibu janda ketemu cowok ganteng ceritanya.

"Semuanya dibungkus aja deh." Ribet pikir Denish, mendingan dibungkus saja semua.

Setelah kejadian di restoran burger, Stefanny bolak-balik toilet. Alhasil cewek itu memuntahkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Andai dia tidak dikasih tahu harga burgernya, mungkin saat ini Denish tidak perlu ke pasar.

Sayangnya Stefanny tahu jika itu makanan mahal, dan dia alergi makanan mahal. Cewek itu sekarang ingin memasak sendiri untuk sarapannya. Ya, Denish menepuk dada, berjanji akan membawakan bahan masakannya kepada Stefanny. Dia meminta Stefanny istirahat di rumah.

"Aduh, kamu seriusan, Ganteng?" Wajah ibu itu tampak berseri, matanya berbinar. Suaranya serak merdu menatap Denish.

"Ya." Denish mengeluarkan sejumlah uang. "Bisa tolong cepat dibungkus?"

Sang ibu meraih uang itu dengan senang hati. Lumayan ... dagangannya laris manis. Malam ini bisa makan enak.

"Nanti saya balik lagi." Denish meninggalkan tempat dagangan itu.

"HEI, GANTEEENGGGG IBU BELUM KASIH BONUSNYA NIH KECUPAN ADUHAI DARI IBUUUUU."

Kini langkah Denish berhenti di area daging-dagingan. Cowok itu tersenyum miring ketika melihat adegan yang ia sukai.

"Saya bantu." Denish meraih pisau dari tangan seorang bapak yang tengah memotong ayam.

Bapak itu tampak kebingungan, menyaksikan Denish yang lihai membelah seekor ayam menjadi 8 bagian.

Pertama-tama cowok itu meletakkan ayam dengan punggung menghadap ke atas di talenan. Lalu, dia angkat sayap untuk melihat sendi yang menempel di dada ayam. Tangannya kemudian mengayun ke atas dengan pisau yang mengkilat. Lidahnya menyapu bibirnya, membidik targetnya, dan ....

He is Denish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang