28. Lemparan Koin

1.5K 312 15
                                    


Rosi sedang termenung di ujung meja bar sambil menyesali mengajak Jeffrey untuk bergabung bersama Sachio dan Wisnu. Gadis itu masih terima kenyataan jika Jeffrey berteman dengan Wisnu tetapi jangan sampai lelaki itu akrab dengan Sachio. Entah kenapa terlintas rasa khawatir jika Sachio kian dekat dengan Jeffrey.

Sekarang ketiga lelaki itu sedang mengobrol sambil menunggak minuman yang sudah dibeli oleh Sachio. Dari kejauhan Rosi bisa melihat tawa yang timbul akibat celetukan mereka satu sama lain. 

Gadis itu menghela nafas sebelum menghabiskan cocktail non alkohol yang dipesannya sejak tadi. Lalu gadis itu berdiri dan berencana untuk pulang. Entah kenapa Rosi kehilangan mood ingin bersenang-senang malam ini. 

"Bang gue duluan ya, pusing banget" Rosi beralasan untuk segera pulang

Sachio yang tadinya tertawa kini menoleh ke Rosi "Cepet banget? Sama siapa pulang?"

"Naik ojol ajadeh kalian have fun aja" jawab Rosi cepat lalu berbalik melangkah menuju pintu luar.

Mini bar yang didatangi nya kali ini hanya bar yang terkesan seperti tempat nongkrong, dan keliatannya dipenuhi oleh pengunjung seumuran dengan Rosi. Lebih kayak tempat yang menyediakan minuman alkohol tanpa musik yang menyakitkan gendang telinga. 

Saat berada di luar mini bar, gadis itu meraih ponsel yang terletak di kantong depan tas dan segera memesan ojek online.

"Udah jangan pulang naik ojol sama gue aja" ujar Jeffrey yang kemudian merampas ponsel ditangan Rosi. 

"Lah bukannya mau chill dulu sama mereka?" tanya Rosi sembari meminta kembali ponsel miliknya. 

"Gue mau chill sama lo aja" balas Jeffrey dan langsung mendapat toyoran dari Rosi. 

"Udah ah! gue mau pulang" sungut Rosi 

Jeffrey meraih pergelangan tangan Rosi dan membawa gadis itu ke arah mobil miliknya.

Rosi duduk di jok depan dengan Jeffrey di samping berada di balik stir kemudi. 

"Ada yang mau gue omongin sama lo" ujar Jeffrey saat mobil yang mereka kendarai sudah keluar dari parkiran. 

"Ngomongin apa?" balas Rosi penasaran, entah kenapa detak jantung gadis ini sedikit lebih cepat. 

Jeffrey terlihat terdiam beberapa saat lalu menghela nafas dan hal itu menarik perhatian Rosi "Berat amat buang nafasnya, mau ngomongin apaan?"

Lelaki yang terlihat fokus menyetir ini menoleh ke Rosi sejenak "Gak jadi" 

"Lah apaan?" Jujur Rosi tidak bisa dibuat penasaran. 

"Itu masalah konten kan kemaren lo sempat gantikan anak gue buat jadi konten designer" Ujar Jeffrey terlihat ragu.

"Oalah masalah konten" ujar Rosi dengan nada yang terdengar kecewa.

"Iya itu konten" jawab Jeffrey lagi.

Rosi mengambil ponsel yang awalnya dia letakkan di dashboard "Ini gue udah bikin file detail konten selama gue yang handle kemaren, dan udah gue kirim juga ke Doni"

Jeffrey mengangguk dan kembali diam. Begitu juga dengan Rosi yang kembali diam sambil berusaha meredakan detak jantung yang sebelumnya menggila. 



---



"CHA GUE HARUS GIMANA???" Rosi terlihat frustasi, saking frustasinya dia memutuskan untuk mengambil libur dari kerja. Tadi saat kuliah pun Rosi terlihat tidak konsentrasi sama sekali. Chaca sadar akan hal itu, karena itu setelah kurliah selesai Chaca langsung menarik Rosi untuk segera pulang. 

Kedua gadis ini sekarang berada disebuah coffeshop yang berada tidak jauh dari kampus mereka. Rosi sempat protes saat Chaca mengajak ke coffeshop ini, karena jika ketahuan June atau siapapun pegawai ditempatnya kerja, Rosi akan merasa tak enak hati.

"Ya gue gak tau lo harus gimana, lo aja gak cerita lo kenapa" Ujar Chaca sembari menyesap matcha latte yang dipesannya.

Rosi mengangkat kaki ke kursi lalu memeluk kaki miliknya dan memainkan tangannya dengan gelisah "Itu caaaa....."

"Itu apaaa nyonya?" sarkas Chaca karena geram melihat Rosi gelisah sendiri.

"Kan gue tadi malam pergi ke mini bar diajak bang Sachio bareng Wisnu juga nah terus ada Jeffrey gitu jadinya kita berempat pergi. Terus gue bete kan jadinya gue pulang duluan terus Jeffrey nganter gue pulang, nah tiba-tiba pas sampe depan jalan kost gue dia bil--"

"Mau ngajak lo jadian?" tebak Chaca sekaligus memotong omongan Rosi.

Rosi mengangguk pelan.

"Ya udah terima aja, lo juga belakangan hari ini galauin dia mulu" jawab Chaca dengan santai

"Enak aja! Gue gak ada galau sama sekali" elak Rosi yang membuat Chaca mendengus "Tolong ingatin gue siapa yang tiap malam minta tolong gue buat cari kabar Jeffrey ke teman-temannya" 

Rosi melempar tisu ke muka Chaca "Diem lo" 

"HAHAHA kan itu fakta" 

"Terus apa yang lo pikirin? Ini juga kan yang lo tunggu?" tanya Chaca

"Gue takut aja ca takut gitu, paham gak?" ucap Rosi dengan suara agak memelan

Chaca mengernyit lalu menegakkan tubuhnya "Gak paham gue"

"Lo tau kan alasan gue sempat menjauh dari dia kemaren?" tanya Rosi dan dibalas anggukan oleh Chaca.

Rosi mengela nafas lalu melanjutkan omongannya "Gue takut gue jadi pelampiasan dia doang" 

"Coba aja dulu ci, tapi jangan pake hati banget sama ni cowok" saran Chaca

"Tapi emang kita bisa kontrol hati kita? Gak bisa Ca.....Gue takut ketika gue udah jatuh hati banget sama dia ternyata dia mainin gue doang terus balik ke...."

"Joyce sahabat sekaligus orang yang disayang sama Jeffrey selama ini?"  Lanjut Chaca.

"Emang Jeffrey bilang gimana dah tadi malam?" tanya Chaca.

"Dia bilang kalo dia tertarik sama gue dan tanya gue buat pacaran sama dia" jawab Rosi sembari mengingat omongan Jeffrey tadi malam. 

"Saran gue sih coba aja ci sekalian memastikan perasaan lo selama ini, bisa jadi lo kepikiran sama tuh cowok kayak penasaran doang gitu, kalo lo beneran penasaran paling pas jadian udah biasa aja" 

"Dicoba nih?" tanya Rosi lagi, padahal ini hubungan yang akan dia jalani bukan Chaca tapi entah kenapa pendapat Chaca mempengaruhi hidupnya kali ini.

"Itu saran gue doang ci, yang jalani kedepannya lo sendiri jadi menurut gue ikutin apa yang lo mau aja" 

"Gak bisa gitu ca" elak Rosi "Soalnya hati gue iya sedangkan otak gue nolak"

"Lo harus pilih sendiri, pikirin aja dulu jangan terburu-buru" saran Chaca lagi.

Rosi tertahan ingin berbicara ketika pelayan membawakan minuman miliknya beseta struk dan uang kembalian. Mata Rosi menatap uang koin seribu rupiah itu.

"Jangan coba-coba, jangan biarkan kisah cinta lo ditentuin oleh lemparan koin" Chaca seakan bisa membaca pikira Rosi. 

Tidak menghiraukan ucapan Chaca, Rosi meraih koin seribuan itu lalu meletakkan di telapak tangannya "Kalo angklung berarti ikutin hati gue tapi kalo koin ikutin otak gue"

"Gue bagian hitung!" ujar Chaca mendekat ke Rosi

"Ya Tuhan semoga yang keluar adalah yang terbaik diantara pilihan yang engkau berikan amin! Satu...Dua....Tiga!" 

Koin yang ditangan Rosi kini dilempar dan saat koin itu terjatuh ke meja dengan cepat tangan Chaca menutup koin itu. 







---

angklung atau 1000 nih yang keluar?


TentativeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang